Risiko Abaikan Aturan

SUDAH sering dikatakan oleh para ahli jika perang melawan covid-19 ialah perang jangka panjang. Sebabnya jelas, virus yang pertama muncul di Wuhan, Tiongkok, itu cepat menyebar.

Bentang lahan pemakaman khusus covid-19.

Padahal, obat dan vaksin yang benar teruji belum tersedia. Maka dalam perang jangka panjang itu kuncinya ialah pada kedisiplinan masyarakat. Mengenakan masker, menjaga jarak, dan mencuci tangan dengan sabun, sudah selayaknya kebutuhan primer.

Kendaraan bermotor terparkir di sebuah kawasan wisata di Ciwidey, Bandung (19/7/2020).

Namun, selama 3 bulan lalu, kenyataannya jauh panggang dari api. Di DKI Jakarta, penerapan PSBB transisi mulai 5 Juni, dijalani banyak warga dengan ketidakacuhan pada bahaya covid-19.

Warga memadati wisata kuliner di kawasan Blok-M, Jakarta (28/8/2020).

Tempat wisata bahkan penuh dan warga dengan asyiknya berkerumun seolah punya kekebalan akan korona. Mereka yang terkena razia tidak memakai masker pun sudah lebih dari 100 ribu orang. Beragam cara dilakukan Pemprov DKI Jakarta, baik denda uang maupun menempatkan sementara pelanggar dalam peti mati, seolah tidak juga membuat warga sadar.

Sebuah kendaraan dimanfaatkan untuk menerangi permakaman khusus covid-19.

Tidak heran rekor kasus terus terjadi dan lebih menyedihkan, para pahlawan kesehatan makin banyak yang berguguran. Maka tidak ada pilihan lain, rem darurat covid-19 memang harus diambil.

PSBB di DKI Jakarta dikembalikan seperti semula mulai 14 September. Inilah saatnya kita tidak mengeluh, tetapi kembali berdisiplin dan berefleksi.

Papan nisan di kompleks permakaman khusus Covid-19, TPU Pondok Ranggon.

Rem darurat sesungguhnya bukan hanya untuk menolong para nakes dan menjaga ketersediaan fasilitas RS melainkan senyatanya untuk keselamatan kita sendiri. Tanpa bersama menarik rem ini mungkin bisa saja esok kita yang menjadi korban. (M-1)