Headline

Pemerintah merevisi berbagai aturan untuk mempermudah investasi.

Fokus

Hingga April 2024, total kewajiban pemerintah tercatat mencapai Rp10.269 triliun.

Menyoal Transpuan

Riko Alfonso Asisten Redaktur Bahasa Media Indonesia
12/7/2020 03:20
Menyoal Transpuan
(Dok. Pribadi)

Transpuan. Saya mendengar istilah tersebut saat bulan Ramadan lalu ketika sedang maraknya kasus ‘sembako’ sampah yang diberikan seorang youtuber terhadap para waria. Istilah itu keluar dari mulut si youtuber saat meminta maaf kepada masyarakat dan para waria yang sudah dipermainkannya.

Dalam sesi permintaan maaf tersebut, si youtuber muda itu menyebut kata transpuan untuk kaum waria. Saya yang mendengar istilah tersebut langsung bertanya dalam hati, apakah kini istilah waria sudah diganti dengan kata transpuan? Mengapa diganti, apakah untuk tujuan eufemisme?

Beberapa stasiun televisi berita nasional pun turut menyebarkan istilah transpuan itu dalam beberapa laporan berita mereka. Namun, sudah tepatkah pemakaian istilah ini?

Kata transpuan belum dimasukkan ke Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) edisi terakhir, bahkan di KBBI online sekalipun. Istilah ini baru saya temukan definisinya setelah membaca beberapa artikel di internet.

Transpuan ternyata akronim dari kata transgender perempuan. Dalam artikel tersebut dikatakan bahwa transgender itu terbagi menjadi dua, yakni transgender lelaki dan transgender perempuan. Transgender lelaki ialah perempuan yang berorientasi menjadi laki-laki, sedangkan transgender perempuan adalah laki-laki yang berperilaku dan berorientasi menjadi perempuan.

Tidak kalah menariknya jika melihat di KBBI, istilah transgender itu ternyata dimasukkan ke tiga kelas kata, yakni kata kerja (verba), kata benda (nomina), dan kata sifat (ajektiva). Dalam KBBI, transgender (sebagai nomina) bahkan disamakan artinya dengan transeksual. Padahal, dalam banyak artikel soal gender disebutkan bahwa transgender berbeda dengan transeksual.

Dalam Sehatq.com, transgender tidak sama pengertiannya dengan transeksual. Transgender adalah orang yang merasa identitas gendernya berbeda dengan jenis kelamin yang ia bawa ketika lahir. Sementara itu, transeksual sering kali merujuk pada transgender yang melakukan usaha perubahan kelamin, seperti dengan tindakan operasi atau terapi hormon.

Kembali ke masalah transpuan. Setelah mengetahui bahawa transpuan adalah kependekan dari transgender perempuan, saya melihat ada hal yang perlu dipertimbangkan untuk tidak menggunakan istilah tersebut.

Salah satunya ialah soal ambiguitas. Terlepas dari asal pembentukannya, transpuan sudah menjadi istilah baru. Akan tetapi, salah satu syarat pembentukan istilah baru ialah tidak mengandung ambiguitas (ketaksaan).

Dalam transpuan, menyingkat kata transgender menjadi trans malah menimbulkan makna ganda. Sebab, sudah ada kata trans yang memiliki arti yang lain.

Dalam KBBI, kata trans terbagi menjadi dua, dalam bentuk terikat dan bentuk tidak terikat (berdiri sendiri). Trans dalam betuk tidak terikat adalah keadaan tidak sadar. Adapun dalam bentuk terikat, trans- berarti melintang; melintas; menembus; melalui.

Kata trans juga dipakai untuk singkatan transportasi, misalnya dalam penyebutan nama Transjakarta yang merupakan kependekan dari ‘transportasi Jakarta’. Trans juga bermakna proses perubahan, misalnya dipakai untuk kata-kata seperti transduksi, transduser, transeksual, dll. Oleh karena banyaknya makna yang terkandung dalam kata trans, penyingkatan kata transgender menjadi kata trans tidaklah tepat karena malah mengaburkan makna aslinya.

Penyebutan untuk transgender perempuan dalam masyarakat kita sudah lama ada, yakni wadam atau waria. Dalam KBBI, wadam merupakan akronim dari hawa dan adam, orang banci. Adapun waria merupakan akronim dari wanita pria; (yakni) pria yang bersifat dan bertingkah laku seperti wanita; pria yang mempunyai perasaan sebagai wanita.

Jadi, untuk apa lagi menambahkan istilah transpuan yang malah menimbulkan ambiguitas? Apakah untuk menciptakan eufemisme dalam kata tersebut? Jika itu tujuannya, saya pikir itu berlebihan.



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Riky Wismiron
Berita Lainnya