Headline
Mantan finalis Idola Cilik dan kreator konten juga memilih menikah di KUA.
Mantan finalis Idola Cilik dan kreator konten juga memilih menikah di KUA.
Ketegangan antara Thailand dan Kamboja meningkat drastis sejak insiden perbatasan
MUSIK klasik bukan genre yang paling populer di kalangan generasi muda Tanah Air. Akan tetapi, meski waktu terus berlalu, musik klasik tidak pernah kehilangan pamornya. Selalu ada sobat-sobat Muda yang setia menekuni jalur musik yang satu ini, seperti Alice Cahya Putri.
Terlahir dan besar di keluarga yang menyukai musik membuat perempuan kelahiran 1998 ini memiliki kecintaan terhadap seni tersebut, khususnya olah vokal. Alice bahkan menyeriusinya dengan mengambil program studi Master of Arts in Classical Singing-Opera University of Pecs, Hongaria, saat ini.
Baru-baru ini, ia pun menggondol penghargaan juara dua kategori female dalam kompetisi Tembang Puitik Ananda Sukarlan 2021.
Yuk, simak obrolan Muda dengan Alice yang juga aktif mengajar seni olah suara kepada masyarakat umum, via Zoom, Kamis (3/6).
Bagaimana awalnya kamu berkenalan dengan musik?
Kebetulan aku lahir dari orangtua yang suka musik juga. Jadi, banyak lagu yang dikenalkan dari berbagai macam genre musik. Salah satunya musik klasik, seperti lagu-lagu sastra.
Aku mulai menyanyi sekitar umur enam tahun dan mulai serius mendalami musik pada kurang lebih usia 10 atau 12 tahun.
Bagaimana latihan musik klasik, berat?
Aku tidak merasa itu berat atau susah karena aku memang suka musik klasik.
Apa yang membuat kamu suka dengan musik klasik?
Menurut aku, musik klasik lebih banyak tantangan, seperti tiba-tiba notnya tinggi atau rendah. Aku suka analisis-analisis juga. Musik klasik juga bahasa utamanya Prancis, Jerman, dan Italia, aku bisa belajar bahasa baru dan negaranya.
Jadi, belajar musik klasik itu bukan sekadar belajar musik, teknik, melainkan juga sambil berkenalan dengan negara dan bahasanya. Lewat belajar musik klasik, aku bisa belajar hal-hal lain juga.
Apa respons orangtua kamu terhadap pilihan kamu ke bidang musik?
Awalnya, orangtua aku belum mendukung untuk belajar lebih dalam di bidang musik. Mereka dukung aku bermusik untuk sekadar hobi.
Saat kelas tiga SMA, aku dapat undangan di salah satu universitas di Indonesia jurusan sastra Inggris, tetapi selama satu tahun di jurusan ini, aku merasa tidak cocok. Lalu, aku coba mendaftar universitas di Singapura, ternyata lulus dan dapat beasiswa penuh.
Pada akhirnya, orangtua aku mendukung setelah saat S-1 aku dapat pengumuman lalu dapat beasiswa penuh juga dan mungkin aku memang jalannya ini sehingga mereka sampai sekarang mendukung sekali.
Kenapa kamu memilih untuk mendalami musik klasik di luar negeri?
Indonesia juga sudah banyak menyediakan tempat untuk mendalami musik klasik, tetapi kebetulan aku dapatnya yang luar negeri. Aku juga berkeinginan untuk bisa menekuni bidang ini di Indonesia, tapi karena kebetulan lebih dulu diterima di luar negeri, jadi aku langsung ambil saja.
Apakah ada kesulitan ketika kamu kuliah di luar negeri?
Aku sebetulnya tidak merasa sendiri saat berada di luar negeri karena sudah banyak teman Indonesia juga yang di luar negeri dan kita juga saling bantu. Contohnya, di Hongaria saat ini, ada teman-teman PPI (Perkumpulan Pelajar Indonesia) Hongaria juga. Jadi, sebelum berangkat ke Hongaria hingga sampai di sini, kita saling bantu. Di sini juga ada teman-teman yang bukan dari Indonesia. Jadi, aku tidak merasa kesepian dan bosan. Waktu kuliah di Singapura juga seperti ini, kita saling bantu.
Apa tantangan selama berkuliah di Hongaria di masa pandemi ini?
Tentu, ketika aku datang, situasinya memperbolehkan kuliah normal lalu di pertengahan jalan semester pertama pindah semuanya secara online.
Menyanyi, apalagi klasik, itu susah sekali belajar online. Pertama karena delay-nya dan, kedua, seperti posisi, apa sudah benar, napasnya sudah cukup atau belum. Hal-hal seperti ini tidak selalu bisa ditangkap secara online. Jadi, tantangannya lebih ke arah teknik jika belajar online.
Musik klasik bukan genre yang paling populer di Tanah Air. Pandangan kamu?
Aku memang pengin sekali mengenalkan musik klasik ke kalangan yang luas, bisa lewat konser-konser atau membagikan di media sosial.
Banyak anak muda atau penonton umum melihat musik klasik sebagai sesuatu yang unik karena langka. Banyak yang bilang musik klasik itu susah, tapi ada juga yang bilang musik klasik itu keren.
Bagaimana minat anak muda lain terhadap musik klasik?
Musik klasik di Indonesia sekarang jauh lebih maju kalau dibandingkan dengan saat aku masih kecil. Sekarang, banyak sources yang bisa dicari untuk belajar musik klasik dan banyak sekali konser musik klasik yang bisa ditonton. Walaupun musik klasik tidak se-mainstream genre yang ada, peminat musik klasik rasanya sekarang ini lebih banyak.
Apa pengalamanmu yang paling berkesan selama menekuni musik klasik?
Belajar teknik dan belajar kesabaran. Vokal itu instrumennya dari dalam diri maka, pertama, harus jaga kesehatan. Kedua, disiplin dengan gaya hidup. Ketiga, harus sabar.
Lalu, ada orang yang suaranya terdengar dewasa, sedangkan yang seumuran dengannya suaranya masih belum seperti dia, itu tidak bisa dipaksakan karena itu disesuaikan dengan kondisi tubuh masing-masing. Banyak hal seperti ini yang tidak mudah awalnya, tapi sekarang sudah menerima itu. Selain itu, mendalami apa yang kita punya saja karena menurut kita mungkin biasa saja, tapi menurut orang lain bisa jadi itu berharga.
Apa target jangka pendek dan jangka panjang yang kamu rencanakan?
Jangka pendeknya, aku akan ada konser dengan Kak Ananda Sukarlan dari lomba Tembang Puitik lalu.
Untuk jangka panjang, aku ingin mengenalkan musik klasik ke masyarakat Indonesia. Aku ingin mengajari anak-anak kecil musik klasik. Ibaratnya, musik itu bukan belajar musik saja, melainkan juga membangun karakter, membangun disiplin.
Oh, apakah kamu tidak ingin menjadi penyanyi profesional selulus program master ini?
Realistisnya, aku ingin menjadi penyanyi, tetapi aku suka mengajar nyanyi juga. Jadi, tidak menutup kemungkinan aku untuk menyanyi dan juga mengajar nyanyi.
Apa kamu kelak akan jadi penyanyi yang spesifik di segmen klasik?
Tentu inginnya menjadi penyanyi klasik, tetapi aku tidak ingin hanya terbatas menyanyi genre klasik, tetapi juga aku sangat terbuka untuk menjadi penyanyi yang bisa menyanyikan berbagai macam genre. (M-2)
BIO
Nama lengkap: Alice Cahya Putri
Tempat tanggal lahir: Jakarta, 4 April 1998
Riwayat pendidikan
University of Pecs, Hungary
-Master of Arts in Classical Singing – Opera (September 2020 – sekarang) dengan beasiswa penuh dari Stipendium Hungaricum
- National University of Singapore, Yong Siew Toh Conservatory of Music
Bachelor of Music in Voice Performance (Honours) with Distinction (Juli 2020) dengan beasiswa penuh dari Yong Siew Toh Endowment Fund dan Tuition Grant
Riwayat karier
- Produser dan pemeran pendukung, Nuansa 2019 (Indonesian Cultural Musical Production di NUS) drama musikal Lukisan Jati Singapura (Januari - Oktober 2019)
- Resital musik dan pembicara tentang vokal bersama Miri Music Makers Miri, Malaysia (September 2018)
- Resital musik: Passage, Jakarta, Indonesia (Juli 2018)
- Music arranger, NUS Angklung Ensemble Singapore (Maret 2018)
-Trainer untuk Singapore National Youth Orchestra proyek Creative Workshop Singapore (Desember 2017)
- Trainer untuk Pesisir Mengajar Indonesia (Juli 2017)
- Vocal Director, Nuansa 2017 (Indonesian Cultural Musical Production di NUS) drama musikal Galigo Singapura (Agustus 2016- Mar 2017)
- Vocal and piano coach Elfa Music School Indonesia (Agustus 2015-Agustus 2016)
Prestasi
• Meraih juara 2/silver medal di 9th International Singing Competition Lav Mirski pada kategori 4 (2021, Kroasia).
• Meraih juara 2 di Lomba Tembang Puitik Ananda Sukarlan 2021, Indonesia.
• Menerima beasiswa Stipendium Hungaricum selama studi S-2 di University of Pecs, Hongaria (2020 – 2022).
• Meraih juara 3 Conservatory Concerto Competition 2019, voice category. (2019, Singapura).
• Menerima Student Artistic Development Grant 2017- 2019, Yong Siew Toh Conservatory of Music untuk program SienAgosto 2019 13th Summer Music Academy (Italy), Miri Music Makers (Malaysia), YST Cultural and Musical Encounter – Bali.
• Menerima Endowment and Scholarship Fund Yong Siew Toh dan Tuition Grant selama studi S-1 di National University of Singapore, Singapura.
• Grand finalist Lomba Menyanyi Nasional Catharina W Leimena (2016, Indonesia).
• Terpilih mewakili Indonesia sebagai solis untuk Konser Child Aid Asia 2016 di Jakarta.
• Juara 3 Indonesia Piano Competition 2014, kategori intermediate (2014, Indonesia).
• Meraih grand champion dalam 10th Cantemus International Choral Festival sebagai anggota The Resonanz Children Choir (2014, Hongaria).
Dengan langkah bersama dan kolaborasi, anak muda bisa mewujudkan Indonesia yang lebih sehat, bumi yang lebih lestari.
Tulisan ini merupakan buah karya penerima Beasiswa GenBI yang telah mengikuti pelatihan jurnalistik kerja sama Media Indonesia dengan Bank Indonesia pada Mei 2023.
Tulisan ini merupakan buah karya penerima Beasiswa GenBI yang telah mengikuti pelatihan jurnalistik kerja sama Media Indonesia dengan Bank Indonesia pada Mei 2023.
Tulisan ini merupakan buah karya penerima Beasiswa GenBI yang telah mengikuti pelatihan jurnalistik kerja sama Media Indonesia dengan Bank Indonesia pada Mei 2023.
Tulisan ini merupakan buah karya penerima Beasiswa GenBI yang telah mengikuti pelatihan jurnalistik kerja sama Media Indonesia dengan Bank Indonesia pada Mei 2023.
Tulisan ini merupakan buah karya penerima Beasiswa GenBI yang telah mengikuti pelatihan jurnalistik kerja sama Media Indonesia dengan Bank Indonesia pada Mei 2023.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved