Headline

Buruknya komunikasi picu masalah yang sebetulnya bisa dihindari.

Fokus

Pemprov DKI Jakarta berupaya agar seni dan tradisi Betawi tetap tumbuh dan hidup.

Andreas Resha: Fleksibilitas Restoran Virtual

Nike Amelia Sari
27/6/2021 05:30
Andreas Resha: Fleksibilitas Restoran Virtual
Andreas Resha(MI/SUMARYANTO BRONTO)


SAAT ini hampir semua bisnis bisa berbasis virtual. Begitu pula dengan bisnis restoran. Itulah yang ditunjukkan oleh Hangry, restoran virtual multimerek.

Berdiri sejak 2019, hingga kini Hangry telah memiliki lima merek bisnis kuliner yang dikembangkan sendiri, yakni Moon Chicken, San Gyu, Dari Pada, Nasi Ayam Bude Sari, dan Ayam Koplo. Dengan berbasis virtual maka sajian kelima merek itu seluruhnya disampaikan lewat layanan antar.

Hadir sebagai bintang tamu Kick Andy episode Bisnis Kekinian yang tayang Minggu (27/6), Chief Ope­rating Officer (COO) dan salah satu pendiri Hangry, Andreas Resha atau yang akrab disapa Resha, menyebutkan bahwa di balik nama Hangry tersimpan makna yang melatarbelakangi hadirnya bisnis ini di tengah masyarakat.

“Jadi kata ‘Hangry’ dibentuk dari dua kata yang terpisah dalam bahasa Inggris, hungry dan angry. Kita selalu berpikir bahwa pelanggan-pelanggan kita ini adalah orang-orang yang sangat lapar dan mereka perlu makanan yang enak dan diantarkan ke depan pintu mereka dalam waktu yang singkat,” kata Resha yang mendirikan Hangry bersama dengan Abraham Viktor (Bram) dan Robin Tan.

Lebih lanjut ia mengungkapkan bahwa pengalaman kuliner Bram di Tokyo, Jepang, yang menginspirasi lahirnya bisnis restoran virtual itu. Bram mengaku terkesan dengan layanan serbacepat di restoran-restoran ‘Negeri Matahari Terbit’. Kecepatan layanan itu merupakan faktor penting untuk mencapai kepuasan pelanggan, selain memang makanan yang enak.

Ide itu kemudian digabungkan dengan model bisnis cloud kitchen yang memanfaatkan fleksibilitas dan efisiensi infrastruktur dapur. Dengan begitu, bisnis akan berjalan lebih efisien dan menghemat modal yang dikeluarkan.

Bisnis itu kemudian dijalankan dengan suatu dapur yang memproduksi makanan untuk semua merek di bawah Hangry. Untuk memasarkan produknya, Hangry pun masuk ke semua platform besar pengantaran makanan di Indonesia.

Selain mengutamakan efisiensi dapur, Hangry juga membuat divisi khusus riset dan pengembangan menu agar terus menghasilkan produk yang bisa membaca sele­ra pasar. Dengan memanfaatkan teknologi pula mereka bisa mengumpulkan masukan dari para pelanggan untuk menciptakan dan mengembangkan menu baru.

Resha optimistis bisnis restoran virtual ini menjanjikan karena dibutuhkan di Indonesia yang dianggap belum memiliki pemain baru yang menawarkan kebaruan di bisnis kuliner. Mereka bahkan memiliki target bisa menjadi pemain di kancah global. “Ambisi kita untuk menciptakan satu pemain baru di dunia kuliner yang berasal dari Indonesia, yang bisa bermain dalam kancah global. Cita-cita kita adalah di tahun 2025 itu kita sudah menjadi pemain kuliner yang paling dominan di Indonesia,” tegasnya.

Di masa pandemi, Resha menceritakan bahwa pada awalnya bisnisnya sempat terdampak dengan mengalami kelesuan beberapa bulan. Namun, sejak pertengahan April, bisnis kuliner ini telah kembali bangkit dan justru berkembang seiring dengan gaya hidup makanan pesan antar yang semakin disukai masyarakat.
 

 

Restoran fisik

Meski sukses, Resha tidak menutup kemungkinan untuk membuka restoran fisik di masa depan. “Jadi, bagian dari strategi kita dari awal, jadi kalau dilihat industri kuliner, market-nya bukan hanya delivery only, kalau misalnya fokus ke delive­ry only, pasarnya akan terbatas.”

Saat ini Hangry telah memiliki 40 gerai di wilayah Jabodetabek dan Bandung. Bisnis Hangry juga dilirik oleh investor mancanegara yang menanamkan modal sebesar Rp188 miliar. Lewat dana tersebut Hangry berencana untuk berekspansi, dan tidak hanya di dalam negeri. “Kita mau mendominasi, tidak hanya pasar di Indonesia, tapi juga mau mendominasi pasar global. Jadi selangkah demi selangkah, pertama di Indonesia dulu,” tambah Resha.

Terlepas dari bisnisnya, Hangry juga melakukan kegiatan sosial seperti berkolaborasi dengan Top Tables mengadakan master class series berbayar. Seluruh dana yang terkumpul akan didonasikan kepada Food Bank Indonesia. Di masa pandemi ini, Hangry Covid menggelar bantuan masker, sarung tangan, hingga berbagai makanan kepada dokter dan masyarakat yang terkena dampak.

“Visi besar kita, kita ingin menjadi bagian dari masyarakat global. Jadi, kita ingin brand atau produk kita bisa menemani mereka di seluruh dunia, baik ketika senang maupun sulit. Pada saat itu, kita mengetahui banyak orang yang mengalami kesulitan. Kalau misalnya visi kita menjadi bagian dari mereka, jadi kalau pada saat itu mengalami kesulitan, mengalami kritis, kita juga harus menjadi bagian dari hidup mereka. Salah satunya dengan membantu sebisa mungkin,” pungkasnya. (M-1)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Riky Wismiron
Berita Lainnya