Headline
Buruknya komunikasi picu masalah yang sebetulnya bisa dihindari.
Buruknya komunikasi picu masalah yang sebetulnya bisa dihindari.
Pemprov DKI Jakarta berupaya agar seni dan tradisi Betawi tetap tumbuh dan hidup.
TUJUH belas Agustus tahun empat lima. Itulah hari kemerdekaan kita. Hari merdeka, nusa dan bangsa. Hari lahirnya bangsa Indonesia. Merdeka.
Apakah sobat Medi tahu petikan lagu itu? Ya, itulah sebagian bait lagu berjudul Hari Merdeka karya Bapak Husein Mutahar, yang dahulu selain seorang komponis juga merupakan pendiri Pasukan Pengibar Bendera Pusaka (Paskibraka).
Pada Agustus, lagu ini semakin sering kita dengar, termasuk saat lomba-lomba 17-an. Berbicara soal lomba, sekarang ini kita memang belum bisa mengikuti lomba beramai-ramai seperti HUT RI sebelumnya.
Namun, bukan berarti sama sekali kita tidak bisa berlomba dan merayakan HUT ke75 RI ini. Ada banyak lomba virtual yang diselenggarakan sekolah ataupun masyarakat. Contohnya ialah lomba mengenakan kostum (cosplay) pahlawan nasional yang diselenggarakan SD Labschool Cibubur, Kota Bekasi, Jawa Barat.
Sobat Medi yang duduk di kelas 1 SD tersebut, Naura Nadhifa Hasna, antusias mengikuti lomba itu dari rumah. Naura memilih mengenakan kostum pahlawan nasional asal Yogyakarta, Nyai Ahmad Dahlan atau disebut juga sebagai Ibu Siti Walidah.
Nyai Ahmad Dahlan yang merupakan istri pahlawan nasional, pendiri Muhammadiyah, KH Ahmad Dahlan. Selain membantu suaminya mendirikan dan mengembangkan Muhammadiyah, Nyai Ahmad Dahlan juga banyak mendirikan sekolah putri.
Saat ditanya mengapa memilih kostum Nyai Ahmad Dahlan, Naura menjawab, “Mengapa? Karena Naura ingin menjadi guru,” katanya kepada Medi melalui pesan singkat, Kamis (13/8).
Selain Naura, ada juga teman kita dari TK Pertiwi, Tlogo, Prambanan, Emilia Sasi Kirana Prajoko. Menurut teman kita yang kelak ingin menjadi juru masak (chef) ini, makna kemerdekaan ialah bebas berkarya, bergerak, dan berkreasi.
Maka dari itu, kali ini Kirana merayakan hari kemerdekaan dengan menari. “Kirana juga suka menari jadi Kirana memaknai kemerdekaan dengan menari dengan bebas diiringi lagu kesukaan,” tutur teman kita yang mengidolakan sosok Ibu Kartini ini melalui pesan singkat, Rabu (12/8).
Berbeda lagi dengan Teuku Reza Arvais. Teman kita yang masih satu sekolah dengan Kirana ini memaknai hari kemerdekaan dengan belajar dan bermain. Oleh karena itu, pada kesempatan ini, ia merayakan hari kemerdekaan dengan menunjukkan bakat dan minatnya, yakni bermain sepatu roda.
Semangat belajar juga ditunjukkan teman kita dari SD Labschool Cibubur, yakni Ayodhya Sandyazmara Utomo. Ayodhya atau yang akrab disapa Adya ini telah meraih medali emerald untuk cabang science dari Japan International Science and Mathematics Olympiad
(JISMO) di 2018 dan 2019 serta juara dua Olimpiade Science Nasional Tingkat Kecamatan di tahun ini.
Menurut Adya, ada dua hal yang perlu kita lakukan untuk meraih cita-cita dan memaknai hari kemerdekaan ini. Yang pertama ialah berdoa, kemudian selalu berusaha dengan semangat dan gigih sampai usaha itu membuahkan hasil.
“Teruslah bergerak maju, jangan pernah mundur meskipun sahabat mengalami tantangan dan masa yang sulit,” kata teman kita yang kelak ingin menjadi ahli teknologi otomotif itu.
Gembira di rumah
Menurut Ibu Guru SD Labschool Cibubur, Widya Jati Adikka, perayaan hari kemerdekaan siswa di tahun ini memang berbeda dengan tahun sebelumnya. Tahun ini, sekolahnya merayakan hari kemerdekaan dengan tajuk Lotus 2020 #Gembiradirumah.
Lotus merupakan akronim dari lomba-lomba tujuh belas Agustus sebagai salah satu upaya penanaman karakter bangsa, yaitu nasionalisme, cinta Tanah Air, dan semangat kebangsaan sejak dini.
Lotus, lanjut Ibu Widya, dilaksanakan secara virtual di rumah oleh siswa dengan dukungan dan kolaborasi bersama orangtua. Semangat adaptif, kreatif, dan inovatif menjadi landasan kegiatan virtual itu dan didukung aplikasi obrolan, konferensi, ataupun media sosial.
Untuk kelas 1 hingga kelas 3, SD Labschool Cibubur menyelanggarakan lomba, seperti deklamasi puisi dan cosplay pahlawan nasional, sementara untuk kelas 4 hingga 6 ada lomba presenter dan membuat video inspirasi. Ada juga lomba dekorasi meja belajar dan kamar.
Sementara itu, Ibu Catur Supriyanti yang kini mengajar kelas TK A mengatakan lomba-lomba di TK Pertiwi, Tlogo, Prambanan, dikemas dengan tema Berkarya dari rumah. Lomba diadakan selama 1 pekan belakangan secara daring dan luring.
Untuk daring, semua materi lomba disampaikan melalui aplikasi obrolan, sedangkan untuk luring, orangtua siswa datang ke sekolah mengambil bahan yang akan digunakan untuk lomba. Hasilnya dikumpulkan di kemudian hari atau di akhir pekan.
Jenis lomba antara TK A dan TK B, lanjut Ibu Catur, juga sedikit berbeda atau disesuaikan dengan tingkat usia anak. Lomba-lomba di TK A ada lomba mewarnai, lomba menggunting dan menempel, kontes foto kemerdekaan, lomba cuci tangan, lomba gerak dan lagu, hingga lomba menyanyi Garuda Pancasila.
Adapun lomba di TK B ada lomba mewarnai, lomba foto momen bersama keluarga di rumah, lomba menjahit bendera, hingga lomba meronce.
“Output yang diharapkan supaya jiwa nasionalisme anak tertanam sejak usia dini, membiasakan anak untuk berperan aktif dalam kegiatan yang ada di sekitar, meningkatkan aspek perkembangan anak, seperti aspek kognitif, aspek fisik motorik, aspek emosional, dan aspek bahasa. Tetap berkarya dan belajar anak-anak semua di mana pun kalian berada karena pendidikan tidak mengenal tempat,” pungkas Bu Catur. (M-1)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved