Headline
Buruknya komunikasi picu masalah yang sebetulnya bisa dihindari.
Buruknya komunikasi picu masalah yang sebetulnya bisa dihindari.
Pemprov DKI Jakarta berupaya agar seni dan tradisi Betawi tetap tumbuh dan hidup.
PADA 16 Juni lalu, tersiar kabar karamnya Rumah Sakit Apung Bahenol yang didirikan dr Lie Augustinus Dharmawa. Hal ini membuat masyarakat luas ikut dilanda kesedihan. Bagaimana tidak, selama delapan tahun beroperasi, RSA telah menjadi penolong bagi banyak warga kepulauan dan pesisir yang tidak mendapat akses kesehatan.
Tercatat, bukan saja sudah melayani lebih dari 13ribu pasien rawat jalan, RSA yang berbentuk kapal ini bahkan sudah menjalankan 643 operasi kecil dan 385 operasi besar. Sebuah gerakan donasi pun dibuat di Kitabisa.com untuk pembangunan kembali RSA itu.
Hadir sebagai bintang tamu Kick Andy bertajuk Senja tak Kunjung Padam yang tayang hari ini, dr Lie Augustinus Dharmawan mengungkapkan kronologis karamnya RSA Bahenol akibat kebakaran dalam perjalanan ke Sumbawa di Teluk Sape.
“Kapal itu mendadak terbakar dan dengan cepat tenggelam. Untunglah keenam ABK bisa menyelamatkan diri," tukas dokter kelahiran Padang 75 tahun silam itu. "Ada orang yang berspekulasi karena mesinnya tua, jadi korsleting dan terbakar, tapi mesinnya tidak tua. Dua tahun yang lalu, mesin kapal yang tadinya mesin truk diganti dengan mesin kapal," tambah dokter spesialis ahli bedah umum, bedah toraks, bedah jantung, dan bedah pembuluh darah ini.
Dokter Lie mengungkapkan tekad awal membuat RSA hadir dari pengalaman pribadinya yang diselimuti dengan kemiskinan. Sang ayah meninggal saat dr Lie masih berusia 10 tahun dan sejak itu perekonomian keluarganya kian sulit.
"Ketika mama sambil menangis menyuruh saya bermain, saya tahu beliau sangat sedih, tidak mampu memberikan makan dan sebagai hiburan hanya menyuruh anaknya bermain lagi. Ini berbekas ke dalam kehidupan saya. Saya tidak bisa melihat orang menderita," jelas dokter Lie. Meski hidup serbakesusahan, dr Lie tetap tumbuh sebagai anak berprestasi. Ia mendapat gelar dokter dari Free University Berlin, Jerman.
Selain itu, dr Lie merasa bahwa profesi sebagai dokter membawa tanggung jawab sebagai kepanjangan tangan Tuhan. Iman dan rasa nasionalisme di dalam diri yang mengantarkan dokter Lie untuk bisa membantu banyak orang. "Saya yakin ini adalah proyek Tuhan yang boleh saya kerjakan sebagai perpanjangan tangan Beliau. Saya juga bangga menjadi orang Indonesia," ujarnya.
Melanjutkan misi
Berkat gerakan penghimpunan dana, dr Lie mengungkapkan kini sudah bisa mencari kapal pengganti. Ia pun merasa terharu dengan perhatian dan bantuan masyarakat.
"Dananya sudah di atas 40 miliar. Ada dua yang saya lihat, satu bahwa orang melihat apa yang kami lakukan ini memang benar dilakukan di negara kita. Kedua, menjadi cambuk bagi saya untuk terus berkarya memberikan pelayanan kepada mereka yang membutuhkan. Saya tidak berputus asa, apalagi menyerah," tegasnya
Lebih lanjut, ia menjelaskan kapal yang diharapkan menjadi kapal pengganti itu berada di Sulawesi dan tingkat pengerjaannya telah mencapai 70%. Kalau sudah selesai, kapal itu akan dibawa ke Jakarta. Kami akan memuat alat-alat yang dibutuhkan. Kapal yang baru ini kira-kira 4,5 meter lebih besar daripada Bahenol," paparnya.
Bukan hanya lewat kapal, dokter Lie dan DoctorSHARE sejak 2015 juga menjalankan program dokter terbang atau flying doctor untuk menjangkau masyarakat terpencil di daerah pegunungan. "Di mata Tuhan itu nyawa sangat berharga, juga di mata seorang dokter. Yang hidup di hutan itu saudara kita juga, nyawa mereka sama berharganya dengan nyawa mereka yang hidup di pesisir. Jangan tunggu bola itu dating, tapi kita datang untuk penjemputan bola. Itu adalah ide dasar," ujar dokter Lie.
Tak hanya sampai disitu, di usia senjanya, semangat terus membantu banyak orang tak pernah pudar, dokter Lie juga memiliki mimpi besar untuk memberikan akses pendidikan untuk suku laut dengan cara mendirikan sekolah laut yang saat ini sedang melayani di Kepulauan Riau. Ia percaya dengan ilmu, masyarakat pesisir akan keluar dari situasi sulit. (M-1)
Wakil Pemimpin Redaksi Metro TV Aries Fadhilah secara simbolis menyerahkan paket bantuan di tiga yayasan sekitar Kantor Metro TV, Kedoya, Jakarta Barat, Selasa (19/3)
Adapun paket seragam terdiri baju sekolah, baju pramuka, celana atau rok, sepatu, tas, dan peralatan keperluan sekolah lainnya dengan kisaran harga Rp1,2 juta per paket.
Rektor universitas berkontribusi nyata sebagai motor penggerak utama prestasi dan inovasi lembaga pendidikan yang dipimpinnya.
Saat ini jenazah yang ditemukan di kawasan Bacan Timur, Halmahera Selatan itu masih dalam proses identifikasi.
Diharapkan kerja sama Metro TV dan Alamtri terus terjalin sebagai bentuk kepedulian yang nyata untuk mengurangi angka putus sekolah
METRO TV kembali berkolaborasi dengan Adaro Group melalui Yayasan Adaro Bangun Negeri atau YABN dengan melaksanakan program Satu Seragam Sejuta Harapan.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved