Headline

Presiden memutuskan empat pulau yang disengketakan resmi milik Provinsi Aceh.

Fokus

Kawasan Pegunungan Kendeng kritis akibat penebangan dan penambangan ilegal.

Ngeri-Ngeri Sedap Dibidik Melati Suryodarmo

Fathurrozak
08/11/2021 09:50
Ngeri-Ngeri Sedap Dibidik Melati Suryodarmo
Melati Suryodarmo membidikkan panah dalam pertunjukan Transaction of Hollow di Museum Macan, Jakarta, Sabtu (6/11).(MI/Fathurrozak)

MEMBAWA busur dan panah, perempuan yang juga bersetelan serba putih itu mondar-mandir ke penjuru ruangan membidik empat sisi dinding. Di dinding itu sendiri telah puluhan anak panah menancap menyebar.

Di dalam ruangan yang sama pula penonton mengamati dari jauh. Berjingkat perlahan, menjauh dari arah bidikan sang pemanah sambil sesekali menunduk menghindari anak-anak panah yang menancap di dinding.

Pengalaman cukup menegangkan itulah yang dapat dirasakan penonton dari pertunjukan seniman senior Melati Suryodarmo. Bertajuk Transaction of Hollow, karya yang pertama kali dibawakan pada 2016, ditampilkan pada Sabtu (6/11) di Museum Macan, Jakarta Barat.

Pertunjukan yang berlangsung selama kurang lebih tiga jam itu menjadi bagian dari pameran tunggal Melati, Why Let The Chicken Run?, yang hanya sempat berlangsung beberapa pekan sebelum pandemi melanda. Akibat masuknya covid-19, Museum Macan yang jadi tempat terselenggaranya pameran tunggal memberlakukan kebijakan buka-tutup mengikuti peraturan pembatasan sosial.

Transaction of Hollows adalah pertunjukan yang terinspirasi dari filosofi panahan Jawa. Melati ingin menyampaikan suatu gagasan mengenai proses individu dalam menjalani laku hidup yang juga selalu ‘diawasi’ gerak-gerik sosial masyarakatnya.

Pengalaman sensori penonton memang dibuat tertuju hingga ke tiap langkah dan gerak tubuh Melati. Meski ibarat intervensi sosial, penonton juga bukan berarti jumawa atau lebih berkuasa. Kecemasan membayangi dan harus tetap waspada menjauh dari area bidikan atau dalam bahasa sekarang, penonton menjadi ngeri-ngeri sedap.

Totalnya, seniman berusia 52 tahun yang telah tampil di berbagai negara itu melepaskan 800 anak panah di pertunjukan tersebut.

““Museum Macan ingin menyajikan semacam kerinduan akan pengalaman langsung dengan satu karya seni. Dengan pengalaman yang mungkin sempat hilang di antara kita ketika harus stay at home. Itu yang kami mau sajikan kembali. Pengalaman langsung dengan apa pun yang kita anggap penting,”,” kata asisten kurator Museum Macan Asri Winata, Sabtu, (6/11). 

Sehari sebelumnya Melati menampilkan pertunjukan Alé Lino (2003) yang menceritakan tentang kekosongan dan upaya masuk ke ruang transisi antara tubuh dan pikiran, material dan tidak material, duniawi dan kosmik, serta feminin dan maskulin.

Pertunjukan ini pun bukan hanya memuaskan akan kerinduan penampilan Melati melainkan juga akan kebutuhan masyarakat terhadap pengalaman tidak tergantikan dari seni pertunjukan langsung.(M-1)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Bintang Krisanti
Berita Lainnya