Headline
Presiden sebut negara butuh kepolisian tangguh, unggul, bersih, dan dicintai rakyat.
Presiden sebut negara butuh kepolisian tangguh, unggul, bersih, dan dicintai rakyat.
Puncak gunung-gunung di Jawa Tengah menyimpan kekayaan dan keindahan alam yang luar biasa.
PAWN (Dambo) merupakan film yang berlatar di Kota Incheon, Korea Selatan, pada 1993. Dengan alur nonlinier, film ini mengisahkan ikatan keluarga yang terbangun antara tiga orang yang tidak memiliki hubungan darah.
Doo-seok (Sung Dong-il) dan Jong-bae (Kim Hiewon) ialah dua mantan tentara yang berprofesi sebagai penagih utang. Namun, jangan bayangkan penagih utang yang bengis. Walau suka bermuka masam, Doo-seok justru kelewat ‘baik hati’ dalam menagih, sampai-sampai kerap menalangi cicilan si debitur.
Satu waktu mereka memutuskan tidak lagi ingin ‘tekor’ saat menagih utang ke seorang ibu dengan satu anak. Karena sang ibu belum bisa membayar, Doo-seok mengambil putrinya, sebagai jaminan. Perjanjian mereka, sang ibuakan membayar utang 750 won keesokan harinya untuk ‘menebus’ sang putri. Malang, si ibu yang seorang imigran gelap dari Tiongkok itu kemudian ditangkap pihak Imigrasi dan dideportasi ke negara asalnya.
Nasib si anak gadai itu pun akhirnya berada di tangan Doo-seok dan Jong-bae. Meski awalnya Doo-seok mencoba menunjukkan kegarangannya terhadap si anak, pada akhirnya ia justru bersimpati. Cerita lalu bergulir pada bagaimana Du-seok dan Jongbae membesarkan si anak yang belakangan diketahui bernama Seung-Yi (Park So-yi/Ha Ji-won).
Sebagai film drama komedi keluarga yang disuguhkan untuk audiensi 13 tahun ke atas, penulis dan sutradara Kang Dae-kyu memberi gambaran cukup progresif perihal model keluarga inkonvensional. Itu khususnya dalam konteks masa dan tempat yang menjadi latar film.
Meski Doo-seok dan Jongbae bukan sepasang pria dalam hubungan romantis, keduanya bisa bahu-membahu membesarkan Seung-Yi dan
memenuhi fungsi keluarga. Peran Doo-seok dan Jong-bae sama kompleksnya dengan pasangan heteronormatif saat menemani perkembangan si anak.
Gambaran pengasuhan mereka tersebut menjadi sejumlah adegan yang dapat memancing tawa penonton, seperti saat Jong-bae harus berebut baju anak dengan ibu-ibu lain, atau ketika Doo-seok membuatkan bekal makan siang yang imut untuk Seung-Yi.
Kompleksitas itu pun berkembang seiring pertambahan umur sang bocah. Misalnya, saat Seung-Yi di masa kuliah, dirinya pulang larut malam. Dalam salah satu adegan, tampak Doo-seok yang cemas layaknya seorang ayah yang protektif, sedangkan Jong-bae mencoba lebih bisa menoleransi kebiasaan baru Seung-Yi. Dilanjutkan dengan keduanya ‘menginterogasi’ laki-laki yang mengantar Seung-Yi pulang.
Laki-laki baru Kang Dae-kyu memang tampak menihilkan konsep pembagian peran berdasar gender dan stereotip yang melekat. Doo-seok misalnya, bisa saja berlaku sangat ‘macho’ saat ia mencoba menyelamatkan Seung-Yi kecil di sebuah rumah bordil di Seoul. Namun, ia juga bisa bersikap lembut terhadap ‘anak gadai’-nya itu.
Film ini sekilas mengingatkan pada film hit lain dari Korea, Miracle Cell in No 7. Film yang dirilis pada 2013 tersebut juga menghadirkan relasi seorang ayah yang dibantu teman-temannya, merawat putrinya dari sebuah sel penjara.
Namun, Pawn menawarkan gagasan yang lebih modern dari sekadar ‘haru-biru’ dengan cara menempatkan setting pada sebuah rumah
tangga, lewat peran dua lakilaki yang merawat seorang anak meski tiada hubungan darah di antara mereka bertiga. Rasa nya ini suatu penerjemahan gagasan ‘laki-laki baru’ terhadap sistem patriarkat di Korea Selatan. Sebagai ‘laki-laki baru’, karakter Doo-seok dan Jong-bae digambarkan dapat mengasuh dan membesarkan anak, tanpa campur tangan perempuan.
Bertiga, mereka menciptakan bentuk keluarga yang tak lumrah. Seorang anak gadai yang dipanggil Pawn atau Pawn akhirnya menjelma harta karun bagi kedua ‘ayah sambung’-nya.
Memang, tema keluarga tampaknya menjadi sesuatu yang digarisbawahi Kang Dae-kyu dalam filmnya ini. Di samping perkara formasi, ia juga ingin memperlihatkan bahwa keluarga ialah ikatan yang dapat dibangun melampaui ikatan darah. Untuk itu, seperti juga film-film produksi JK Film sebelumnya The Himalayas, Ode to My Father, Pawn sarat dengan adegan-adegan emosional yang dimaksudkan mengaduk-aduk perasaan penonton.
Sayangnya, alur majumundur yang digunakan sang sutradara dalam film ini lebih menitikberatkan pada momen-momen penting dalam kilasan hidup para tokoh. Namun, kurang berinvestasi pada proses perkembangan hubungan antara Doo-seok dan Seung-Yi. Apalagi jika mengingat, Doo-seok ialah sosok yang membuat Seung-Yi terpisah dari ibunya.
Terlepas dari hal tersebut, Pawn tetap tampil solid sebagai film keluarga yang menghibur. Akting yang believable dan natural dari para aktor veteran di film ini (Sung Dong-il, Kim Hiewon, dan Ha Ji-won) menjadi salah satu kekuatan utama. Begitu pula performa cemerlang artis cilik Park So-yi pada separuh pertama film.
Di samping itu, Pawn memiliki ritme yang apik dalam membangun emosi penonton. Dengan pas, Kang Dae-kyu menyematkan humor di sanasini, menyelingi adegan-adegan yang dapat membuat penonton berhati sentimental, minimal, berkaca-kaca. (M-2)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved