Headline
Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.
Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.
Keputusan FIFA dianggap lebih berpihak pada nilai komersial ketimbang kualitas kompetisi.
DI tengah pandemi, penyair Joko Pinurbo, atau lebih akrab disapa dengan Jokpin tetap menulis puisi dengan gaya khasnya yang bernuansa humor nyeleneh. Beberapa puisi yang ia tulis di tengah masa pandemi di antaranya Ambulans dan Juli 2021 yang secara eksplisit menggambarkan situasi kegetiran di tengah pandemi.
Di puisi Juli 2021 misalnya, ia dengan singkat menulis “Hari-hariku terbuat dari innalillahi.” Jokpin mengatakan, di tengah pandemi memang ia hampir setiap hari dipenuhi dengan momen yang puitis. Seperti ketika ia mendengar ambulans yang meraung-raung pada Juli silam, dan mengilhaminya menulis puisi Ambulans.
“Saya memang tidak melihat sosok yang ada di dalam ambulans. Tapi saya bisa membayangkan misalnya saya yang ada di dalam. Ini masa yang puitis sebetulnya, dan selama pandemi ini banyak sekali yang bisa ditulis. Saya banyak menulis puisi selama pengalaman menjalani masa pandemi ini. Tapi puitisnya versi saya. Puisi yang getir dan yang menimbulkan rasa sedih.” kata Jokpin dalam salah satu diskusi panel di Festival Bantu Teman, Rabu malam, (15/9).
“Karena itu, mungkin dari situ saya menemukan humor sebagai pendekatan mental untuk menjalani masa-masa yang sulit dan penuh ketidakpastian,” tambahnya dalam diskusi panel yang dipandu penyair Beni Satryo bertajuk Gelak Sedih: Humor, Puisi, dan Pandemi.
Festival Bantu Teman adalah program yang diluncurkan oleh gerakan Teman Bantu Teman, yang diinisiasi para penulis, penerbit, dan para pekerja perbukuan untuk membantu sejawat di situasi pandemi. Festival tersebut selain membincangkan topik perbukuan, juga bertujuan untuk menggalang dana yang akan digunakan membantu mereka yang bekerja di dunia perbukuan maupun kepenulisan yang tengah berada di situasi krisis.
Jokpin memandang, puisi humor dalam masa pandemi ini memiliki tugas menyalakan semangat hidup dan harapan. Puisi juga berperan penting memberikan kesadaran pada masyarakat bahwa mereka tidak sendirian, dan memang, tidak bisa hidup sendiri.
Meski terkesan sederhana, puisi humor bagi Jokpin sebenarnya berat. Risiko dalam menulis puisi humor adalah gagal menyajikan kejenakaan alias tidak lucu. “Bagaimana kemudian humor itu terasa wajar, tidak dibuat-buat gimmick dalam puisinya. Banyak orang kalau baca puisi humor yang ditangkap itu lucunya saja," tambah penyair yang bermukim di Yogyakarta ini.
Dalam menulis puisi-puisinya, Jokpin berupaya memosisikan di situasi orang lain. Dengan begitu meski puisinya berangkat dari pengalaman personal namun terasa dekat dengan banyak orang sehingga dapat membuat pembaca ikut tergelitik dan berpikir.
“Saya ingin menulis puisi humor yang sifatnya proses dari pengalaman personal tapi keluarnya bisa jadi pengalaman sosial, yang siapapun membacanya akan melahirkan ‘kita.’ Jadi tidak mau menulis puisi yang seperti biografi hidup saya sendiri. Hidup saya tidak menarik. Puisi punya gaya sentuhan yang bisa menggelitik mental pembaca, sehingga bisa menciptakan dunia pemaknaan setelah membaca puisi saya. Penyair akan mati, tetapi karya akan terus hidup.” (M-1)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved