Headline

Buruknya komunikasi picu masalah yang sebetulnya bisa dihindari.

Fokus

Pemprov DKI Jakarta berupaya agar seni dan tradisi Betawi tetap tumbuh dan hidup.

Sharlini Eriza Putri: Perintis Startup Biotek

*/M-1
27/6/2021 05:35
Sharlini Eriza Putri: Perintis Startup Biotek
Sharlini Eriza Putri(MI/SUMARYANTO BRONTO)

NUSANTICS atau kepanjangan dari Nusantara Genetics bisa dibilang perusahaan rintisan pertama yang ber­gerak di bidang bioteknologi. Didirikan oleh Sharlini Eriza Putri, Revata Utama, dan Vincent Kurniawan pada 2019, Nusantics berfokus pada teknologi genom.

Meski memiliki bidang studi genom yang luas, dengan keterbatasan yang ada, mereka masih memfokuskan diri ke bidang kecantikan.

Sharlini, yang hadir sebagai bintang tamu di acara Kick Andy episode Bisnis Kekinian yang tayang Minggu (27/6) menjelaskan, dengan bioteknologi, klinik kecantikan mereka tidak menerapkan tindakan invasif.

Lebih lanjut ia menjelaskan bahwa ide pendirian Nusantics berawal dari keheranan mereka dengan semakin banyaknya penyakit meski saat ini produk sanitasi sudah begitu banyak beredar. Berbagai penilitan menunjukkan, kondisi tubuh manusia yang juga memiliki beragam bakteri, virus, dan jamur sesungguhnya harus dijaga keragaman dan keseimbangannya. Dengan terlalu banyaknya penggunaan produk sanitasi, keseimbangan tubuh itu akan berkurang dan pada akhirnya imunitas juga berkurang.

Dari pemahaman itu Nusantics mengembangkan tiga layanan, yaitu Biome Scan, yang memberikan pelayanan tes screening wajah akan kandungan mikro­bioma untuk mengetahui kesehatan wajah. Biome Facial Bar yang memberikan perawatan facial untuk memberikan keseimbangan mikrobioma pada wajah. Terakhir, Biome Beauty, perawatan wajah yang dapat dilakukan di rumah untuk menjaga kesehatan wajah.

Selain bermain dalam ranah kecantikan, Nusantics pun dilirik oleh Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) serta Bio Farma untuk mengembangkan tes kit covid-19 dan pemetaan mutasi virus korona. Untuk tahap awal produksi tes kit PCR, mereka bekerja sama dengan East Ventures.

Mereka membuat gerakan penggalangan dana Indonesia Pasti Bisa. “Jadi, orang-orang menyumbang Rp10 ribu sampai Rp1 miliar, akhirnya dapat Rp10 miliar. Kita beli bahan baku lalu diproduksi, kemudian disebar gratis di seluruh Indonesia,” tuturnya.

Tes kit tahap 1 telah disebar ke seluruh Indonesia dan bekerja dengan baik. Dengan hasil itu mereka memproduksi tes kit tahap 2 bekerja sama dengan Bio Farma. “Sekarang juga sudah digunakan jutaan di seluruh Indonesia. Harganya bersaing karena adanya tes kit lokal maka PCR ini bisa turun harganya menjadi Rp800 ribu hingga Rp900 ribu,” lanjut Sharlini.

Tes kit PCR berbasis air liur hasil kerja sama dengan Bio Farma itu dipasarkan dengan merek Bio Saliva. Tes kit itu merespons keluhan masyarakat akan rasa tidak nyaman saat pengambilan sampel metode swab hidung. Adapun Bio Saliva menggunakan metode berkumur dengan cairan yang aman. Cairan hasil kumur itu yang kemudian diperiksa di lab.

Sharlini berharap kehadiran Nusantics juga berperan mendukung Indonesia untuk menjadi pemenang dalam teknologi ranah biologis. Pandemi telah membuka mata bahwa dunia bisa kacau dengan satu virus saja. Sebab itu, penting bagi negara-negara untuk menguasai bioteknologi.

Sharlini yakin Indonesia, yang sebelumnya kurang unggul di persaingan industri, dapat mengatasi ke­tertinggalan lewat bioteknologi. “Sehingga ini masuk babak baru di mana biologis sebagai teknologi. Siapa yang mampu menguasai teknologi itu, dia yang menang. Indonesia sebagai negara dengan biodiversitas yang tinggi, kita harus menang. Jadi harapan kami seperti namanya Nusantara Genetics itu signifikan,” tutupnya. (*/M-1)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Riky Wismiron
Berita Lainnya