Pengisahan Moral Perupa Hanura Hosea di Pameran Alihan

Galih Agus Saputra
12/11/2019 19:20
Pengisahan Moral Perupa Hanura Hosea di Pameran Alihan
Beberapa karya perupa Hanura Hosea yang dipamerkan di Galeri Kertas, Studio Hanafi, 2 November - 2 Desember 2019.(MI/ Galih Agus Saputra)

SEBAGAI salah satu rangkaian dari penutup program di tahun 2019, Galeri Kertas Studio Hanafi menggelar pameran tunggal perupa, Hanura Hosea dengan tajuk 'Alihan'. Perupa kelahiran Wates, Jawa Tengah itu menampilkan 220 karya dipajang sejak 2 November hingga 2 Desember mendatang.

Pameran gambar-gambar itu berada di tiga ruang mulai dari Museum, Pabrik, hingga Ruang Pamer (Galeri). Gambar-gambar Hosea tampak memperlihatkan dinamika hingga absurditas dalam kehidupan. Suasana kegetiran, kehampaan, hingga tragisnya kehidupan terasa lebih kuat ketimbang keindahan dan segala yang manis. 

Ditemui di Galeri Kertas Studio Hanafi, Selasa (12/11), Hanura mengungkapkan ragam makna soal gambar-gambarnya itu. "Gambar adalah alihan yang menawarkan jeda. Ia lengkap tapi bergembira dibubuhi dimensi. Gambar adalah dilempari batu dan ludah. Gambar adalah penjaja pundi-pundi. Gambar adalah berkulit tipis. Gambar adalah tegangan," tuturnya.

Bagi masyarakat umum, memahami karya Hanura terasa lebih mudah lewat penjelasan sang kurator, Heru Joni Putra. Menurutnya, Hanura menitikberatkan pada cara berpikir. Karya seni bagi Hanura tidak sebatas pengeras suara dari fenomena kasat mata saja. Seni bahkan mempunyai beban yang lebih dari itu, yaitu menunjukan realitas yang tak sepenuhnya terjangkau oleh indra manusia.

"Kita baru mencoba melakukan pemaknaan kembali atas trinitas manusia, ruang, dan waktu pada tataran paling sederhana. Selain soal itu, dari karya-karya Hanura Hosea, kita juga melihat suatu kecenderungan untuk memilih warna hitam-putih, sekalipun itu bukan hal aneh dalam drawing. Namun, sebagaimana di realitas itu sendiri, di dalam seni pun tidak ada yang 'kebetulan' begitu saja. Selalu ada sebab, bahkan ada yang 'politis' di balik setiap kejadian, baik di sadari ataupun tidak," tutur Heru.

Perupa dan penulis, Ugeng T. Moetidjo menjelaskan bahwa karya Hanura kali ini tetap dengan watak gambar bertuturnya. Apa yang terang padanya merupakan bidang gambar untuk pengisahan moral sosial, dengan menjaga jarak dari politik, untuk menjadi domestik.

Selain itu, lanjut Ugeng, karya Hanura juga berumpun dengan pola representasi bertutur politik yang begitu menggejala pada segolongan perupa menjelang dan pasca lindapnya kekuatan otoritas Orde Baru. "Seakan merayakan datangnya kebebasan berkreatifitas," kata Ugeng.

Selain berpameran, Hanura menggelar kegiatan lain bersama Galeri Kertas, yakni Diskusi dan Presentasi Karya Perupa Muda, termasuk Lokakarya Kertas Perupa Muda yang berlangsung pada 12 - 17 November 2019. (M-1)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Bintang Krisanti
Berita Lainnya