Headline
AS ikut campur, Iran menyatakan siap tutup Selat Hormuz.
Tren kebakaran di Jakarta menunjukkan dinamika yang cukup signifikan.
DI tengah pandemi covid-19, peringatan Hari Sumpah Pemuda membawa refleksi tersendiri. Sementara itu, tantangan hidup kian besar, anak muda tetap diharapkan berkontribusi di komunitasnya maupun skala yang lebih besar.
Pentingnya kontribusi anak muda bagi Indonesia juga ditekankan inisiator dan salah satu pendiri program pertukaran pelajar antardaerah di Indonesia, SabangMerauke, yang juga staf khusus (stafsus) milenial Presiden Joko Widodo, Ayu Kartika Dewi. Lalu, bagaimanakah agar setiap anak muda dapat bergerak sesuai kapasitas masing-masing, dan tantangan besar apa yang harus diwaspadai anak muda di era ini?
Berikut penuturannya dalam wawancara dengan jurnalis Media Indonesia, Astri Novaria, di program Nunggu Sunset di Instagram @mediaindonesia, Kamis (29/10):
Bagaimana Anda memaknai Sumpah Pemuda di era sekarang?
Kadang kita memaknai harihari besar itu sangat seremonial. Kita kemudian lupa bahwa pasti ada esensi di baliknya. Seperti Sumpah Pemuda, menurut saya, yang penting kita lakukan sebagai anak muda ialah kita mencoba mencari tahu apa yang bisa kita lakukan terutama di tahun di tengah pandemi ini. Setiap generasi itu kan punya tugas masing-masing. Pada 1928 itu tugasnya Sumpah Pemuda, 1945 proklamasi, dan 1998 itu reformasi. Nah, tugas kita seharusnya ialah mengisi reformasi, mengisi pembangunan Indonesia. Pertanyaannya, mau diisi dengan cara seperti apa?
Jadi, menurut saya, ketika kita dengar Sumpah Pemuda, kita sebagai anak muda harus mencari sebenarnya kita perannya apa untuk Indonesia. Harus ada langkah nyata yang kita lakukan untuk Indonesia. Jangan sampai hanya seremonial.
Karakter apa yang harus dimiliki pemuda di era saat ini?
Kita harus mampu bernalar kritis karena banyak permasalahan saat ini yang akan bisa kita selesaikan dengan lebih logis. Dengan kemampuan bernalar kritis, kita akan bisa memperbaik diri karena ilmu-ilmu yang kita pelajari sekarang dan semasa sekolah itu 10 atau 20 tahun lagi pasti akan tidak benar-benar terpakai. Yang benar-benar terpakai itu kan cara berpikirnya. Jadi karakter mampu bernalar dan berpikir secara kritis itu sangat penting.
Kedua, karakter integritas. Integritas itu dari bahasa Inggris integrity yang artinya satu kesatuan, utuh. Jadi sikap yang integritas itu sikap yang satu, bagaimana pun keadaannya. Contohya, jangan kalau di depan banyak orang, kita jujur, tapi di belakang pintu, berbeda. Jadi melakukan korupsi itu artinya kita tidak berintegritas.
Ketiga, kolaborasi. Dunia kan semakin tidak bersekat. Mau tidak mau kita juga akan kedatangan begitu banyak orang yang berbeda dari berbagai belahan dunia. Kalau kita hanya mau berkompetisi, nantinya pasti ada orang yang lebih baik dari kita. Jadi justru yang harus dilakukan ialah berkolaborasi.
Apa tantangan kemudaan yang paling krusial di era saat ini?
Mungkin berkaitan dengan dunia digital. Sesuatu yang sebenarnya diciptakan untuk mempermudah hidup kita, tapi ternyata juga punya biaya sosial dan psikologis yang tidak kecil untuk komunitas kita. Jadi tantangan terbesarnya ialah bagaimana kita bisa memanfaatkan teknologi bekerja untuk kita. Jangan sampai hidup kita diambil kebahagiaannya, waktunya oleh teknologi. Jangan sampai kita tersedot ke lubang kelinci yang tanpa batas yang membuat kita lupa bahwa barangkali ada hal lain yang bisa kita lakukan lebih produktif dengan waktu kita. Jadi penting banget untuk kita bisa lebih mindful dalam menggunakan teknologi dan bagaimana agar bisa berdampak baik.
Ketimpangan pemuda di perkotaan dan daerah seperti apa?
Saya tidak punya data, jadi saya jawab berdasarkan pengalaman. Menurut saya, mungkin yang paling besar ialah akses. Jadi, misalnya dulu sebelum kita terdigitalisasi, akses untuk berguru ke mentor tertentu sangat sulit. Mentor, tempat belajar, seperti perpustakaan, kampus, hingga kegiatan atau event itu lebih banyak di kota besar sehingga aksesnya lebih mudah bagi yang tinggal di perkotaan. Begitu juga ketersediaan tempat magang atau bekerja.
Lalu, ketika sekarang zaman digital, memang belajar lebih mudah, tapi itu juga tergantung kecepatan akses internet. Internet di kota besar dan di luar kota besar kecepatannya beda sekali dan itu bisa memengaruhi hasil. Kita yang tinggal di kota besar seperti take it for granted, kita kadang punya banyak akses di sekitar kita dan jadi lupa untuk bersyukur.
Apa bahayanya kalau ketimpangan ini tidak diatasi?
Kita jadi seolah-olah bermain soal masa depan seorang, berdasarkan tempat dia lahir. Ini kan tidak adil jika penghidupan dan kehidupannya ditentukan hanya karena aksesnya yang berbeda. Tentu saja memang dalam menjalani kehidupan itu ada faktor kegigihan yang jadi pendorong. Namun, kita tidak bisa mengingkari bahwa ada faktor-faktor akses dan previleges juga yang sangat memengaruhi kualitas kehidupan.
Bagaimana Anda melihat kualitas kepemudaan di era saat ini jika dibandingkan dengan era sebelumnya?
Saya tidak pernah menganalisis secara khusus kualitasnya karena tantangannya berbeda dan situasinya juga berbeda-beda sekali. Namun, yang saya tahu pasti, selalu ada anak-anak muda yang bergerak melakukan sesuatu di bidangnya masing-masing. Kalau misalnya kita melihat dari zaman dulu bisa ada anak muda yang kepikiran bersatu ngumpul bikin Sumpah Pemuda, Budi Utomo, ataupun menculik Soekarno dan Hatta untuk kemerdekaan. Itu ialah contoh pikiran yang mendobrak, yang dipicu keresahan anak-anak muda. Sekarang pun sebenarnya juga banyak yang seperti itu. Jadi, menurut saya, kualitas kepemudaan zaman dulu dan sekarang tak bisa dibandingkan, hanya tantangannya saja sudah beda di setiap zamannya.
Bagaimana Anda mengartikan cinta kepada Indonesia?
Harus ada aksi nyata. Kita tidak bisa bilang kita cinta sama gebetan kalau tidak melakukan apa pun, itu namanya bukan cinta. Artinya kita harus bergerak, we do what we can do. Bisa mulai dari hal kecil di lingkungan sekitar kita.
Kita anak muda sebenarnya punya kekuatan yang luar biasa yang kadang kita tidak rasakan atau tidak tahu. Kita kadang terbatasi sekat-sekat yang ada di kepala kita sendiri. Kita lupa mencari cara bahwa sebenarnya pasti ada yang bisa kita lakukan. Jadi mulai saja dari sesuatu yang ada di sekitarkita. Mulai dari yang kita tahu, yang kita bisa. Karena kalau kita tidak mulai, kita tidak akan pernah bisa berjalan. Jangan sampai nanti kita sudah tua, lalu baru menyesal karena tidak pernah melakukan sesuatu. Lalu, jangan takut gagal. Kita harus ingat bahwa di balik kesuksesan orang pun ada kegagalan-kegagalan yang tidak diceritakan.
Bagaimana Anda membawa program-program yang Anda jalankan ke program stafsus?
Program Ajak Gerak sebenarnya bagian dari program saya sebagai stafsus. Salah satu tugas saya sebagai stafsus ialah sebagai jembatan antara anak muda dan para ahli, dan saya perlu tahu concern dan kesulitan yang dihadapi anak muda itu apa.
Kalau di-flash back saya kan punya gerakan namanya SabangMerauke. Pertama saya punya SabangMerauke itu tercetus idenya saya pernah ikut kompetisi dan dapat grant. Tidak besar dan tidak cukup untuk menjalankan program, tapi waktu itu cukup untuk membuat saya jadi bersemangat. Ternyata ada yang percaya sama ide dan program saya dan itu terkenang-kenang sekali sampai sekarang.
Jadi sekarang saya buat program Ajak Gerak itu intinya pemberian micro grant antara Rp5 juta--Rp10 juta untuk organisasi-organisasi anak muda yang keren-keren dan bergerak di macam-macam bidang untuk membangun Indonesia supaya mereka bisa terus bergerak. Nanti pemenangnya juga akan dapat mentoring dari saya. Jadi harapannya makin banyak anak muda yang bergerak karena yang namanya proses membangun Indonesia tak akan pernah lepas dari peran anak muda.
Sudah berapa lama program itu berjalan?
Ini sudah bulan ketiga. Setiap bulan, temanya beda beda. September kemarin temanya Pembelajaran jarak jauh. Oktober temanya Anak muda dan demokrasi. November temanya akan Pemberdayaan perempuan untuk kesetaraan.
Presiden sebenarnya selalu mendengarkan masukan-masukan terkait anak muda ini?
Iya dan bahkan sebenarnya beliau yang minta untuk dikasih ide. Jadi, sebenarnya beliau juga sangat terbuka dan sangat percaya
bahwa memang anak muda harus difasilitasi, didorong, dan dimajukan karena memang Indonesia nanti pada akhirnya akan dipegang anak-anak muda. Yang pada akhirnya nanti akan memegang pemerintahan ya kita-kita ini juga. Jadi memang harus disiapkan fondasinya, capability-nya sejak sekarang. Jadi nantinya yang ada di tampuk pemerintahan ialah orang yang benar-benar tahu bagaimana caranya merancang Indonesia dan melaksanakan pemerintahan Indonesia. (M-1)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved