Headline
Koruptor mestinya dihukum seberat-beratnya.
Transisi lingkungan, transisi perilaku, dan transisi teknologi memudahkan orang berperilaku yang berisiko.
GITA Savitri Devi sudah cukup lama menjadi influencer dan kreator konten yang diidolai anak-anak muda, khususnya para muslimat. Sosoknya menjadi gambaran muslimat yang sukses, baik secara pendidikan maupun karier di luar negeri sembari tetap teguh berhijab.
Perempuan yang juga dikenal dengan sebutan Gitasav itu menempuh pendidikan di Freie University, Jerman, jurusan kimia murni, selepas SMA pada 2010 dan kini telah bekerja sebagai peneliti. Perempuan kelahiran 27 Juli 1992 itu juga memiliki segudang bakat, baik menyanyi maupun menulis.
Setelah berpacaran sekitar enam tahun, Gita menikah dengan Paul Andreas Partohap yang juga seorang kreator konten asal Indonesia pada 2018. Gita menuangkan kisah perjalanannya dengan Paul dalam buku Rentang Kisah yang terbit pada 2017 dan kemudian difilmkan pada 2020. Pada Januari lalu, pasangan tersebut meluncurkan lagu baru berjudul Satu-satunya.
Di samping kesuksesannya, mereka juga menarik perhatian dengan pilihan untuk tidak memiliki anak. Meski belum umum bagi orang Indonesia, Gita dan Paul tidak ragu untuk berbagi tentang gaya hidup childfree itu.
“Dari dulu aku enggak punya keinginan jadi ibu, jadi anak itu tidak terlalu masuk di pikiran saya. Fokus kami berdua adalah menikah, ya, untuk kami berdua saja karena dulu kami sempat beda agama dan itu saja buat kami berdua sudah banyak drama. Jadi, untuk hal lain pengin punya anak itu enggak pernah jadi fokus utama kami,” tutur Gita dalam Kick Andy episode Childfree yang tayang malam ini.
Lebih lanjut ia menjelaskan keyakinan untuk tidak memiliki anak diambil setelah kontemplasi lama tentang identitas keperempuanannya. Gita melihat perempuan setelah menikah selalu ditanyakan mengenai buah hati karena hal tersebut dianggap sebagai bagian identitas gender.
Padahal, bagi Gita, semestinya pertanyaan tentang tujuan, termasuk memiliki anak, ialah hal yang penting. Dengan menyadari tujuan, orang akan membuat keputusan dengan sesadarnya, bukan sekadar memenuhi tuntutan atau pola umum.
Segala pemikiran dan keresahan itu kemudian ia diskusikan dengan Paul. Ia mengaku keduanya saling terbuka, baik soal alasan untuk memiliki anak maupun beban tanggung jawab mereka. Dari situlah mereka pun bersepakat menjalani hidup berdua saja.
“Konsep bahagiaku adalah cukup akhirnya aku bersama dengan Gita. Sejak bersama Gita, aku enggak pernah kepikiran menggantungkan kebahagianku dengan punya keturunan ataupun dengan materi,” ujar Paul.
Hal serupa dikatakan Gita. “Aku bisa dapetin inner peace dan ketenangan kalo sama dia, soal kebahagian aku cukup dengan sama dia, cukup kita ngobrol dan makan bareng, kita memang suka banget ngobrol, aku suka isengin Paul, tapi dia justru seneng aku isengin. Hal-hal seperti itu yang bikin aku merasa enggak butuh tambahan (orang) lagi dalam hidup aku.”
Namun, Paul mengaku tidak secepat dan semulus Gita dalam mengabarkan ke orangtuanya mengenai keputusan itu. Berasal dari suku Batak dan merupakan anak pertama, Paul mengaku tuntutan memiliki keturunan cukup besar.
Ibunya pun sangat berharap Paul dan Gita memiliki satu anak demi meneruskan marga. Meski sulit, dengan bantuan adik-adiknya, Paul mengaku akhirnya perlahan bisa membuat ibunya menerima keputusannya dan Gita.
Hari tua
Tidak memiliki anak bukan berarti pula membuat Paul dan Gita bebas dari beban hari tua. Keduanya mengaku sudah berpikir tentang masa tua yang tetap harus dijalani dengan kemandirian.
Demi kemandirian hidup itu pula Gita menginginkan terus tinggal di luar negeri. “Sampai tua kami inginnya tinggal di sini (luar negeri), tapi enggak tahu kondisi politik di Eropa Barat bisa saja berubah, tapi aku sekarang tetap berpikiran terbuka, tapi tetap punya referensi,” ucapnya.
Paul mengaku ia pun telah memikirkan bahwa mereka harus menjalani hidup sendiri setelah yang lain lebih dulu berpulang. ”Aku tinggal di luar negeri, ada banyak contoh dari orang-orang tua di sekitar kita kayak mereka sampai umur 70-80 mereka masih mandiri dan bisa survive sendiri. Jadi, membuat pilihanku ini not bad kalaupun Gita atau aku meninggal lebih dulu, saya punya hobi sendiri juga, jadi kalau tua nanti aku harus hidup sendiri, aku sudah tahu gimana caranya agar hidup tetap bisa bahagia,” tutupnya. (M-1)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved