Headline
Sebagian besar pemandu di Gunung Rinjadi belum besertifikat.
Sebagian besar pemandu di Gunung Rinjadi belum besertifikat.
Kompetitor perusahaan ekspedisi luar angkasa, SpaceX kini resmi bertambah usai startup penerbangan yang berbasis di California, Rocket Lab, mengklaim bahwa perusahaannya dapat memangkas biaya perjalanan ke luar angkasa jadi lebih murah.
Setelah cukup aktif terlibat dalam berbagai proyek peluncuran satelit-satelit berskala kecil sejak tahun 2017, Rocket Lab mendapatkan tawaran merger dari Vector Acquisition Corporation, perusahaan permodalan yang memang memiliki tujuan untuk membantu perusahaan-perusahaan kecil untuk go public. Tawaran tersebut pun membuat Rocket Lab bernilai US$4,1 miliar (sekitar Rp59 triliun) dan terdaftar di bursa saham Nasdaq pekan ini.
Dengan pendanaan tersebut, CEO dari Rocket Lab, Peter Beck dalam keterangan resminya mengatakan bahwa pihaknya dapat menurunkan biaya pengiriman satelit kecil ke luar angkasa bagi universitas yang ingin melakukan eksperimen ke bulan, Mars, maupun Venus.
Perusahaan ini mulai debutnya dalam ekspedisi luar angkasa dengan mengembangkan roket kecil yang mereka namai Elektron, untuk misi-misi peluncuran satelit skala kecil.
Roket kecil ini memiliki tinggi 17 meter dengan biaya peluncuran sekitar $ 7,5 juta (setara dengan 107 miliar rupiah) per proyek. Roket tersebut dapat membawa muatan seberat 300 kg ke orbit rendah Bumi dan telah melakukan 97 peluncuran yang sukses sejak memulai debutnya pada tahun 2017.
"Ketika kami meluncurkan Electron, kami mendapatkan banyak permintaan proyek ekspedisi. Banyak perusahaan lain yang juga mencoba melakukannya tetapi tersingkir karena memang peluncuran roket ini sulit," papar Peter Beck seperti dilansir dari dailymail.co.uk, Senin (8/3).
"Menjalankan perusahaan peluncuran roket seperti ini bagai berlari di labirin di malam hari," imbuh pria asal Selandia Baru itu.
Setelah mendapatkan suntikan modal tersebut, Beck mengungkapkan rencana perusahaannya akan membangun roket baru yang lebih besar yang dijuluki Neutron.
Roket Neutron akan memiliki tinggi sekitar 40 meter, memiliki modul peluncur yang dapat digunakan kembali serta mampu membawa hingga 8.000 kg material dalam penerbangannya.
Wahana luar angkasa ini terinspirasi dari proyek peluncuran paling gemilang sepanjang masa Roket Soyuz milik Rusia yang memulai debutnya pada tahun 1966.
Soyuz sendiri telah lebih dari 1.700 penerbangan sejak debutnya pada tahun 1966,dengan kapasitas muatan yang relatif kecil.
"Soyuz adalah salah satu roket paling handal yang pernah dibuat, jadi kami terinspirasi oleh roket tersebut saat mengembangkan Neutron," aku Beck.
Dia menambahkan bahwa Neutron juga akan dapat membawa astronot ke Stasiun Luar Angkasa Internasional (ISS) serta fasilitas luar angkasa lainnya yang mengorbit di atas Bumi.
Persaingan
Kini Rocket Lab telah setara dengan SpaceX yang merupakan pelaku utama dalam industri ekspedisi luar angkasa ini. Keduanya menyediakan layanan peluncuran fungsional maupun reguler untuk pelanggan yang ingin melakukan ekspedisi luar angkasa.
"Permintaan pasar di sektor ini cukul besar, Anda tidak dapat mengharapkan hanya pada satu perusahaan peluncuran komersial," ujar Beck.
Akhir tahun ini rencananya Rocket Lab akan mulai bekerja dengan NASA untuk meluncurkan satelit kubus 'CubeSat' ke orbit bulan sebagai bagian dari misi awal untuk mendukung program Artemis. (M-2)
MLAH serangan roket menghantam sebuah markas pasukan Amerika Serikat di dekat gedung Kedutaan Besar Amerika Serikat di ibu kota Irak, Baghdad, kemarin pagi
TIGA orang tewas setelah pangkalan yang menampung pasukan AS dan Inggris di Irak terkena serangan roket.
Pemerintah Kesepakatan Nasional (GNA) menyalahkan pasukan saingan pimpinan panglima Khalifa Haftar atas serangan tersebut.
Misi itu menjadi sebuah terobosan yang dapat mengarah pada perjalanan pulang pergi ke luar angkasa dengan biaya yang lebih murah, lapor kantor berita Xinhua.
Bom tersebut menjadi aksi balasan Israel usai malam sebelumnya dapat tembakan roket dari wilayah yang dikuasai Hamas
Menurut NASA, tugas utama misi ini untuk mengebor sedalam 2 meter di bawah permukaan bulan dan mengumpulkan sekitar 2 kilogram batuan serta puing-puing lainnya untuk dibawa kembali ke bumi.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved