Headline
Tidak ada solusi militer yang bisa atasi konflik Israel-Iran.
Para pelaku usaha logistik baik domestik maupun internasional khawatir peningkatan konflik Timur Tengah.
TAHUN ini Idul Adha kembali dijalani dalam situasi pandemi. Dengan penerapan Kebijakan pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) darurat di Jawa dan Bali, pelaksaan sholat Idul Adha 1442 H di zona merah dan oranye kasus covid-19 pun ditiadakan.
Meski terasa berat bagi umat, segala pembatasan itu semestinya tidak menghalangi semangat berkurban. Fasilitas kurban daring juga kian marak disediakan berbagai lembaga penyelenggara kurban, tidak terkecuali oleh Badan Amil Zakat Nasional (Baznas).
Badan resmi penghimpun dan menyalurkan zakat, infak, dan sedekah (ZIS) pada tingkat nasional itu telah menyediakan fasilitas kurban daring sejak 2016. Lalu bagaimana penghimpunan dan penyaluran tahun ini, serta bagaimana pula Baznas ikut merespons pandemi melalui penyaluran zakat dan sadaqahnya? Berikut wawancara Media Indonesia terkait hal-hal itu dengan Ketua Badan Amil Zakat Nasional (Baznas) RI, Noor Achmad, melalui aplikasi Zoom, Kamis, (16/7).
Bagaimana urgensi berkurban dalam masa pandemi ini?
Ibadah kurban tentu merupakan satu hal penting yang dapat dilakukan bagi mereka yang memiliki kemampuan dan harus disalurkan dalam bentuk daging hewan kurban. Dalam hal urgensinya untuk membantu sesama tentu sangat penting karena saat ini banyak sekali masyarakat yang berada dalam kondisi ekonomi tak baik. Salah satunya misalnya kami juga banyak menerima proposal permintaan daging kurban seperti dari pesantren.
Kalau ternyata dagingnya berlebih juga masih bisa dimanfaatkan dalam waktu yang lebih panjang dengan sistem pengemasan seperti pengalengan. Itu yang juga kami rencanakan, tapi itu kalau nantinya ternyata daging kurbannya ada berlebih.
Bagaimana animo masyarakat untuk berkurban dalam konteks pandemi sekarang ini? Apa naik atau turun?
Sejauh ini cukup bagus animonya. Dilihat dari grafi k pengumpulan hewan kurban yang terus meningkat. Di tahun 2019 sebelum pandemi jumlah hewan kurban yang kami himpun sebanyak 1.670 ekor terdiri atas kambing dan sapi. Lalu pada 2020 ketika awal pandemi, ada
peningkatan jumlah hewan kurban yang kami himpun sebesar 66% menjadi sebanyak 2.775 ekor.
Tahun ini, kami menargetkan ada peningkatan lagi hingga 44% atau mencapai sebanyak 4 ribu ekor. Sekarang angkanya masih bergerak dan semoga sesuai dengan target. Namun, intinya adanya program kurban online ini juga kan merupakan respons kami dari adanya masukan.
Apa artinya peningkatan itu dari sudut pandang agama dan sosial?
Ini menurut saya mencerminkan karakter masyarakat Indonesia yang sangat ingin tetap bisa berderma meski sedang di masa sulit. Artinya, kegotong royongan di mayarakat kita luar biasa dan selalu diperlihatkan di masa-masa yang memang membutuhkan bantuan dari sesama. Kami hanya membantu memfasilitasinya.
Kita tahu bahwa di masa pandemi masih banyak orang yang berkemampuan, tetapi mungkin butuh bantuan agar bisa ber amal atau berkurban di tengah pembatasan akibat pandemi. Itu yang kami tangkap dan berusaha semaksimal mungkin untuk bisa menjalankannya dengan baik dan amanah.
Pola daring memang semakin diminati meski masih banyak juga yang memilih berkurban secara langsung. Namun, peningkatannya terlihat untuk kurban daring. Khususnya dari masyarakat di kota-kota besar. Karena saat ini juga pemesan terbanyak kurban online Baznas juga
masih dari kota-kota besar di Pulau Jawa seperti Jabodetabek misalnya.
Bagaimana sistem penyediaan hewan ternak melalui mekanisme daring ini?
Kami sudah memiliki 24 bale ternak yang tersebar di 24 daerah Indonesia. Kami juga bekerja sama dengan lebih dari 80 peternak lainnya sehingga Insya Allah ketersediaan hewan kurban untuk memenuhi pembelian secara online ini bisa cukup dan aman.
Melalui tim Baznas di seluruh provinsi, kami terus menjalin komunikasi dan berkoordinasi dengan mitra-mitra peternak kami untuk memastikan jalannya kurban daring ini lancar dan amanah. Para peternak sudah kami sosialisasikan untuk melakukan pelaksanaan kurban online yang kami lakukan.
Bagaimana dengan sistem penyaluran dan pelaporan pada donatur?
Untuk daerah tentu kami prioritaskan yang masyarakatnya paling membutuhkan. Tapi sebenarnya kami juga memprioritaskan sesuai permintaan orang yang berkurban. Mereka bisa menentukan mau disalurkan kemana hewan kurban yang mereka beli. Kita juga memprioritaskan para calon penerima yang memang sangat membutuhkan. Walaupun daging kurban tak harus untuk fakir miskin, kita untuk tahun ini memang memprioritaskan pada mereka yang mengalami kesulitan ekonomi, khususnya yang mengalaminya akibat terdampak covid-19.
Proses pembagian daging juga akan kami lakukan dengan menerapkan protokol kesehatan sesuai surat edaran Menteri Agama agar tidak menimbulkan kerumunan.
Sementara itu, untuk sistem pelaporan pada pemberi kurban akan kami lakukan secara berkela secara daring. Dari mulai bukti pembelian yang dikirimkan langsung setelah membeli hewan kurbannya, foto hewan kurban sebelum dan setelah dipotong dan ketika proses penyaluran.
Bagaimana protokol penyembelihannya dan tantangan di masa pandemi ini seperti apa?
Penyembelihan hanya akan langsung dilakukan di rumah potong hewan oleh para petugas atau pengelola peternakan.
Tantangan pasti ada. Artinya, dari situ jaringan Baznas harus kita perkuat, baik jaringan antara Baznas pusat dan daerah, dengan UPZ (Unit Pengumpul Zakat) di daerah masing-masing hingga penguatan jaringan digital. Namun, karena Baznas ini memang juga sudah menyebar ada perwakilannya di hampir semua daerah jadi koordinasi jadi bisa lebih mudah dilakukan.
Kami sangat mengandalkan panitiapanitia atau tim Baznas di daerah hingga ke tingkat kecamatan dan desa. Kami juga kerap bekerja sama dengan masyarakat setempat kalau ada kekurangan jaringan digital akibat berbagai keterbatasan infrastruktur di suaru daerah.
Dari sudut pandang agama, bagaimanakah penyaluran zakat dan infaq ikut merespons kondisi yang ada, termasuk pandemi?
Di tengah kondisi saat ini, memang upaya penyelamatan jiwa harus diprioritaskan. Itulah mengapa kami berfokus menyalurkan zakat untuk membantu penanggulangan dampak covid-19. Baik bagi yang terpapar dan berjuang dari sisi kesehatan, yang terdampak secara
ekonomi, ataupun bagi yang sudah wafat akibat pandemi ini.
Secara agama ataupun kemanusiaan upaya mencegah kerusakan serta menjaga jiwa manusia itu sangat penting dilakukan. Maka kita harus sekuat tenaga membantu menjaga jiwa sesama manusia, termasuk membantunya dari keterpurukan dan keterhimp itan ekonomi yang mungkin dialami akibat pandemi.
Lalu bagaimana Baznas merespons kebutuhan pandemi lewat penyaluran zakat, infak, maupun sedekah?
Kita sudah punya satgas covid-19 di pusat, kita juga sudah melakukan berbagai kegiatan untuk membantu penanganan covid-19. Kami memang berkomitmen fokus membantu pemerintah dalam melakukan berbagai upaya penanganan dampak covid-19 ini.
Baznas membuat delapan program da ru rat, yang turut didukung oleh 11 lembaga program Baznas beserta relawan. Delapan program darurat itu di antaranya, bantuan paket penggali kubur sebanyak 560 paket; bantuan 30 paket pemulasaraan jenazah; dukungan 500 paket ruang isolasi di Rusunawa Nagrak Cilincing; oksigen bagi faskes di Jabodetabek yang mencapai 200 unit, bantuan 100 APD penggali kubur untuk pemakaman pasien covid-19, bantuan pemulasaraan jenazah isolasi mandiri, bantuan 1.000 paket imun untuk nakes, mustahik penyintas covid-19, sopir ambulans; dan bantuan 20 tenda darurat untuk faskes se-Jabodetabek. Kami juga sempat membantu menyalurkan tabung oksigen meskipun belum banyak, tetapi kita coba membantu mencari tabung oksigen, sejauh ini sudah ada 200 tabung oksigen yang kita perbantukan.
Sejak awal pandemi tahun lalu, Baznas juga telah menjalankan program-program ekonomi, di antaranya cash for work, paket logistik keluarga, pemberdayaan warteg, Zmart (pengembangan warung atau toko), ZChicken (pelatihan memasak dan usaha ayam goreng), dan lainnya. Yang terbaru, Baznas juga merencanakan Family Healing Kit untuk membantu masyarakat yang tengah isoman di rumah.
Dalam memaksimalkan program ini, Baznas mengerahkan 1.465 personel response team, 12 personel pemulasaraan, 200 nakes, dan 279 unit ambulans.
Daerah mana saja yang jadi prioritas?
Tentu daerah-daerah yang terdampak covid-19 paling parah, terutama di kotakota besar di pulau Jawa yang memang angka penyebaran covid-19 juga sangat tinggi. Tim satgar covid-19 Baznas terus bergerak, khususnya dengan menghimpun informasi dari masyarakat agar tahu siapa saja yang tengah sangat butuh bantuan dan belum terjangkau selama ini.
Kami berharap semakin banyak juga dari masyarakat yang menyalurkan zakat agar pergerakan kami dalam membantu penanganan covid-19 ini bisa lebih masif. Karena kami ini kan prinsipnya menghimpun dan menyalurkan pada yang membutuhkan sesuai jumlah yang ada.
Intinya jangan ragu menyisihkan rezekinya meski tengah dalam kondisi yang tidak mudah. Semoga pandemi ini bisa membuat kita semua menjadi pribadi yang lebih baik dan bermanfaat bagi sesama manusia. (M-1)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved