Headline

Revisi data angka kemiskinan nasional menunggu persetujuan Presiden.

Fokus

Keputusan FIFA dianggap lebih berpihak pada nilai komersial ketimbang kualitas kompetisi.

Demi Kemajuan Pariwisata

Galih Agus Saputra
07/9/2019 16:05
Demi Kemajuan Pariwisata
Yozua Makes dan Dewi Makes(MI/Sumaryanto Bronto)

PADA sesi terakhir, ada kisah Yozua Makes dan Dewi Makes. Mereka ialah sepasang suami istri yang berperan di balik berdirinya grup Plataran. Berawal dari hobi menjelajah Nusantara, Yozua dan Dewi kemudian terinspirasi untuk memajukan masyarakat melalui bidang pariwisata. Dengan membawa keunikan Indonesia, Plataran kemudian hadir untuk menyajikan pengalaman berlibur bagi wisatawan kelas atas.

Yozua dan Dewi yang juga berprofesi sebagai dosen berupaya untuk memberikan edukasi dalam bidang pelayanan (hospitality), bahasa, dan wirausaha terutama bagi masyarakat di sekitar lokasi grup Plataran. Bahkan boleh dibilang, grup Plataran selalu mengutamakan tenaga kerja lokal dalam perekrutan karyawan. Sebagai pendidik, Yozua dan Dewi ingin menjadi lebih berguna bagi Indonesia melalui jalur pendidikan, wirausaha, maupun sosial, dan pariwisata adalah jalan yang mereka pilih untuk memajukan masyarakat.

Menariknya, ketika Yozua dan Dewi bersepakat untuk memulai hidup baru dalam sebuah pernikahan, mereka berdua membuat perjanjian, yaitu untuk selalu menyisihkan sedikit uang ketika sudah memiliki penghasilan. Mereka bahkan merasa memiliki kesamaan sifat,  yaitu suka berbagi sejak masa pacaran.

“Berapa pun besarnya harus kami sisihkan. Kami juga ingin mewariskan budaya berbagi ini kepada anak-anak kami. Mulai kelahiran anak kami yang pertama, kami selalu mengajak mereka untuk berbagi dengan cara mengajak mereka ke panti asuhan, atau berkunjung ke orang sakit. Seperti itu terus, dan berlanjut hingga anak kami yang keempat,” tutur Dewi.

Sementara itu, pariwisata menjadi sangat penting bagi Yozua dan Dewi karena ia berhubungan dengan identitas. Pariwisata memiliki filosofi  yang amat dalam baik berkenaan dengan makanan dan lain sebagainya. Filosofi yang pada akhirnya turut membentuk kebudayaan suatu bangsa yang lekat dengan identitas itu sendiri.

Maka dari itu pula, menurut Yozua, setiap kali Plataran memiliki produk di suatu daerah, ia harus memiliki identitas yang sangat jelas. Plataran sendiri berjalan dengan slogan ‘True Indonesian Icon’, yang diperkuat oleh begitu banyak entrepreneur staf.

“Kami tidak memanggil mereka karyawan, tetapi entrepreneur staf. Karena bagi kami mereka harus menjadi seorang entrepreneur. Kita mengajarkan kepada mereka bahwa mereka harus menjadi warga negara Indonesia yang luar biasa. Selain itu, mereka juga harus berani menempatkan Indonesia di tempat yang selayaknya terutama di bidang kebudayaan,” imbuh Yozua.

Dengan langkah tersebut, menurut Yozua, kini Plataran memiliki identitas yang sangat jelas. Setiap wisatawan mancanegara yang datang ke Plataran akan segera tahu apa itu Indonesia, bukan hanya dari kebudayaannya, melainkan juga orang-orangnya. Menyoal staf, Yozua dan Dewi juga tidak menggunakan latar belakang pendidikan sebagai tolok ukurnya. Siapa saja boleh bekerja dengannya, sejauh ia berasal dari sekitaran daerah Plataran.

Pada mulanya, Yozua dan Dewi membangun Plataran dengan 25 pekerja. Namun, dewasa ini mereka sudah memiliki 1.200 pekerja yang 80% darinya berasal dari sekitaran Plataran. Sejak awal mereka memang tidak pernah berangkat dengan visi dan misi yang muluk-muluk. Mereka hanya ingin memajukan setiap daerah di Indonesia dengan latar belakangnya sebagai pendidik, yang dari latar belakang itu pula mereka berharap dapat memajukan kesejahteraan masyarakat, baik dari segi ekonomi maupun intelektualitas. (M-4)

 



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Thalatie Yani
Berita Lainnya