Headline
Senjata ketiga pemerataan kesejahteraan diluncurkan.
Tarif impor 19% membuat harga barang Indonesia jadi lebih mahal di AS.
SUTRADARA film Habibie & Ainun (2012), Faozan Rizal, mengaku dalam pembuatan film-filmnya, ia banyak terinspirasi dari seniman lukis.
Sebelum dikenal sebagai sutradara, Pao, sapaannya lebih akrab dikenal duduk sebagai sinematografi. Banyu Biru (2005), Perempuan Berkalung Sorban (2009), Sang Pencerah (2010), Perahu Kertas (2012), dan Salawaku (2016) ialah sederet film saat ia duduk sebagai pengarah sinematografi.
Sementara, Habibie & Ainun (2012), ialah salah satu film yang ia sutradarai. Terbaru, ialah film Abracadabra (2019).
Ia mengaku, ide yang ia tuangkan dalam suatu film disebutnya terinspirasi saat ia datang ke galeri lukisan.
“Kok seniman lukis itu bebas banget ya, nggambar apa aja? Gitu saja sudah bisa membawa larut kita yang melihat dengan alamnya sendiri. Masak film enggak bisa? Harus selalu dikasih dialog. Sementara lukisan enggak ada apa-apanya (dialog),” ungkap Pao dalam tayangan langsung Instagram Indonesian Film Directors Club (IFDC) di sesi Director One on One bersama Garin Nugroho, Selasa, (7/4).
Abracadabra pun diakui Pao banyak terinspirasi dari lukisan. Bahkan, idenya juga muncul saat ia menonton suatu tayangan retrospeksi Margaret Mellis, pelukis asal Inggris.
Di film Abracadara, Pao juga banyak memasukkan unsur lukisan. Disebutnya, dalam memilih materi lukisan yang akan dijadikan sebagai salah satu set, ialah berdasar emosi dan struktur cerita. Tidak heran, film ini terlihat sangat artistik. (M-1)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved