Penulis Aceh dan Botswana Bicara Soal Kekuatan Konten Lokal

Galih Agus Saputra
23/8/2019 09:00
Penulis Aceh dan Botswana Bicara Soal Kekuatan Konten Lokal
Azhari Aiyubi (kiri) dan Legodile Seganabeng di sesi JILF 2019 pada Rabu (21/8).(Instagram @jilfindo.)

KONTEN merupakan unsur yang amat penting dalam berbagai karya, termasuk sastra. Ia tidak hanya menjadi tolok ukur kelaikan sebuah karya, namun juga menjadi keunikan yang membedakan satu karya dengan yang lainnya. Namun, bagaimana jadinya jika konten itu sendiri kian hari kian berkembang sejurus dengan arus dunia yang semakin mengglobal? Akankah ia menggelinding begitu saja tanpa menawarkan kesempatan untuk merenungkan kembali arti kata ‘lokal’?

Persoalan itulah yang ikut menjadi perhatian dalam Jakarta International Literary Festival (JILF) 2019. Bahasan soal konten ini pun menjadi perbincangan yang menarik dalam sesi bertajuk ‘Stories From The Surroundings’ yang menampilkan penulis asal Aceh, Azhari Aiyub, dan penulis asal Botswana, Legodile Seganabeng.

Aiyub yang merupakan penulis novel laris Kura-kura Berjanggut (2018) memandang bahwa kategorisasi konten lokal di dunia sastra Indonesia dewasa ini lahir berkat kosmopolitan yang ada di Jakarta. Di sisi lain, peraih penghargaan Kusala Sastra Khatulistiwa 2018 itu berpikir bahwa penulis tidak harus membatasi hal yang ia tulis. Sebab hal itu akan menjadi tantangan tersendiri bagi mereka untuk mengenal segala sesuatu di luar daerahnya. Ia bahkan mengaku akan sangat senang jika punya kesempatan untuk menulis kisah dari luar daerahnya, misalnya, Medan.

Senada dengan Aiyub, Legodile juga memandang bahwa setiap penulis dewasa ini tidak bisa menutup kemungkinan dengan konten yang berasal dari luar daerahnya masing-masing. Sebab, setiap orang mengenal proses belajar, layaknya ia sendiri seperti saat ia tiba di Indonesia.

Ia belajar tentang orang, makanan, kultur, dan segala macam keunikan tentang Indonesia, maka dari itu pula ia mengatakan bahwa setiap penulis harus dapat memanfaatkan segala sesuatu yang luar biasa ketika keluar dari daerahnya. "Namun bahwa setiap penulis perlu mengenal asas keseimbangan yang mana akan sangat berguna untuk mengidentifikasi sekaligus mengapresiasi diri," tambah lulusan Seni Rupa Universitas Johannesburg, Afrika Selatan, itu. Dengna begitu penulis bukan hanya menggali budaya daerah lain, melainkan juga daerahnya sendiri.

Legodile pun berkaca dari pengalamannya sendiri. Hidup di daerah yang dijulukinya dengan tanah terkunci (locked land) karena di kelilingi tanah negara lain sehingga tidak memiliki akses ke laut, membuatnya paham betul akan arti penting dari sebuah konten.

Dengna berada di tanah terkunci itu Legodile selalu berusaha melihat sisi positif, salah satunya dengan memahami betul budaya negaranya. Ia pun menuturkan jika langkah pertamanya memahami konten adalah dengan menempatkannya sebagai identitas. Dari situ pula ia menyimpulkan jika konten layaknya makanan bagi otak. Konten yang dibawa kepada pembaca, akan berpengaruh pula pada cara pandang dan berpikir mereka.

Dengan cara pandang itu maka, baginya, jelas pula besarnya peran seorang penulis. Penulis yang menyajikan hal-hal asing yang tidak berhubungan dengan budaya asalnya dapat pula membuat pembaca tercerabut dari kenyataan yang ada di sekitar.

“Kita sebenarnya juga tidak hendak membatasi apa yang mereka baca, tetapi pemandangan yang terlihat bahwa orang-orang (di Bostwana –red) menuju diskultur, dimana mereka terlalu banyak membaca cerita atau novel berbahasa asing yang mereka sendiri tidak pernah bertemu dengan kultur di dalamnya secara nyata,” imbuh penulis yang juga dikenal dengan sebutan Dredd X tersebut.

Legodile kini tengah mencoba menggalakan gerakan membaca dan menulis soal lingkungan lokal dan komunitas lokal di Bostwana. Langkah tersebut menurutnya dapat merangsang orang-orang untuk berpikir, berbicara, dan bertindak layaknya penduduk Bostwana. Mereka juga diberi kebebasan membaca dan menulis apa saja, mulai dari romansa hingga cerita lama sejauh dapat membantu mengangkat nilai dan tanah kelahirannya, yang pada kesempatan selanjutnya diharapkan dapat menjadi media promosi kepada pembaca internasional. (M-1)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Bintang Krisanti
Berita Lainnya