Headline
Presiden memutuskan empat pulau yang disengketakan resmi milik Provinsi Aceh.
Presiden memutuskan empat pulau yang disengketakan resmi milik Provinsi Aceh.
Kawasan Pegunungan Kendeng kritis akibat penebangan dan penambangan ilegal.
Hidup ini tak berarti apabila tak ada arti dalam hidup. Itulah prinsip yang menjadi napas tiga narasumber Kick Andy dalam episode Natal Kasih Pembawa Keselamatan.
"ADA dua moto hidup saya. Pertama, memanusiakan manusia dan hidup ini tak berarti apabila tak ada arti dalam hidup," ujar William Jan Hehakaya, pendeta nyentrik dari Pulau Seram, Maluku. Bagi mereka yang mengenal William, apalagi mengenal perjalanannya, tentu tahu moto itu bukan kiasan.
Meski masih berpenampilan nyentrik dengan tato dan rambut panjang tidak seperti pendeta pada umumnya, William berjuang sekuat tenaga untuk memberikan arti untuk orang lain. Jalan hidup menjadi pelayan Tuhan itu ia pilih sejak 2007.
Langkah itu sebenarnya sangat drastis dari masa remaja William yang sering dicap nakal. Sang ibu dan seorang pendeta ialah yang mendorong William untuk menjadi pelayan Tuhan di pedalaman Maluku.
"Awalnya saya tolak, tetapi Mama terus bicara, katanya kakak sudah tidak ada, tinggal kamu dan adik-adik. Memang tujuan bagus, mungkin agar kenakalan saya tidak berlanjut, ya sudah untuk menyenangkan hati orangtua ya saya maju saja," cerita pria berdarah Ambon itu saat hadir dalam acara Kick Andy.
Meski merasa terjebak rencana Tuhan, tidak membuat dirinya menjalani nasib setengah hati. Ia benar-benar tekun walaupun rintangan berat, termasuk dalam soal akses jalan menuju tempat pelayanannya, tepatnya di Desa Piliana, sebuah desa yang berada di kaki Gunung Binaiya, Kabupaten Maluku Tengah.
Bahkan, William kemudian bertekad membuka jalan sepanjang delapan kilometer menuju Piliana agar desa tersebut tidak lagi terisolasi.
William ingat betul bagaimana ia harus memimpin jemaat sembari berjuang untuk membantu beberapa warga desa yang menderita kusta tanpa tertangani medis selama bertahun-tahun.
Akses jalan yang diperjuangkan William akhirnya tidak hanya dapat membantu layanan kesehatan, tetapi juga meningkatkan kesejahteraan dan pendidikan. Tidak hanya itu, objek wisata Mata Air Ninivala ikut terdongkrak dan berhasil mendatangkan banyak wisatawan.
"Melihat banyak orang sakit yang tidak tertangani, saya mulai berkoordinasi dengan dinas kesehatan untuk memberikan obat. Ketika akses jalan tersedia, petugas kesehatan dengan sendirinya datang," kata pendeta 41 tahun ini.
Dengan perjalanan hidupnya, William pun menitipkan pesan tentang stigma penampilan yang masih sering berlaku di masyarakat. Nyatanya, penampilan seseorang belum jaminan sama tentang isi hatinya. "Jangan menilai buku dari sampulnya," tambahnya. Sesuai juga dengan moto hidupnya yang pertama, bagi William, dengan memanusiakan orang bagaimanapun penampilannya, potensi dan kebaikan diri yang sejati bisa muncul.
Narapidana
Pengabdian Pendeta William pun terus berlanjut, saat ini sebuah gereja megah sedang dibangun di desa terpencil kabupaten Pulau Seram bagian barat. Ia juga pernah menjadi pembina rohani para narapidana di Rumah Tahanan Saumlaki, Kabupaten Maluku Tenggara Barat, pada 2013-2016. Tidak sebatas pembina rohani saja, William juga melakukan pelatihan membuat kerajinan kursi bagi narapidana laki-laki.
Pelatihan keterampilan itu diberikan tanpa melihat latar belakang agama tertentu. "Ya, saya melayani narapidana di rutan. Dulu berpikir menyelesaikan masalah dengan menyediakan lahan kerja. Saya membongkar lahan di dalam rutan untuk menanam sayur. Saya siapkan bibit, memberi pupuk, memanen, hingga menjualnya berkeliling," ungkap William.
Ia mengungkapkan jika pelatihan itu tidak hanya bertujuan memberikan keterampilan baru, tetapi juga meminimalisasi tingkat perceraian narapidana dan pasangannya. Dengan dipenjara, para narapidana pria tersebut otomatis tidak bisa memberikan nafkah seperti sebelumnya. Maka itu, mereka pun harus memiliki keterampilan yang tetap dapat dijalankan walau di dalam penjara.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved