Headline
. AS kembali memundurkan waktu pemberlakuan tarif resiprokal menjadi 1 Agustus.
. AS kembali memundurkan waktu pemberlakuan tarif resiprokal menjadi 1 Agustus.
Penurunan permukaan tanah di Jakarta terus menjadi ancaman serius.
MALAM, lembur, hujan, dingin, covid, mager, lapar.
berilah kami rejeki pada hari ini. saya pesan makanan lewat ojol.
bang ojol bilang siap.
bang, kok lama?
Di atas adalah nukilan sajak yang ditulis penyair Joko Pinurbo (Jokpin) di tengah masa pandemi. Puisi itu dibacakan sastrawan asal Yogya saat ia mengisi salah satu program Festival Bantu Teman, (15/9). Festival yang diinisiasi para penulis dan penerbit untuk menggalang dana dan akan disalurkan ke sejawat yang bekerja di dunia perbukuan yang tengah mengalami situasi sulit.
Di tengah situasi krisis pandemi, Jokpin masih tetap menulis sajak-sajaknya, dalam gayanya yang khas; humor, nyeleneh, getir, dan bermain-main dengan kata keseharian.
Sajak Siti Rejeki, berkisah tentang seorang bernama Siti yang kelaparan dan memesan makanan via ojek daring. Tapi, karena makanan tersebut tak kunjung sampai, Siti pun bertanya ke abang Ojol (ojek online). Dan ternyata, makanan tersebut dimakan oleh si abang ojol karena ia belum mendapat orderan seharian dan sama-sama tengah kelaparan seperti Siti.
Tapi, meski si abang ojol memakan makanan pesanan Siti, Siti justru tidak marah dan malah memberinya bintang lima, rating sempurna untuk si pengendara. Dalam menulis sajak itu, Jokpin seperti menemukan pembelokan narasi seperti ketika ia menulis sajak Penumpang Terakhir (2002), yang menceritakan penumpang berganti posisi dengan tukang becak untuk mengayuh pedal.
“(Saya) menemukan tikungan narasinya itu ketika makanan dipesan oleh orang yang lapar, dimakan oleh orang yang lapar, Jadi ada dua orang lapar. Satu, laparnya lebih fundamental dibanding yang memesan. Sementara satunya masih punya daya modal uang untuk mengatasi kelaparan, sementara si ojol gak punya daya kalau tidak dibantu oleh orang baik,” kata Jokpin.
Sebagai penyusun cerita, tentu Jokpin punya berbagai kemungkinan pilihan cerita lain. Bisa saja si pemesan makanan marah dan mengumpat si tukang ojol. Tapi, dalam puisi tersebut, Jokpin malah membuat Siti mengucapkan terima kasih ke si tukang ojol dan memberikan rating sempurna atas pelayanannya.
“Si ojol tadi jujur karena dia kelaparan. Sangat susah, orang yang menderita itu belum tentu jujur. Si pemesan makanan bersolidaritas pada si ojol dalam kondisi yang tidak ideal. Orang lapar menolong orang yang lebih lapar,” kata penulis buku Perjamuan Khong Guan tersebut.
Bagi Jokpin, dalam bersolidaritas tidak harus menunggu untuk berkecukupan. Menurutnya, indahnya bersolidaritas dalam kondisi yang sama berat, pada satu titik mana ada situasi yang lebih kritis.
“Puisi ini (Siti Rejeki) ingin bicara solidaritas tanpa ada jargon atau petuah pesan solidaritas.” (M-2)
Selain bazar, acara ini menghadirkan pelatihan Bouquet Creative yang digagas Alvin dan diikuti lebih dari 100 ibu-ibu pelaku usaha kreatif.
Dari masyarakat, pedagang, pengunjung lokal dan domestik sampai turis mancanegara, mengagumi event budaya yang menjadi ciri khas Kota Pariaman ini.
Masuk daftar Karisma Event Nusantara (KEN) tahun lalu, festival ini kembali lolos kurasi Kementerian Pariwisata RI sebagai satu dari 110 kegiatan terbaik 2025.
HIJRIAH Food Festival 2025 digelar dalam menyambut Tahun Baru Islam 1447 Hijriah.
Festival ini merupakan inisiatif acara yang lahir dari Rembuk Kreatif Nasional GeKrafs (Gerakan Ekonomi Kreatif Nasional)
Malam penutupan menampilkan dua film IMAX yang diproduksi di Indonesia: UNDER THE SEA karya Howard Hall (AS, Kanada) dan BORN TO BE WILD karya David Lickley (AS)
Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa (Badan Bahasa), menggelar rangkaian kegiatan strategis dalam rangka penguatan literasi dan sastra, serta revitalisasi bahasa daerah di Jawa Tengah.
Aprinus mencontohkan, beberapa karya yang kandungan SARA, yakni pada novel Salah Asuhan yang pada draf awalnya disebut menyinggung ras Barat (Belanda).
Sastra sebagai suatu ekspresi seni berpeluang mempersoalkan berbagai peristiwa di dunia nyata, salah satunya adalah persoalan suku, agama, ras, dan antargolongan (SARA).
Dedikasi Pramoedya Ananta Toer tidak lepas dari berbagai konsekuensi berat, ia harus merasakan pahitnya penjara di tiga rezim berbeda.
Dengan lebih dari 50 karya yang diterjemahkan ke 42 bahasa, Pramoedya Ananta Toer adalah lambang harapan, perlawanan, dan keberanian melawan ketidakadilan.
Komite Sastra Dewan Kesenian Jakarta menggagas Jakarta International Literary Festival (JILF) 2024.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved