Headline
Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.
Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.
Keputusan FIFA dianggap lebih berpihak pada nilai komersial ketimbang kualitas kompetisi.
PARA ilmuwan Prancis baru-baru ini berhasil melihat penampakan filamen pijar gas hidrogen yang dikenal sebagai "jaring kosmik". Fenomena ini dapat mengungkap awal alam semesta sekitar 12 miliar tahun yang lalu.
Model kosmologis ini telah lama diprediksi keberadaannya, namun hingga kini jaring kosmik belum pernah diamati dan ditangkap secara langsung dalam gambar.
Selama delapan bulan pengamatan dengan teleskop raksasa dari European Southern Observatory dan satu tahun pengerjaan data, para ilmuwan memerkirakan filamen ini tercipta satu hingga dua miliar tahun setelah Big Bang.
Tetapi kejutan terbesar, kata para ilmuwan, adalah simulasi yang menunjukkan bahwa cahaya berasal dari miliaran galaksi kerdil yang sebelumnya tidak terlihat dan tidak terduga, yang menghasilkan triliunan bintang. Penemuan ini telah dilaporkan dalam jurnal Astronomy & Astrofisika.
"Setelah periode awal kegelapan, alam semesta meletus dengan cahaya dan menghasilkan sejumlah besar bintang," kata penulis senior Roland Bacon, seorang ilmuwan di Pusat Penelitian Astrofisika di Lyon, kepada AFP.
"Salah satu pertanyaan besar adalah apa yang mengakhiri periode kegelapan itu, yang mengarah ke fase di alam semesta awal yang dikenal sebagai ionisasi ulang,” katanya.
Hingga saat ini, para astronom hanya menangkap kilasan sebagian dan tidak langsung dari jaringan kosmik melalui quasar, memperlihatkan awan gas di sepanjang garis pandang. Quasar juga dikenal sebagai objek kuasi-bintang, disingkat QSO adalah inti galaksi aktif yang sangat bercahaya.
Tetapi wilayah ini tidak mewakili seluruh jaringan filamen tempat sebagian besar galaksi, termasuk galaksi kita (Bima Sakti), dilahirkan.
"Temuan ini sangat mendasar. Kami belum pernah melihat pelepasan gas dalam skala ini, yang penting untuk memahami bagaimana galaksi terbentuk." komentar Emanuele Daddi, peneliti di Komisi Energi Atom yang tidak ikut serta dalam penelitian ini. (AFP/M-4)
Luar angkasa masih terlihat gelap, padahal ada miliaran bintang yang bersinar. Simak penjelasan ilmiahnya berikut.
Antara 2021 hingga 2023, Basant dan timnya melakukan pengamatan terhadap Bintang Barnard sebanyak 112 kali dengan menggunakan spektrograf MAROON-X.
Dengan bantuan JWST, ilmuwan mengetahui planet seukuran Jupiter tidak ditelan bintang yang mengembang, melainkan jatuh ke arah bintang.
Pada 27 Maret 2025, teleskop SPHEREx menangkap gambar pertama yang menakjubkan berisi lebih dari 100.000 galaksi, bintang, dan nebula.
Para astronom menemukan bukti kuat keberadaan lubang hitam supermasif tersembunyi di Awan Magellan Besar (LMC), galaksi tetangga terdekat Bima Sakti.
Sebuah simulasi terbaru ungkap lebih dari 1 juta objek antar bintang seukuran Patung Liberty, mungkin sedang melintas di sistem tata surya bagian luar saat ini.
Objek bercahaya itu merupakan roket SpaceX Falcon 9 yang diluncurkan dari Kennedy Space Center Florida, kira-kira 250 mil (400 kilometer) dari Waycross.
Gambar-gambar ini diambil dengan bidikan terbaik, meski pada kenyataannya masih ada keburaman yang tersisa akibat goncangan termal atom itu sendiri.
Kondisi ini meningkatkan peluang astronot dalam misi luar angkasa di masa depan dapat menemukan sumber air dan mungkin bahkan bahan bakar di permukaan bulan.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved