Headline

Senjata ketiga pemerataan kesejahteraan diluncurkan.

Fokus

Tarif impor 19% membuat harga barang Indonesia jadi lebih mahal di AS.

Mempertanyakan Ingatan Tiga Perupa Perempuan

(Gas/M-4)
28/7/2019 01:40
Mempertanyakan Ingatan Tiga Perupa Perempuan
Naomi memulai roses kreatifnya dengan menggunakan anagram sebagai titik awal.(MI/GALIH AGUS SAPUTRA)

TIGA perupa perempuan, Naomi Samara, Salvita Decorte, dan Ruth Marbun lebih suka mengikuti hasrat dekonstruktif menyoal daya cipta. Mereka mendobrak hal yang lazim. Jika dalam pekerjaan apa saja, orang-orang kerap menyiapkan segala sesuatu yang dibutuhkan untuk mendapatkan hasil memuaskan berdasarkan rancangan, desain, atau segala macam hal yang sifatnya struktural, mereka justru menolaknya. 

Hal itu dapat dilihat dari karya seni rupanya yang dipajang dalam pameran Pentimento: A Speculative Trace di Dia.Lo.Gue Space Art, Kemang, Jakarta. Melalui pameran yang dihelat sejak 17 Juli hingga 19 Agustus mendatang itu, Dia.Lo.Gue, Manual.co.id, dan Indoartnow tampaknya sengaja ingin menampilkan perjuangan individu dalam sebuah tatanan masyarakat, bersama para perupa yang mempertanyakan ulang tentang ingatan dan introspeksi secara terus-menerus.

Kurator pameran Pentimento: A Speculative Trace, Sally Texania, menuliskan selama ini sisa-sisa atau jejak dari tahap persiapan sebuah karya seni konvensional memang sering direvisi, disembunyikan, atau dihapus pada saat tahap akhir.

"Dalam praktik melukis, lapisan failed attempts (baca: kegagalan--red) sering disembunyikan di mana beberapa lapisan lainnya hanya dapat dilihat dengan peralatan khusus, sama halnya dalam jejak pentimento (pentimenti) yang berasal dari bahasa Italia berarti 'pertobatan'. Padahal, dalam banyak diskusi tentang seni modern Barat, sketsa, atau pentimenti yang dibuat seniman tersebut sebenarnya mengandung kompleksitas dan kedalaman tertentu," tuturnya.

Pelukis figuratif Britania Raya, Francis Bacon, misalnya, lanjut Sally, ia bahkan kerap 'mengabaikan sementara' kanvasnya hingga mengubah bentuk gambar atau potretnya dan terus menerapkan perubahan pada karyanya secara menyeluruh. Hasilnya, karya itu menjadi salah satu karya yang paling kuat atau paling representatif. Selain itu, ada juga pematung sekaligus pelukis Swiss, Alberto Giacometti, yang memiliki keinginan kuat untuk menolak sebuah model dalam menggambar. Ia cenderung lebih suka memilih untuk menggambar dengan cara yang berkembang di dalam pemikirannya demi menciptakan berbagai tokoh yang dibangun dari garis yang rumit dan berlapis.

Anagram Naomi
Keputusan untuk mengumpulkan dan membongkar itu juga dapat ditemukan dalam proses kreatif Naomi yang menggunakan anagram sebagai titik awalnya. Naomi, kata Sally, telah memulai prosesnya dengan fiksi kreatif, lalu membagi kalimat dalam narasi menjadi potongan-potongan kata yang disusun bersama untuk membentuk kalimat baru. Dia juga menerapkan metode serupa untuk menunjukkan minat pada tubuh manusia dan kemungkinan membangun makna dari deformasi fisik manusia.

Namoi memulai proses itu dengan memotret tubuhnya terlebih dahulu, kemudian membaginya dalam sebuah gambar yang terdiri dari beberapa fragmen yang dia susun kembali di komputer. Proses itu ialah langkah awalnya, selanjutnya dia menggunakan cat dan kertas untuk agar dengan cepat dapat membuat gambar yang secara keseluruhan dibuat berdasarkan memori.

"Saya pikir ketika gambar final, setelah memecah cerita, setelah memotongnya, setelah merekonstruksi, setelah memecah foto, memotongnya dan mendekonstruksi itu semua, saya merasa seperti ada garis dasar realitas yang memberi saya kebebasan keluar dari cerita tertentu untuk benar-benar mengekspresikan diri saya dengan cara yang sangat bebas dan spontan atas sense of structure," tutur Naomi.

Sementara itu, Salvita lebih terlihat menggunakan tulisan dan lukisan sebagai upayanya merangkai ingatan dalam proses kreatif. Kenangan menonton ayahnya melukis dan pengalaman masa kecilnya sendiri ketika tinggal di Bali, keduanya telah mendorong hasratnya untuk secara konsisten menggambar wajah atau potret orang-orang yang ia temui di lokasi syuting.

Karya-karyanya cenderung berevolusi secara bertahap dan diciptakan dari berbagai momen yang berbeda, yakni dia cenderung meninggalkan karyanya sementara waktu, kemudian kembali ke dalammnya sambil menerapkan konstruksi berbeda pada mereka.

Menemukan definisi 'final' selanjutnya ialah sesuatu yang sering dipikirkan Ruth selama proses kreatifnya. Karena ia cenderung bekerja bersama atau di berbagai media yang berbeda, ia telah mengembangkan minat pada berbagai aspek pula yang tak tanpa diduga telah muncul dari proses kreatifnya. Jahitan pada kain atau sapuan kuas transparan cat yang sering dianggap sebagai bagian dari persiapan karya seni, pada kesempatan ini telah dieksplorasi lebih lanjut oleh Ruth dan sering tumpang tindih satu sama lain.

Daripada mempertimbangkan menjahit atau sapuan kuas sebagai elemen teknis belaka dalam penciptaan karya seni, menurut Sally, Ruth telah menemukan titik bahwa mereka sesungguhnya telah mewakili impuls yang menonjolkan elemen emosional dan lebih penting daripada upaya untuk membangun representasi atau jawaban yang pasti.

Bagi Sally, isyarat individualitas baik dari Naomi, Salvita, maupun Ruth di masyarakat, pertanyaan-pertanyaan mereka mengenai ingatan dan introspeksi mereka yang konsisten serta pentimento-nya, tidak hanya menjadi bukti fisik sebuah karya, tetapi juga keputusan konseptual.

"Pertimbangan untuk mengeksekusi stroke, untuk menghapus, untuk menambahkan garis adalah upaya terus-menerus untuk menafsirkan kembali beragam fenomena. Oleh karena itu, interpretasi karya mereka cenderung spekulatif karena didorong oleh narasi acak dan nonlinear" tutur Sally, menutup cerita. (Gas/M-4)
 



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Dedy P
Berita Lainnya