Headline

Pengacara Tannos menggunakan segala cara demi menolak ekstradisi ke Indonesia.

Fokus

Sekitar 10,8 juta ton atau hampir 20% dari total sampah nasional merupakan plastik.

Ayam Afrika akibat Rindu Paris

Galih Agus Saputra
17/1/2021 01:45
Ayam Afrika akibat Rindu Paris
Sajian ayam Afrika(Dok. Green Chicka)

BELAKANGAN ini di kalangan pencinta kuliner Ibu Kota, sajian ayam Afrika sedang populer. Sejumlah usaha kuliner yang mengangkat masakan itu bermunculan di medsos. Salah satunya @greenchicka.id, yang hadir di Instagram sejak April tahun lalu.

Sekilas tampilan sajian itu mirip ayam panggang biasa, tapi dengan saus hijau di atasnya. Selain disajikan bersama nasi, kerap ada pula pisang panggang. Penyajian seperti itu yang bisa ditemui di Green Chicka yang unggahannya juga disukai Dian Sastro.

Media Indonesia membeli paket 3 pada Jumat (15/1) yang terdiri atas paha dan dada ayam, nasi putih, saus hijau, sambal bawang, sambal hijau, dan pisang panggang. Kulit dan daging ayamnya sangat lunak dan mudah dilepas dari tulang.

Marinasi bumbu bisa dibilang baik karena cita rasa gurih terasa hingga daging bagian dalam. Perbedaan dengan ayam panggang pada umumnya terasa dengan adanya jejak rasa jinten dan paprika. Selain itu, ada juga harum oregano.

Sementara itu, saus hijau yang disebut sebagai salsa verte memiliki cita rasa gurih dan segar. Ada semburat rasa lemon dan juga tekstur parsley di dalamnya. Rasa gurih tampaknya dari campuran mayones, garam, dan lada.

Dengan begitu, saat daging ayam dipadukan dengan saus ini kenikmatan terasa cukup pas serta memberi sensasi yang berbeda dari masakan Indonesia yang umumnya mempertemukan ayam dengan sambal. Meski begitu, jika Anda tetap ingin rasa pedas, cocolkan saja lagi dengan sambal bawang dan hijau yang sekaligus ada dalam paket.


Restoran Paris

Green Chicka didirikan Ayumi, sang kakak, Yuriko, dan suaminya, Simon, yang asal Prancis. Ayumi mengungkapkan ide usaha kuliner itu dari kerinduan mereka pada restoran Malibu African Food di Paris.

Tidak bisa berkunjung ke sana akibat pandemi, membuat mereka kangen akan resto langganan itu hingga akhirnya menjajal sendiri sajiannya dan kemudian membuatnya jadi usaha kuliner.

“Setiap kali di Paris pasti ke Malibu karena ini (Ayam Afrika-red) mirip dengan makanan Indonesia. Jadi sekarang di balik karena kangen Paris lalu bikin itu,” kata Ayumi saat dihubungi melalui aplikasi obrolan, Jumat (15/1).

Ayumi menjelaskan jika saus hijau yang menjadi kekhasan sajian itu juga mereka buat sendiri. “Semuanya dibikin dari nol. From scratch. Kita tidak menyetok saus, tapi kalau ada yang pesan kita langsung buat agar fresh lalu kita delivery,” tambahnya.

Sementara itu, Simon menjelaskan jika sambal bawang dan sambal hijau sengaja dihadirkan sebagai adaptasi dengan lidah orang Indonesia yang suka pedas. Sambal hijaunya sekilas mirip sambal ala rumah makan Padang, tapi dengan level pedas yang lebih rendah.

Sayang, untuk saus putih tidak termasuk dalam paket. Simon menjelaskan jika saus yang dijual terpisah itu cocok untuk dilumuri ke nasi hingga menjadi lebih gurih.

Soal adanya pisang panggang sebagai pelengkap, itu berfungsi sebagai penawar rasa pedas. “Kalau di Prancis itu kan ada cabai yang pedas banget. Jadi ide mereka itu, makan si pisang ini agar tidak kepedasan begitu,” kata Ayumi.

Untuk saat ini Green Chicka melayani pesanan di seluruh wilayah Jabodetabek dan Bandung. Pemesanan dapat dilakukan melalui akun Instagram mereka, sedangkan pengiriman dilakukan dari dapur yang berada di Menteng, Jakarta Pusat, menggunakan ekspedisi maupun aplikasi pemesanan.

Di kancah global, varietas makanan berbahan dasar ayam yang satu ini sebenarnya cukup ‘membingungkan’. Layaknya soto yang terdiri atas ribuan jenis, sajian ayam Afrika juga memiliki beberapa nama berbeda meski pada intinya dibuat dengan bahan sama.

Di Jakarta, kombinasi sajian ayam Afrika pun tidak kalah beragam, terutama pada sausnya. Selain salsa verte ada yang menyajikan dengan salad alpukat dan saus oranye. Saus oranye yang dimaksud biasanya terbuat dari habanero, yakni cabai asal semenanjung Yucatan, yang selama ini kita kenal dengan sebutan cabai gendot. (M-1)

 



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Msyaifullah
Berita Lainnya