Headline
Bartega buka kegiatan belajar seni sambil piknik, ditemani alunan jazz, pun yang dikolaborasikan dengan kegiatan sosial.
Bartega buka kegiatan belajar seni sambil piknik, ditemani alunan jazz, pun yang dikolaborasikan dengan kegiatan sosial.
Sekitar 10,8 juta ton atau hampir 20% dari total sampah nasional merupakan plastik.
BEBERAPA tahun belakanganan, pabrikan peralatan elektronik raksasa, seperti Samsung, Apple, bahkan Xiaomi berlomba-lomba menelurkan produk-produk jam pintar alias smartwatch buatan mereka ke pasaran. Alasannya, untuk memenuhi kebutuhan masyarakat modern yang semakin aktif dan membutuhkan fungsi jam tangan bukan hanya pemberi informasi waktu, melainkan juga informasi lainnya yang terhubung ke ponsel pintar mereka, seperti notifikasi panggilan masuk, pesan masuk, memutar fungsi, bahkan fitur yang mendukung kesehatan penggunanya menghitung detak jantung, jumlah langkah kaki, dan kalori yang terbakar.
Namun, tahukah Anda bahwa smartwatch sebenarnya bukan perangkat yang baru saja lahir? Menurut informasi yang Media Indonesia kutip dari Mobile Industry Review, Kamis (8/8), dijelaskan bahwa smartwatch dikembangkan sejak beberapa dekade saat teknologi komputer masih dalam tahap awal pengembangan. Pada 1972, Hamilton Watch Company and Electro/Data Inc mengembangkan jam tangan digital pertama, yang berupa prototipe LED bernama Pulsar.
Produk tersebut dibalut dengan emas 18 karat dan dijual dengan harga US$2.100. Meskipun mahal dan mewah, untuk menggunakan Pulsar harus menekan tombol agar informasi yang diinginkan muncul di layar, berbeda dengan produk smartwatch kekinian yang sudah disematkan sensor pendeteksi gerak sehingga penggunanya cukup mengayunkan tangan untuk memunculkan informasi yang diinginkan. Meskipun begitu, Pulsar dianggap sebagai sebuah revolusi besar dalam industri jam tangan dan telah membuka jalan untuk pengembangan teknologi ini di masa depan.
Tak terlalu lama dari kemunculan Pulsar, banyak pabrikan yang mulai berlomba-lomba menyempurnakan teknologi terbaru jam tangan tersebut. Berbagai perusahaan Jepang mulai bereksperimen tentang cara-cara untuk memasukkan lebih banyak konten dalam jam tangan yang memungkinkan penggunanya untuk mendapatkan data tambahan dan Seiko ialah salah satu perusahaan pertama yang merintis inovasi pembaruan tersebut.
Pada 1983, Seiko merilis jam tangan T001 yang terkenal, bahkan dimuncul dalam film James Bond's Octopussy. Jam tangan itu dapat dihubungkan ke penerima TV portabel, sedangkan layarnya dibagi menjadi dua area terpisah dengan fungsi yang berbeda, yakni bagian atas digunakan untuk fitur jam tangan standar seperti menunjukkan waktu dan pengaturan alarm, tetapi bagian bawah layar digunakan untuk memutar video meskipun dalam kualitas buruk.
Di tahun yang sama, Seiko merilis jam tangan pintar lainnya yang diberi nama Data 2000. Sesuai dengan namanya, jam tangan itu mampu menyimpan 2.000 karakter yang dimasukkan dari dock keyboard eksternal. Setahun kemudian, Seiko merilis RC-1000 dengan fitur baru yang substansial, seperti kemampuan untuk terhubung ke sebagian besar komputer saat itu. Namun, perangkat terdekat dengan jam tangan pintar modern saat itu ialah RC-20 Wrist Computer yang sudah dilengkapi dengan mikroprosesor 8-bit Z-80, 2 KB RAM, dan penyimpanan 8 KB, termasuk aplikasi untuk penjadwalan, memo, waktu dunia, dan kalkulator.
Selanjutnya di 1994, Timex Datalink menjadi jam tangan pertama yang mampu mengunduh data dari komputer secara nirkabel. Jam tangan itu dikembangkan bersama dengan Microsoft, penggunaan teknologinya sangat cerdas. Datalink dianggap memiliki ciri khas kecerdasan ilmiah dan bahkan dipakai NASA dalam berbagai misi perjalanan angkasa ruang.
Dalam perkembangan selanjutnya, seorang inovator bernama Steve Mann merancang dan mengembangkan smartwatch Linux pertama pada 1998. Mann sebelumnya telah membuat sejumlah kontribusi penting lainnya untuk teknologi modern, termasuk menjadi yang pertama mengembangkan metode pencitraan HDR modern.
Setahun kemudian, pabrikan elektronik asal Korea Selatan, Samsung, merilis jam tangan pintar yang dapat melakukan komunikasi. Produknya tersebut dinamai SPH-WP10 yang memiliki spesifikasi layar LCD monokrom dan mampu berbicara selama 90 menit dengan speaker dan mikrofon terintegrasi. Namun, setelah perilisan tersebut, Samsung seakan-akan menarik diri dari pengembangan jam tangan pintar hingga akhirnya kembali berinvestasi untuk mengembangkannya beberapa tahun belakangan karena melihat potensi dan perkembangan pasar yang semakin nyata.
Pada 2000, IBM mengungkapkan prototipe smartwatch Linux miliknya yang disebut Watchpad. Meskipun pada saat itu versi awalnya memiliki banyak kekurangan, perusahaan dengan cepat meningkatkannya dan pada 2001 merilis Watchpad 1.5 yang memiliki accelerometer, sensor sidik jari, dan mekanisme getar. Selain itu, Watchpad 1.5 juga dibekali sistem operasi Linux 2.2, memiliki layar sentuh-sensitif QVGA 320 x 240, bluetooth, 8 MB RAM, dan 16 MB penyimpanan flash.
Pada 2004, Microsoft mencoba kembali terjun ke pasar dengan jam tangan pintar terbarunya yang dinamai Smart Personal Objects Technology (SPOT). Produknya tersebut merupakan awal dari produk yang dapat dipakai menjadi produk internet of things (IoT) sebagai upaya mempersonalisasikan teknologi. Sayangnya, tanpa alasan yang jelas Microsoft memutuskan menutup jaringan pengembangan produk itu.
Sejak itu, sejumlah perusahaan mencoba jam tangan pintar versinya masing-masing meskipun belum mampu menarik perhatian konsumen karena dianggap tidak praktis. Baru pada 2013, Omate merupakan perusahaan pertama yang merancang jam tangan pintar yang benar-benar independen, dinamai Truesmart. Truesmart dapat melakukan panggilan, menggunakan peta, dan memanfaatkan aplikasi Android sepenuhnya secara independen. Meskipun produknya dianggap masih banyak kekurangan, produk tersebut dianggap sebagai awal era baru dari teknologi jam tangan pintar.
Saat ini pun semakin banyak pabrikan yang meluncurkan jam tangan pintarnya, Apple telah menelurkan iWatch, Samsung dengan Galaxy Watch-nya, pemain baru seperti Xiaomi juga menelurkan Amazefit yang dibanderol lebih murah dari iWatch maupun Galaxy Watch. Bahkan, pabrikan pun sekarang juga berlomba-lomba mengembangkan smartband (gelang pintar) yang secara umum fungsinya mirip dengan smartwatch, tapi desainnya lebih sederhana dan praktis serta memiliki harga yang jauh lebih terjangkau, misalnya, Xiaomi dengan Mi Band dan Samsung dengan Galaxy Fit. Bahkan, arloji-arloji pintar tersebut dewasa ini tak hanya menyasar kalangan orang dewasa, tapi juga anak-anak. (M-2)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved