Headline
Pansus belum pastikan potensi pemakzulan bupati.
Sebuah wahana tanpa awak milik Badan Penerbangan dan Antariksa Amerika Serikat (NASA), Curiosity baru-baru ini dikabarkan telah berhasil memrediksi keberadaan tanda kehidupan masa lampau di Planet Mars. Sayangnya, tanda itu hilang karena tergerus 'air super asin'.
Hilangnya bagian tersebut pada akhirnya menuntut para ilmuwan NASA untuk melakukan 'pengaturan ulang' atas berbagai hitungan yang telah dilakukan sejak awal. Sebelumnya mereka percaya Mars memiliki batuan dan mineral purba yang lebih besar dari Bumi. Atas alasan itu pula mereka mengirim Curiosity ke sebuah kawah yang mengering jutaan tahun silam bernama Gale.
Menggunakan teknologi tambahan bernama Chemistry & Mineralogy X-Ray Diffraction (CheMin), para ilmuwan mencoba membandingkan sampel yang diambil dari dua area terpisah sekitar 400 meter. Anehnya, setengah dari mineral lempung yang mereka yakini di suatu titik tertentu telah hilang dan digantikan dengan batu lumpur kaya oksida besi, atau yang selama ini memberi warna merah pada Mars.
"Kemungkinan air asin yang meresap melalui lapisan sedimen menjadi alasan mengapa catatan batuan menghilang. Air asin kemungkinan berasal dari danau pada saat Mars lebih kering, tidak seperti danau air tawar yang ada saat batu lumpur terbentuk. Kami dulu berpikir begitu lapisan mineral tanah liat ini terbentuk di dasar kawah Gale, mereka tetap seperti itu, melestarikan catatan selama miliaran tahun. Tapi air asin ternyata memecah mineral tanah liat ini di beberapa tempat," kata sang Ilmuwan, Tom Bristow seperti dilansir dari laman NASA, Selasa, (20/7).
Bristow dan tim percaya bahwa apa yang mereka hadapi kali ini ialah bagian dari dampak perubahan iklim di Mars ribuan tahun silam. Sebelum danau atau kawah Gale mengering, air tanahnya telah bergerak di bawah permukaan, melarutkan dan menyembunyikan bahan kimia. Setelah mineral ini diendapkan, batulumpur berubah karena interaksi 'diagenesis', sehingga memperumit kemampuan ilmuwan untuk memahami sejarah tanah sebelumnya.
"Namun, ini juga menciptakan pengalaman bawah tanah yang dapat mendukung kehidupan mikroba yang di Bumi dikenal sebagai 'biosfer dalam'. Ini adalah tempat yang sangat baik untuk mencari bukti kehidupan purba dan mengukur kelayakhuniannya," imbuh Ilmuwan lain yang terlibat dalam penelitian ini, John Grotzinger. (M-4)
Wahana Mars Express ESA memotret detail Acheron Fossae, wilayah retakan purba di Mars yang terbentuk 3,7 miliar tahun lalu.
Penelitian terbaru mengungkap gletser di Mars sebagian besar terdiri dari es murni, memberikan harapan baru sebagai sumber air.
Mars tidak selalu kering dan tandus seperti sekarang. Penelitian terbaru menunjukkan bahwa miliaran tahun lalu, planet merah ini pernah mengalami hujan deras bahkan salju.
Para peneliti menemukan lebih dari 15.000 km aliran sungai kuno di Mars, menunjukkan Planet Merah pernah hangat dan basah akibat hujan.
Foto terkini dari ESA menampilkan permukaan Mars dalam semburat kuning, jingga, dan coklat.
Sebuah studi menemukan lapisan tanah liat tebal dan kaya mineral di permukaan Mars.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved