Headline

Tidak ada solusi militer yang bisa atasi konflik Israel-Iran.

Fokus

Para pelaku usaha logistik baik domestik maupun internasional khawatir peningkatan konflik Timur Tengah.

Butuh Lebih dari Sekadar Memilih Wakil ke Oscar

Fathurozak
16/12/2021 07:15
Butuh Lebih dari Sekadar Memilih Wakil ke Oscar
Poster film Yuni(Instagram @kamilandini )

Film Yuni garapan Kamila Andini menjadi wakil Indonesia untuk maju ke best international feature film di Oscar. Namun, harus dipahami film-film yang mentas di ajang ini bukan saja bicara soal mutu. Tapi lebih ke siapa paling jor-joran menggelontorkan promosi dan berkampanye.

Sepanjang gelaran, Indonesia belum pernah berhasil masuk ke daftar pendek di kategori best international feature film (dulu best foreign film). Untuk mengetahui seberapa jauh peluangnya kali ini, Media Indonesia berbincang dengan produser  Film Yuni, Ifa Isfansyah pada Selasa, (14/12). Berukit nukilannya:

Bagaimana kans Yuni di Oscar?

Tiap film membawa perspektif yang berbeda. Perwakilan ke Oscar ini kan ditunjuk untuk mewakili negara. Selama tidak jadi agenda oleh entitas yang lebih besar, entah itu termasuk negara sendiri, ya sulit. Karena bagaimanapun Oscar ini kan adalah suatu awarding yang strateginya itu strategi promosi. Udah enggak ngomong (film) bagus atau penting. Semua pasti sudah bagus. Jadi bagaimana pun ya promosi dan dukungan untuk promosi film-film Indonesia apa pun yang ke Oscar tidak ada, ya sama saja.

Kalau ngomongin kans, ya sangat kecil. Film apa pun dari Indonesia kalau diperlakukannya seperti itu, kecil. Short list cuma 12 film. Dan kita bisa sebutkan 12 film itu yang memang besar, yang diapresiasi juga.

Jadi memang tetap berusaha lakukan upaya. Berhenti berharap sih tidak ya. Cuma ya saya tidak pernah ngomongin kansnya bakal seperti apa.

Jika dibandingkan dengan film-film yang Anda produseri sebelumnya yang dipilih maju ke Oscar sampai dengan Yuni, bagaimana sokongan negara?

Sama saja.
Apa yang perlu dilakukan agar negara dan entitas yang lebih besar punya kebijakan yang progresif?

Tiap tahun sediakan bujet promo. Negara juga harus tahu, biaya promo yang dikeluarkan negara lain. Dan intinya memang penting juga untuk punya distributor di sana (Hollywood). Untuk itu pun butuh biaya.

Berapa persentase dukungan negara dengan yang diupayakan produser?

Tergantung negara mau pakai ini sebagai apa? Maksudnya kayak ada yang sifatnya biaya basic (operasional) yang bukan ngomongin biaya masang iklan. At least, ada kampanye yang di-back up. Masing-masing mau di-push lagi itu dibalikin ke pemilik film.

Bukankah 'Yuni' juga mendapat kesepakatan sales di internasional. Itu tidak signifikan?

Sales fungsinya berbeda dengan distributor. Sales agent mencari kemungkinan penjualan. Ketika ada 93 film yang berlomba untuk mempromosikan, itu ya sebenarnya sales tidak begitu berdampak selama kita tidak punya distributor.

Dalam hal ini, posisinya Yuni akan lebih diuntungkan untuk awareness karena menang di Toronto dan segala macam. Secara potensi punya. Tapi itu perlu didorong lagi agar orang aware terhadap film ini juga.

Jadi apa yang perlu diregulasikan, sehingga secara dukungan juga berkelanjutan dan tidak terkatung-katung?

Dikasih as a package. Semua produksi yang terpilih, itu rewardnya dari negara. Jangan cuma milih doang. Bukan prestasi yang berhenti di situ. Tapi itu justru amanah dan tanggung jawab besar agar kita bisa jalankan kepercayaan itu. Itu yang memang harus ada di regulasinya. (M-4)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Adiyanto
Berita Lainnya