Headline

Mantan finalis Idola Cilik dan kreator konten juga memilih menikah di KUA.

Fokus

Ketegangan antara Thailand dan Kamboja meningkat drastis sejak insiden perbatasan

Saat Mahasiswa Kedokteran Sebarkan Kesadaran Stunting

Rebeka Milenia Magany & Christian Joseph Tanuwidjaja (Mahasiswa FK Unika Atma Jaya)
20/12/2019 20:20

GENTINGNYA permasalahan stunting (kerdil akibat masalah gizi) anak balita telah jadi perhatian banyak pihak. Tidak ketinggalan dokter dan mahasiswa koas dari Fakultas  Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Unika Atma Jaya (FKIKUAJ).

Lewat komunitas Hazard Analysis and Critical Control Point (HACCP), yang merupakan unit pengembangan FKIKUAJ di bidang gizi, belum lama ini mereka menggelar penyuluhan soal stunting kepada para ibu.

Berlangsung di ruang TK Aisyah, Kalibaru, Cilincing, Jakarta Utara pada September lalu, sekitar 100-an orang yang terdiri dari 50 ibu dan 50 anak-anak mereka yang duduk di TK, menjadi peserta penyuluhan.

Sebelum mengikuti penyuluhan, para ibu diberi kesempatan check kolesterol, tekanan darah, dan berat badan. Begitu juga dilakukan pengukuran antropometri anak, mulai  penimbangan berat badan dan pengukuran tinggi badan, serta pengukuran lingkar kepala.   

Antropometri anak adalah cara menilai pertumbuhan dan status gizi anak berdasarkan acuan dari organisasi kesehatan dunia (World Health Organization/WHO).

Petugas yang terdiri dari dokter dan mahasiswa koas FKIKUAJ menanyai setiap ibu yang membawa balitanya tentang riwayat kelahiran anak dan kesehatan keluarga (History clinic). Data rekam medis yang dilakukan para mahasiswa koas itu kemudian diberikan ke dokter.

Menurut salah satu mahasiswa koas yang menjadi kordinator acara penyuluhan,Felicia, kegiatan sosial tersebut merupakan awal, karena pemeriksaan antropometri anak akan diulang pada Januari 2020.
"Tujuannya sebagai follow up terhadap kondisi anak dan pemahaman para ibu mengenai stunting di daerah tersebut, sekaligus untuk menegakkan diagnosis stunting pada anak-anak yang berisiko," ujarnya.

Tertinggi

Stunting merupakan keadaan kekurangan gizi kronis pada anak yang disebabkan kurangnya asupan gizi dalam jangka panjang. Akibatnya,  terjadi gangguan pada pertumbuhan anak, seperti kurangnya tinggi atau berat badan anak bila dibandingkan anak seusia mereka.

Angka kejadian stunting di Indonesia kelima tertinggi didunia dan tertinggi di Asia Tenggara. Itulah sebabnya pemerintah  dan berbagai komunitas di masyarakat gencar melakukan sosialisasi untuk mencegah stunting.

Angka kejadian stunting yang masih tinggi di Indonesia itulah yang melatarbelakangi komunitas HACCP FKIKUAJ melakukan program penyuluhan mengenai stunting terhadap ibu-ibu di wilayah Kali Baru.

Para mahasiswa ini berharap, dengan terlaksananya program itu, maka akan semakin banyak orangtua khususnya para ibu yang menyadari pentingnya pemberian asupan gizi yang mencukupi pada anak sejak usia dini, sehingga dapat mengurangi risiko terjadinya stunting.

Angka yang didapatkan dari pengukuran di kegiatan ini dicocokkan dengan acuan berupa kurva pertumbuhan yang dikeluarkan oleh WHO, sebagai suatu standar ada atau tidaknya risiko stunting pada anak. Bila ternyata anak memiliki risiko mengalami stunting, ibu
dari anak tersebut diberikan surat rekomendasi kepada puskesmas setempat untuk melakukan pemeriksaan lebih lanjut agar dapat menegakkan diagnosis stunting pada anak dan segera ditangani oleh tenaga medis yang lebih handal.

Menurut ketua acara penyuluhan, Antonius Adi Darmianto, kegiatan itu dilakukan sebagai bentuk kontribusi nyata oleh HACCP FKIKUAJ untuk mengurangi tingginya angka kejadian stunting di Indonesia melalui edukasi kepada para ibu mengenai stunting.

Pendapat senada disampaikan pembina acara, dr Linawati Hananta, Sp.FK. Menurutnya, tujuan acara sebagai bentuk nyata dari pengabdian masyarakat yang dilakukan oleh HACCP FKIKUAJ,  mendukung program pemerintah dalam memberantas stunting dan mempromosikan kesehatan keluarga dan gizi anak, serta pemeriksaan kesehatan pada anak dan ibu.

Andi Rani, ibu dari Denisa,3, mengaku, mendapat pengetahuan  lebih mendalam mengenai stunting dan terdorong untuk mengatur pola makan anaknya menjadi lebih teratur dan mengonsumsi lebih banyak buah-buahan.

Pendapat serupa disampaikan Siti Aisyah,40, ibunda Arba,2. Ia mengaku mendapat pengetahuan mengenai pentingnya kesehatan pada tumbuh kembang anak, serta tata cara pemberian asupan gizi yang baik dan seimbang untuk anaknya. (X-7)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Bintang Krisanti
Berita Lainnya