Headline

Berdenyut lagi sejak M Bloc Space dibuka pada 2019, kini kawasan Blok M makin banyak miliki destinasi favorit anak muda.

Fokus

PSG masih ingin menambah jumlah pemain muda.

Dikhawatirkan Mulai Jenuh, Konser Virtual Perlu Terobosan

Fathurrozak
03/12/2020 18:00
Dikhawatirkan Mulai Jenuh, Konser Virtual Perlu Terobosan
Diskusi publik virtual Komite Musik Dewan Kesenian Jakarta (DKJ), Selasa (1/12) malam.(MI/ Tangkapan layar diskusi publik virtual Komite Musik Dewan Kesenian Jakarta (DKJ), Selasa (1/12) malam. )


KURANG lebih sepuluh bulan berada di situasi pandemi, pelaku industri musik telah berupa produktif lewat panggung virtual. Mulai dari konsep langsung tanpa pra rekaman, hingga penggabungan hibrida antara daring dan luring.

Sayang, meski sempat mendapat respon bagus, belakangan ini konser virtual dirasa menemukan titik jenuhnya. Kondisi ini pun membuat sejumlah pihak mendorong adanya terobosan dari pelaku industri musik.

"Penonton berekspektasi pada konsep baru yang dibawa. Kalau yang sudah-sudah, dengan model rekaman dan latar panggung yang cukup memadai itu sudah cukup standar. Tapi ketika ini berjalan terus, penonton merasa perlu adanya full production virtual konser. Misalnya seperti yang ada di Korea. Sampai tata cahaya, efek asap tetap dipakai, seven sight sounds. Pekerjaan rumah kami adalah untuk berdiskusi dengan industri, agar jangan sampai redup momennya. Perlu mencari inovasi, apa yang bisa dilahirkan dari konser virtual," sebut Vice President Loket.com Ario Adimas dalam diskusi publik virtual Komite Musik Dewan Kesenian Jakarta (DKJ), Selasa (1/12) malam.

Berkaca dari panggung-panggung virtual yang hadir lewat platformnya, Ario menyoroti jika permasalahan bukan pada format konser rekaman atau langsung. Melainkan, pada detil konser virtual itu, salah satunya kebutuhan interaksi langsung dengan penonton saat konser langsung. 

Sayangnya, banyak musisi yang manggung enggan menempuh jalur ini karena beralasan mengganggu konsentrasi. Padahal, interaksi langsung bisa mendukung kesuksesan acara, seperti yang terlihat di kosner langsung Indra Lesmana dan Dewa Budjana.

"Ketika konser virtualnya live, ekspektasi penonton adalah adanya komunikasi dua arah. Sayangnya musisi kita enggak doyan atau rajin kalau ada komunikasi dua arah. Ketika konser live tapi tidak dua arah, orang jadi tidak dapat poinnya," sambungnya.

Para musisi dan penyelenggara panggung virtual diharapkan untuk menciptakan efek FOMO (fear of missing out). Artinya perlu menghadirkan pengalaman yang hanya bisa dirasakan oleh si penonton konser.

Penggagas Konser 7 Ruang Donny Hardono pada kesempatan sama juga menyinggung jika konser virtual yang selama ini gratis juga perlu diteruskan, di samping konser berbayar diselenggarakan.

Selama ini, dalam setiap edisinya Donny menghadirkan Konser 7 Ruang secara gratis. Paling, sistem donasi yang dipilih untuk menopang biaya produksi. "Saya harap, setelah covid-19 Konser 7 Ruang akan tetap dilanjutkan, tetapi dengan berbayar. Itu ketika nanti covid-19 sudah tidak ada. Karena juga tidak mungkin gratis terus. Harus ada juga yang berbayar."

Situasi berbeda dihadapi para pemusik klasik. Pengaba orkestra Ed Van Ness menyatakan ketika banyak musisi pada arus utama sudah bertransformasi dengan segala perangkat paling mutakhirnya, para pemusik klasik cukup 'keteteran' dengan situasi pandemi.

Namun, situasi sekarang ini menurutnya juga bisa dijadikan sebagai waktu untuk melihat dengan sudut pandang lain. Kolektivitas para musisi di Indonesia menurutnya juga patut diapresiasi dengan banyak bermunculan panggung-panggung virtual yang menggusur 'daftar tarif' si penampil sebagai bentuk solidaritas antar pemusik.

"Kita semua menghadapi permasalahan engagement, yang klasik lebih banyak tantangannya dari yang pop, rock, jazz, dan sebagainya, baik saat pandemi atau tidak. Namun pandemi membuka pikiran kita, mulai melihat segala sesuatu dengan mata yang lain. Berubah menjadi lebih sadar mengenai apa yang harus kita kerjakan," katanya. (M-1)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Bintang Krisanti
Berita Lainnya