Headline

Presiden sebut negara butuh kepolisian tangguh, unggul, bersih, dan dicintai rakyat.

Fokus

Puncak gunung-gunung di Jawa Tengah menyimpan kekayaan dan keindahan alam yang luar biasa.

Begini Cara Anak Muda Mengelola Industri Media

Galih Agus Saputra
31/8/2021 07:00
Begini Cara Anak Muda Mengelola Industri Media
peserta diskusi New Age of Creative Media(tangkapan layar)

Munculnya internet dalam beberapa dekade terkahir tak dapat dimungkiri telah membawa perubahan yang cukup signifikan pada proses pencarian, pengolahan, hingga penyampaian informasi. Berbagai macam informasi kini dapat diakses siapa, kapan, dan dimana saja, namun di sisi lain turut menghadirkan tantangan tersendiri, baik bagi pengelola media massa maupun si pencari informasi itu sendiri.

Pertanyaan yang kemudian muncul ialah bagaimana sang pencari informasi itu memilah sekaligus menghadapi kejenuhan di masa banjir informasi? Atau bagaimanakah cara para pengelola industri media massa mencukupi informasi yang sesuai dengan kebutuhan masing-masing pengguna hari ini?

Hal tersebut menjadi topik pembahasan dalam rangkaian 'Jakarta Metaverse', khususnya pada sesi 'The New Age of Creative Media', yang diselenggarakan Komite Ekraf Jakarta, Minggu, (29/8). Direktur Manual Jakarta, Hadi Ismanto mengatakan hal mendasar untuk melihat fenomena di atas ialah dengan memahami perbedaan antara pengetahuan dan informasi itu sendiri.

Baginya, informasi adalah data mentah, sementara pengetahuan ialah apa yang didapat audiensi dari data yang diolah tersebut. Maka di tengah-tengah antara informasi dan pengetahuan itu, sesungguhnya terdapat begitu banyak proses yang dilalui. Mulai dari edukasi, mengonsumsi pengetahuan dengan kritis, tak terkecuali tanggung jawab media dalam menyampaikan pengetahuan untuk publik.

"Beda market, beda entitas, maka beda pula pendekatan yang dilakukan oleh media, baik media yang untuk bisnis maupun media yang lebih mengedepankan kerja-kerja jurnalistik," katanya.

Manual Jakarta sendiri, lanjut Hadi, sejak berdiri delapan tahun lalu berusaha mencoba membuat informasi dengan nilai jurnalistik yang tinggi namun tetap relevan untuk publik. Maka dari itu pula, proses yang dilalui juga tidak pernah mengorbakan etika yang berlaku di dunia industri media.

Sekalipun ada perubahan, hal demikian hanya berlaku untuk format, apakah informasi yang disampikan melalui media sosial, event atau pertunjukan, dan bahkan 'produk cetak kecil-kecilan'. Sementara informasi yang diproduksi, selain mengedepankan kerja-kerja jurnalistik, juga mencoba menghadirkan sifat edukatif.

"Yang kami mau ialah, kami ini adalah gerbang antara informasi dan pengetahuan yang harus didapatkan oleh audiensi. Terlebih audiensi kami ialah mereka yang mencari pengetahuan yang mungkin cukup kritis dan pintar untuk mendapatkan informasi yang mereka mau," imbuhnya.

Sedikit berbeda dengan Hadi, Founder dan CEO, Proud Media Group, Trivet Sembel mencoba membawa industri media massa yang ia kelola menjadi jembatan antara potensi dan kesempatan (oportunity). Alasan itu sendiri muncul dari pengalamannya berteman dengan seseorang dari Perancis.

Orang tersebut, kata Trivet, pada suatu ketika berlibur bersama orangtuanya yang tidak bisa berkomunikasi menggunakan bahasa selain bahasa Perancis, ke Tana Toraja, Sulawesi Selatan. Sesampainya di sana, mereka lantas bertemu dengan penjaga sawah yang tidak lulus SMP namun mahir berbahasa Perancis.

"Teman saya terus bilang, ini itu sebenarnya salah satu bukti bahwa banyak sekali orang di Indonesia yang punya potensi tinggi tapi tidak pernah ketemu sama oportunity. Nah, dari situ Proud Media Group menjadi jembatan antara potensi dan oportunity. Karena kami juga melihat di Indonesia banyak sekali industri kreatif yang sebenarnya potensinya besar tapi oportunitynya susah," ujar Trivet.

Salah satu hal yang dapat menjadi jembatan antara potensi dan kesempatan, lanjut Trivet, ialah kapitalisme. Pasalnya, kapitalisme dalam pandangan Trivet mengenal tiga unsur utama yang terdiri dari pengaruh (influence), koneksi, dan uang.

"Dan kalau ditanya lagi, apa sih perbedaan antara informasi dan pengetahuan? Yang saya pelajari dari Volix (media yang didirikan Trivet -red), yang dicari sama orang-orang adalah edukasi dan entertaintment. Dan dua hal itu pula yang akhirnya kami fokuskan di Volix. Kami gabungkan keduanya menjadi edutaintment," pungkasnya.(M-4)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Adiyanto
Berita Lainnya
Opini
Kolom Pakar
BenihBaik