Headline
Sebagian besar pemandu di Gunung Rinjadi belum besertifikat.
Sebagian besar pemandu di Gunung Rinjadi belum besertifikat.
SORE hari, menjelang malam pergantian tahun, Media Indonesia berkesempatan mengunjungi Toko Komik Connectoon yang baru saja buka pada November 2019 kemarin. Banyak komik produksi anak negeri terpampang rapi di rak dan meja vintage di toko mungil yang belokasi di kompleks M Bloc Space, di bilangan Melawai itu.
Ialah Faza Ibnu Ubaydillah Salman atau yang lebih dikenal dengan nama Faza Meonk, pemilik toko yang karya terbarunya sedang ramai dibicarakan orang. Tanpa basa-basi kami pun dibawa oleh sang pemilik untuk melakukan tur kecil-kecilan keliling toko komik yang baru seumur jagung itu.
“Saya sejak dulu bermimpi ingin punya toko komik sendiri, jadi bisa buat majang komik-komik lokal karya komikus Indonesia, dan ini baru kesampaian kemarin,” kelakar Faza mencairkan suasana.
Pencipta karakter Si Juki ini mengaku bahwa sejak kecil ia memang memiliki cita-cita sebagai seorang komikus, dan ia merasa sangat senang ketika orangtuanya menyetujui keinginannya itu.
“Saya dari kecil memang cita-citanya jadi komikus dan saya bilang langsung ke orangtua saya. Di zaman di mana orangtua zaman itu bilang komik bikin bodoh, orangtua saya malah ngasih komik ke saya,” tutur Faza.
Dia pun melanjutkan bercerita, banyak komik yang kemudian dibeli oleh orangtuanya. “Terus saya suka meniru ngegambarnya, akhirnya ingin jadi komikus, walaupun memang kelihatannya profesi itu enggak menjual ya di zaman itu, tapi entah kenapa ibu saya justru ngedukung dan percaya,” jelas Faza.
Kemampuan menggambarnya semakin terasah ketika ia memutuskan untuk melanjutkan studi di jurusan animasi salah satu universitas terkemuka di Jakarta. Di masa kuliah ini, Faza mulai intens membuat komik, utamanya komik strip yang ceritanya mengocok perut dalam sekali baca. Terinspirasi dengan tingkah polah teman-teman di kampusnya, faza kemudian mengabadikannya dalam format komik strip yang berjudul ‘DKV Empat: Mahasiswa DKV Dalam Empat Kotak’. Komik ini merupakan karya pertama Faza, yang ia sebar di forum-forum Kaskus dan Facebook saat itu.
“Saya mulai rutin bikin komik itu di zaman saya kuliah, bentuknya komik strip waktu itu, saya buat lalu saya share di Facebook. Waktu itu judulnya ‘DKV Empat, Mahasiswa DKV Dalam Empat Kotak’, tentang kelakuan temen-temen saya dikampus, itu komik awal saya.
"Waktu itu tujuannya memang hanya untuk bersenang-senang untuk teman-temannya di kampus. Tetapi kemudian ternyata banyak orang jatuh hati pada karyanya. “Disukai sama orang-orang di luar kampus akibat dari Internet ini. Saya akhirya mikir, oh jangan-jangan industri komik di Indonesia berkembang karena adanya internet ini, internet jadi kunci,” jelas komikus yang merangkap menjadi sutradara film animasi ini.
Lahirnya Si Juki
Pria kelahiran Bandung, 23 Agustus 1991 ini juga mengaku telah menampilkan karakter Si Juki yang akhirnya menjadi karakter andalannya itu sejak di komik pertama yang ia buat yaitu Komik ‘DKV Empat’. Sebelum akhirnya ia sempurnakan desainnya dalam komik yang berjudul 'Ngampus! Buka-Bukaan Aib Mahasiswa’ yang mulai membranding Si Juki sebagai karakter utama sebagai identitas komiknya.
“Dulu Si Juki itu muncul enggak sengaja di komik DKV empat itu, jadi memang saya mau bikin karakter yang awut-awutan. Orangnya slengekan, tapi dia selalu jadi yang tiba-tiba nilainya bagus, padahal yang lainnya udah sungguh-sungguh. Jadi saya ngebikin karakter yang slengekan tapi hoki mulu gitu,” jelas Faza.
Secara visual karakter Si Juki ini ternyata terinspirasi dari karya-karya dikarang oleh Benny Rachmadi dan Muhammad “Mice” Misrad dengan karyanya Benny & Mice dan Eko S Bhimantara, yang memiliki ciri khas yang kuat. Melalui Si Juki, Faza Meonk ingin menampilkan karakter pemuda Betawi yang mudah diingat dan fleksibel merespons berbagai isu hangat yang terjadi di Indonesia.
“Untuk tampilan visual dari Si Juki saya memang banyak dipengaruhi oleh kara-karya Beni-Mice dan Eko S Bhimantara, mengapa saya menghadirkan visual Si Juki yang seperti itu ya supaya orang cepet inget sih,” terang Faza.
Kemudian, terkait pilihan nama tokoh Juki, tentu saja tidak jauh dari kultur Faza, Betawi. “Kenapa namanya juki, pertama Juki inikan saya bikin dia sebagai seorang karakter pemuda Betawi ya, nama Betawi itu kan beragam, salah satunya Juki, dan Juki ini mau saya bikin jadi karakter yang Indonesia banget, namanya cukup simpel dan mudah diingat. Dia selalu beruntung kan, jadi Juki itu kepanjangan dari Juru Hoki sebenernya. Juki, Juru Hoki, awal-awal begitu mikirnya sampai kepikiran Juki,” tambah Faza Meonk.
Dengan Si Juki, Faza ingin karakternya itu tidak hanya berhenti sebagai karakter komik saja, ia ingin menghadirkan Juki seakan Si Juki adalah karakter yang hidup di dunia nyata, caranya adalah dengan media sosial. Si Juki harus memiliki personal branding di media sosial sehingga orang akan merasa bahwa Si Juki ini benar-benar sosok yang nyata, yang bisa memberikan komentar terhadap isu-isu yang se-dang hangat hari ini.
“Sebenernya Juki ini hidup di era medsos, jadi pembaca bisa saling berbalas mention dengan Si Juki di Twitter atau di Instagram. Jadi pembaca merasa bahwa Juki ini bener-bener sosok yang ada. Nah, dari situ kita tahu bahwa Juki mengikuti isu-isu terkini, jadi ketika Juki masuk ke berbagai macam isu itu juga nggak terlalu aneh pada akhirnya. Ada experience lain yang Juki tawarkan selain hanya membaca komik, dan kita bisa berinteraksi sama dia,” jelas Faza menerangkan konsep yang ia terapkan ketika membangun karakter Si Juki. (M-4)
Peneliti bukan hanya dituntut untuk bisa menjalankan penelitiannya dengan baik di dalam laboratorium, tetapi juga harus memahami cara berkomunikasi yang baik
Sudah pernah ajak anak main ke KidZania, Moms? Bila belum, coba sesekali ajak si kecil ke sana. Bermain di KidZania ternyata bisa mendukung tumbuh kembang anak, lho.
Seorang advokat dituntut terus menambah wawasan dan meningkatkan untuk menghadapi tantangan dunia hukum yang semakin terus berkembang.
ASEAN perlu menjalankan strategi guna menyikapi perkembangan teknologi kecerdasan buatan artificial intelligence (AI) yang dikhawatirkan berdampak menambah pengangguran di dunia.
Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia (Kemenkumham) menjadi instansi yang mendukung penuh dan terlibat dalam keanggotaan Indonesia di FATF.
BELAKANGAN, food vlogger banyak berseliweran di dunia maya. Salah satunya Kenneth Chandra dan Gratiana Lianto, yang memulai jalan mereka sejak 2015.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved