Headline
Bartega buka kegiatan belajar seni sambil piknik, ditemani alunan jazz, pun yang dikolaborasikan dengan kegiatan sosial.
Bartega buka kegiatan belajar seni sambil piknik, ditemani alunan jazz, pun yang dikolaborasikan dengan kegiatan sosial.
Sekitar 10,8 juta ton atau hampir 20% dari total sampah nasional merupakan plastik.
KONSERVASI bukan sekadar upaya menjaga kelestarian suatu objek atau benda. Konservasi, dalam seni rupa, dapat menjadi sebuah usaha memahami teknik maupun materi yang digunakan seniman dalam melahirkan karya.
Hal itu diungkapkan konservator independen, Lia Sumichan. Lia ialah salah satu orang yang mengamati karya maestro seni rupa Indonesia, Affandi Koesoema. Upaya itu beberapa waktu lalu juga sempat ia paparkan dalam sesi bincang daring yang diselenggarakan Galeri Nasional Indonesia dengan tajuk Konservator Bicara: Studi Lukisan Affandi.
Perempuan yang meraih gelar pascasarjana dari University of Melbourne ini memaparkan temuannya dengan presentasi berjudul Affandi Material and Techniques: A Preliminary a Technical Art Study of Painting From the 1950s. Menurutnya, Affandi ialah seorang seniman yang memiliki teknik melukis nonkonvensional.
“Contohnya bisa dilihat dari impastonya yang memang itu adalah gayanya. Jadi ini memang mengandung aspek yang harus kita pertimbangkan,” jelasnya, Selasa (24/11).
Dalam proses penelitiannya, Lia mengamati tiga lukisan Affandi. Akan tetapi, dalam kesempatan ini ia hanya membahas dua karya, yakni Affandi, Raka, dan Iwan (ARI) yang dibuat pada 1957-1958, dan Barong Mekiis yang dilukis pada 1959.
Penanggalan ARI cukup menarik bagi Lia karena lukisan ini dibuat pada akhir 1957. Namun, jika dilihat lebih lanjut, Affandi menuliskan tanggal dalam karya itu pada 31 Desember 1957, tapi baru membubuhkan tanda tangan pada awal 1958, yang oleh karena itulah penulisan tanggal dibuat 1957-1958.
“Ini cat minyak di atas kanvas. Yang kedua itu, Barong Mekiis, juga minyak di atas kanvas. Ini menarik karena kita sudah lumayan mengerti kalau Affandi ini melukisnya live. Nah, lukisan ARI ini dilukisnya ketika indoor, sedangkan Barong Mekiis ini dilukisnya outdoor atau di luar, ketika upacara mekiis ini terjadi,” imbuhnya.
Lia selanjutnya juga menjelaskan, dalam mengamati karya Affandi, ia menggunakan dua pendekatan, yakni invasif dan non-invasif. Pendekatan non-invasif digunakan untuk melihat karya Affandi dari segi teknik fotografi, sedangkan invasif lebih mengedepankan analisis ilmiah (saintifik), yang dalam hal ini berfokus pada materi yang terdapat pada lukisan tersebut.
Dari hasil amatan invasif, Lia menemukan jenis dan lapisan dasar (ground layer) kanvas serta jenis cat pada lukisan Affandi. Menurutnya, dua lukisan Affandi ini dibuat di atas kanvas berbahan katun, atau sejalan dengan penelitian terdahulu yang menjelaskan bahwa pada masanya kanvas katun memang banyak digunakan di Asia Tenggara karena lebih murah dan mudah didapatkan ketimbang kanvas linen.
“Awalnya saya sudah berhipotesis kalau kanvas yang digunakan ialah linen. Tetapi ketika dilakukan pengamatan secara mikroskopis, yang saya temukan itu bukan cuma linen, tetapi ternyata ada karak teristik dari katun,” kata Lia. (Gas/M-4)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved