Headline
Hakim mestinya menjatuhkan vonis maksimal.
Talenta penerjemah dan agen sastra sebagai promotor ke penerbit global masih sangat sedikit.
Setahun sebelum film Parasite menggegerkan dunia, ada film asal Jepang yang disebut-sebut sejumlah moviegoers punya nuansa sama, Shoplifters (2018). Film karya sutradara kenamaan Hirokazu Koreeda itu meraih popularitas internasional saat menggondol Palme d'Or di Festival Cannes, walau gaungnya tak sedahsyat Parasite.
Beberapa waktu lalu, Koreeda mengisi kelas dalam rangkaian Shanghai International Film Festival (SIFF) 2020. Ia membeberkan beberapa pandangan dan caranya dalam memproduksi suatu film.
Sebelum mengarahkan fitur fiksi, Koreeda memang berangkat dari disiplin sinema dokumenter. Lalu, pada film-film fitur fiksinya seperti Nobody Knows (2004) dan Shoplifters (2018), pendekatan dokumenter Koreeda, bisa ditangkap oleh penonton. Koreeda memulai karier perfilmannya dari beberapa proyek dokumenter tv maupun fitur. Dan, setelah menggarap beberapa fitus fiksi, ia pun beberapa kali menggarap dokumenter.
“Saya melihat film dokumenter sebagai metode pengambilan gambar, selain sebagai jenis film. Melalui pembuatan film dokumenter, saya menemukan hal-hal dalam pikiran saya jauh lebih mudah, daripada dunia nyata dan orang-orang nyata. Jadi, saya lebih cenderung ke mode kreasi bersama,” ungkapnya saat mengisi masterclass di SIFF 2020, dikutip dari laman resmi SIFF.
“Sejujurnya, saya lebih suka menemukan dan membuat karakter dengan aktor, daripada meminta aktor untuk memainkan peran dalam pikiran saya. Mode ini sangat umum dalam pengambilan gambar film dokumenter. Saya akan terus menggunakan mode ini di masa depan,” tambahnya.
Pada masa-masa sebelumnya, ia lebih banyak berbicara dari perspektif anak-anak. Belakangan, film-film Koreeda, berbicara mengenai kehidupan keluarga. Still Walking (2008), Like Father, Like Son (2013), Our Little Sisters (2015), dan Shoplifters adalah cerminan tema mengenai keluarga yang dihadirkan Koreeda dengan beragam perspektif.
“Saya tidak berusaha melakukan perubahan ini. Perspektif pembuatan film seorang pembuat film sering berubah seiring usia dan kondisi keluarganya berubah. Menurut saya, ini adalah perubahan yang sangat menarik.”
“Dalam hal tema, Anda mungkin merasa saya menjadi semakin terbuka untuk mengarahkan film bertema topik sosial selama periode waktu tertentu. Sebelum itu, film saya fokus pada kehidupan keluarga, misalnya cerita yang terjadi di komunitas atau keluarga. Namun, dari The Third Murder (2017), saya mulai lebih memperhatikan tema sosial, dan perspektif pengambilan gambar saya berubah,” tambahnya.
Tema sosial yang dibicarakannya ialah bukan hanya tentang mengikuti peristiwa terkini, tetapi juga berarti ia berharap film-filmnya dapat memuat lebih banyak refleksi. Koreeda menyebut, dirinya butuh waktu mencerna lebih lama terhadap suatu peristiwa yang terjadi.
“Pada 2001, gempa bumi tragis melanda Jepang. Sampai sekarang, saya belum bisa sepenuhnya mencerna peristiwa itu. Begitu juga wabah covid-19. Masih bertahun-tahun dari dampak nyata pada film saya.”
Selain menyutradarai dan menulis skenario, Koreeda juga kerap mengisi kelas untuk memberikan pelatihan dan membantu para sineas muda. “Di Jepang, ada sangat sedikit sutradara yang akan melakukan itu. Selain itu, tidak ada sistem pendidikan film yang sempurna di Jepang. Dengan membantu mereka yang berusia lebih muda, saya dapat menemukan penerus dan belajar dari anak-anak muda yang luar biasa.” (M-2)
Saat ini, film GJLS: Ibuku Ibu-Ibu yang disutradarai Monty Tiwa itu telah berhasil menembus 300 ribu penonton.
Satu cuplikan adegan film yang ditayangkan di saluran YouTube Falcon Pictures memperlihatkan tokoh Dono, Kasino, dan Indro berusaha membuat robot pembasmi kejahatan.
Film Assalamualaikum Baitullah tidak hanya menghadirkan kisah yang menguras emosi, tetapi juga menampilkan pendalaman karakter yang luar biasa dari para pemerannya
Film Kampung Jabang Mayit: Ritual Maut diadaptasi dari cerita original Kampung Jabang Mayit, yang ditulis oleh Qwertyping (Teguh Faluvie) yang menjadi sebuah thread viral pada 2022.
Angga Dwimas Sasongko percaya bahwa cerita bermuatan lokal dan inovasi dengan cerita tersebut adalah kunci yang dibutuhkan untuk membuka pintu peluang perfilman nasional menembus global.
KABAR gembira bagi para penggemar film Superman. Meski film terbarunya belum dirilis, kelanjutan dari film Superman sudah mulai dibahas.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved