Headline
Buruknya komunikasi picu masalah yang sebetulnya bisa dihindari.
Buruknya komunikasi picu masalah yang sebetulnya bisa dihindari.
Pemprov DKI Jakarta berupaya agar seni dan tradisi Betawi tetap tumbuh dan hidup.
Statistics of Dreams: Sebuah Memoar ialah sebuah buku yang berisi kisah perjalanan hidup seorang anak kampung yang mendobrak 'suratan tangan' ke dunia yang tak terpikirkan olehnya sebelumnya.
Anak itu bernama Juhaeri. Ia lahir di sebuah gubug reyot di Desa Pinangraja, Majalengka, dalam keuarga yang tak berada. Ayahnya buruh serabutan yang harus menjual tenaganya untuk sekadar menjamin kelanjutan hidup keluarga.
Namun, di tengah keterbatasan itu, Juhaeri ialah anak yang cukup beruntung karena memiliki ibu yang pandai mendongeng. Lewat kisah-kisah yang dituturkan sang ibu, Juhaeri kecil tumbuh menjadi seorang anak yang memiliki rasa ingin tahu tinggi. Sebuah rasa yang kelak akan membawanya hingga ke New Jersey, Amerika Serikat.
Buku memoar yang ia tulis dalam narasi yang mengalir ini sedikit banyak merangkum pahit getir kehidupan yang ia lalui. Dari seorang anak kampung nan udik, tiba-tiba ia berkesempatan untuk menuntut ilmu di Amerika, dan kemudian menjadi wakil presiden salah satu perusahaan farmasi terbesar di dunia.
'Aku memang sering merasa berbeda dari anak-anak lain di desa. Sementara itu, aku membaca buku dan mendengarkan radio, teman-temanku lebih suka bermain sepak bola. Suatu hari aku bercerita ke mereka soal kapal selam yang hebat di Perang Dunia II, dan tak satu pun dari mereka yang percaya bahwa kapal selam itu ada,' (halaman 43).
Nasib Juhaeri mulai berubah saat ia berhasil menginjakkan kakinya di perguruan tinggi, tepatnya di IPB pada 1985. Di kampus itu, Juhaeri mantap menjatuhkan pilihannya pada jurusan statistika karena menurutnya melalui jurusan tersebut dirinya akan menjadi mahasiswa yang istimewa.
'Aku memilih statistika karena itu ialah mata kuliah yang paling ditakuti oleh kebanyakan mahasiswa, dan dalam hati aku merasa itu akan membuatku tampak istimewa. Aku melihat keindahan di dalamnya. Bagiku statistika bisa menjelaskan setiap fenomena di dunia, kecuali seni,' (halaman 144).
Rupanya prediksinya tepat, ia berhasil merampungkan studinya dengan predikat cum laude, sebelum melanjutkan studinya di Amerika.
Jujur bercerita
Mungkin ketika membaca Statistics of Dreams, Anda akan merasakan sedikit kemiripan dengan novel/memoar Laskar Pelangi dari Andrea Hirata. Kedua buku ini sama-sama mengangkat narasi tentang seorang anak yang berusaha melepaskan diri dari jerat kemiskinannya dan menggapai mimpi. Bedanya, dalam Statistics of Dreams, Juhaeri cukup jujur membagikan kisah-kisah personalnya yang lebih berwarna kepada pembaca.
Tak hanya kisah-kisah keberhasilan semata, ia juga berani mengekspos pengalaman pahit yang pernah ia lalui, dari mulai saat gagal membina rumah tangga hingga percik konflik dalam keluarganya ketika ia sedang berusaha untuk meniti karier di Amerika.
Sebuah bab bertajuk 'Jebakan Pernikahan' pun ia tulis untuk mengenang pernikahan pertamanya dengan seorang anak orang kaya yang kemudian kandas lantaran perbedaan karakter keluarga.
'Aku telah terjebak dalam rawa-rawa yang kubuat untuk diriku sendiri. Aku dibutakan oleh kemewahan kehidupan kota dan kemakmuran, oleh kecantikannya. Dari luar, semua tampak hebat, tetapi sekarang setelah aku berada di dalamnya, semuanya gelap bagiku. Aku tidak melihat secercah cahaya. Aku merasa sedih dan putus asa,' (halaman 232).
Bagai sebuah cermin kehidupan, buku ini menarik karena cerita Juhaeri tak hanya hitam putih semata. Ia membagikan (bukan hanya menyajikan) sebuah kisah kehidupan yang nyata dan (boleh dibilang) lebih berwarna. (Bus/M-2)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved