Headline
Tidak ada solusi militer yang bisa atasi konflik Israel-Iran.
Para pelaku usaha logistik baik domestik maupun internasional khawatir peningkatan konflik Timur Tengah.
DERETAN jabatan yang diemban Anita Wahid belum lama ini bertambah lagi dengan didapuknya ia menjadi unsur Dewan Penasihat Keamanan Tiktok Asia-Pasifik. Tiktok, salah satu platform medsos yang sedang meroket di masyarakat, memang kini tidak hanya digunakan untuk konten hiburan, tetapi juga kritik sosial. Di sisi lain, kekhawatiran akan konten yang tidak mendidik tetap besar.
Anita pun mengakui potensi konten berbahaya dan negatif lainnya di platform itu. Karena itu, peran Dewan Penasihat Keamanan menjadi krusial untuk memberikan masukan mengenai konten yang berpotensi mengancam keselamatan anak-anak, konten pornografi, penipuan, ujaran kebencian, hoaks, dan sejenisnya.
“Jadi, kami tugasnya melakukan telaah terhadap apa yang sedang terjadi dan memberikan masukan mengenai hal-hal tersebut. Membantu juga mengenai bagaimana mebuat batasan mengenai situasi itu. Intinya membantu Tiktok agar bisa membuat platformnya aman bagi penggunanya,” tuturnya.
Lebih lanjut ia menjelaskan kehadirannya di Tiktok juga merupakan wujud mengawal isu demokrasi. “Saya memang sejak awal fokus di isu demokrasi lalu sejak sekitar 2016 mulai banyak terjun ke isu hoaks dan literasi digital. Dari situ terus kemudian akhirnya saya jadi banyak masuk dan berkecimpung ke ranah literasi digital dan bergabung ke Tiktok,” jelas perempuan yang duduk di Supervisory Board Abdurrahman Wahid Center for Peace and Humanity Universitas Indonesia sejak 2012.
Bagi Anita, medsos merupakan salah satu sarana penguatan demokrasi. Sosmed menjadi media bersuara, membangkitkan kesadaran publik, berdakwah, sampai juga memantau kinerja pemerintah di berbagai lapisannya. Di tengah pandemi ini, media sosial juga menjadi salah satu platform untuk saling membantu dan berbuat hal positif.
Di tengah kesibukannya dalam berbagai lembaga dan organisasi, Anita masih menyisihkan waktunya untuk berbisnis. Ia membuat usaha kuliner bernama Urban Salad Circus.
“Jadi, sebenarnya kenapa salad itu karena saya jadi anak rantau itu, kan, malas sekali masak. Jadi, sering banget buat salad. Awalnya jualan online dulu hingga akhirnya membuka restoran sekitar 2019,” tuturnya.
Namun, baru berjalan selama setahun, ia harus menghadapi kenyataan kehadiran pandemi covid-19. Sejak awal pandemi ia terpaksa berkali-kali tak menjalankan restorannya karena kebijakan pembatasan dari pemerintah.
“Sekarang juga sedang tutup dulu. Memang berat sekali rasanya, apalagi ada karyawan juga yang ikut terdampak. Semoga segera membaik dan bisa berjalan lagi,” pungkasnya. (Pro/M-1)
Nama: Anita A Wahid
Pendidikan
Master of arts dalam development management, Ruhr-Universitaet-Bochum, Jerman (2004-2006)
Sarjana hubungan internasional, FISIP UI (1996-2002)
Karier
Deputy Director Public Virtue Research Institute, 2014-sekarang
Supervisory Board Abdurrahman Wahid Center for Peace and Humanity Universitas Indonesia, 2012-sekarang
Organisasi/Gerakan
Presidium Masyarakat Antifitnah Indonesia (Mafindo), 2016-sekarang
Inisiator gerakan Sejuta Tes Antigen
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved