Headline
Presiden memutuskan empat pulau yang disengketakan resmi milik Provinsi Aceh.
Presiden memutuskan empat pulau yang disengketakan resmi milik Provinsi Aceh.
Kawasan Pegunungan Kendeng kritis akibat penebangan dan penambangan ilegal.
MENGABDI sebagai biarawati tidak pernah Zita CB sesali dalam hidupnya. Ia justru sangat bangga memilih jalan hidup untuk melayani banyak orang yang sampai hari ini ia lewati, meski terkadang tantangan menghadang di depan matanya.
Meskipun sudah berusia 74 tahun, badannya masih tegap dan kuat membantu sesama di pelosok Indonesia. "Tahun depan, saya sudah mencapai 50 tahun menjadi suster," kata Zita CB yang tak pernah lelah membantu sesama.
Sejak 5 tahun lalu, Suster Zita CB berdomisili di Mano, Ruteng, Nusa Tenggara Timur, dengan fokus membantu orang-orang penyandang disabilitas, sakit, maupun kaum lansia. Setiap hari, di usianya yang sudah tidak lagi muda, tanpa mengenal lelah suster kelahiran Yogyakarta ini mengunjungi beberapa orang yang membutuhkan di Kota Mano. Dia harus menempuh jarak berpuluh-puluh kilometer dengan berjalan kaki. "Di situ kan dirasa masyarakat perlu perhatian, kami berpegang teguh dengan visi dan misi ingin memuliakan Tuhan," kata Zita CB.
Pertolongan yang dilakukan Suster Zita CB kepada mereka yang membutuhkan dengan memberikan dukungan secara morel maupun materi. "Kami mendekati mereka dengan cinta kasih," ungkapnya.
Sebelum mengabdi di NTT, Suster Zita CB juga pernah ditempatkan di kota-kota lain, seperti Bandung, Jawa Barat, dan Sorong, Papua. Permasalahan hidup masyarakat yang dibantunya pun beragam, dari masalah ekonomi hingga kesehatan. Bahkan, saat di Sorong, Papua, Zita mengaku ditempatkan pada lingkungan pekerja seks komersial (PSK).
Namun, tanpa rasa takut, Suster Zita CB mendatangi para PSK dan para germo di lokalisasi dan bar-bar hingga panti pijat plus-plus untuk menyosialisasikan dan mencegah penyebaran HIV/AIDS. "Saat itu kami memang belum menemukan banyak penderita HIV/AIDS, baru satu atau dua orang. Tapi kalau ditelusur, mungkin lebih banyak karena kan saat itu belum diketahui bagaimana penularan, pengobatan, dan pelayanannya," ungkap Zita.
Tanpa pertengkaran
Untuk bisa membawa mereka ke jalan yang benar tanpa ada pertengkaran, ia mengaku tidak bisa melarang para PSK dan germo ini melakukan hal tersebut, tetapi Zita mencoba mencegahnya dengan pendekatan kasih. "Kami tidak pula mengatakan berdosa, tetapi mengatakan bahwa nanti kami pulang ke Bapak harus bersih, kami juga harus bertobat. Harus dengan kasih untuk mengubah mereka kembali," kata Zita
Dari usahanya, banyak beberapa PSK akhirnya bertobat dan berganti mata pencarian, ada juga yang sudah hidup mandiri, bahkan angka penderita HIV/AIDS menurun.
Kini di usia tak lagi muda, Suster Zita CB tidak pernah berpikir untuk berhenti menolong sesama. Perempuan yang hobi bercocok tanam dan berternak ini akan terus mengabdi hingga akhir dirinya menutup mata. (Wan/M-4)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved