Headline
Senjata ketiga pemerataan kesejahteraan diluncurkan.
Tarif impor 19% membuat harga barang Indonesia jadi lebih mahal di AS.
KISAH Ulus Pirmawan, 45, petani asal Desa Suntenjaya, Lembang, Bandung Barat, Jawa Barat, juga tidak kalah menjadi inspirasi dalam episode Kick Andy kali ini. Meski hanya lulusan SD, ia dapat menjadi petani sukses berkat kerja keras dan ketekunan yang dimiliki. Bahkan, dewasa ini Ulus telah berhasil mengekspor hasil atau produk pertaniannya berupa baby buncis ke Singapura.
Ulus mengaku sudah menekuni dunia pertanian sejak kecil. Kepiawaian itu didapatnya dari kedua orangtua yang kebetulan pula berprofesi sebagai petani. “Jadi dari lahir saya sudah menjadi petani karena dari kecil juga sudah dibawa ke kebun oleh orangtua,” tuturnya.
Ulus yang sudah banyak makan asam garam di bidang pertanian itu kemudian mengembangkan usaha pertaniannya dengan pola ramah lingkungan. Akibat hal tersebut, ia lantas berhasil menerima penghargaan sebagai ‘petani teladan’ se-Asia-Pasifik dari organisasi pangan dan pertanian dunia (Food and Agriculture Organization of the United Nation/FAO).
Sebelum mendapat penghargaan itu, Ulus mengaku mendapat telepon dari FAO yang berada di Indonesia. Mereka menanyakan alamat, dan datang ke Lembang keesokan harinya untuk menanyakan berbagai macam hal. Mulai jenis pertaniannya, cara budi daya, pemasaran, hingga bentuk kelompok pertaniannya. “Alhamdulillah, kita pada 2017 kemarin, atau lebih tepatnya pada 16 Oktober 2017 kemudian diundang untuk dikasih penghargaan di Bangkok,” imbuhnya.
Dewasa ini, Ulus sering kedatangan petani dan masyarakat dari berbagai daerah di Indonesia dan mancanegara untuk belajar budi daya pertanian padanya. Ia memang dikenal warga di sekitarnya sebagai petani yang suka berbagi, baik menyoal ilmu maupun biaya.
Hal itu bahkan diamini Ayi, salah satu petani di Lembang, di bawah binaan Ulus. “Orangnya baik, suka membantu sesama petani. Kalau ada petani kekurangan biaya, dia datangi, kasih biaya, dibantu begitu. Jadi kan Pak Ulus sudah menjamin, harga juga sudah pasti tinggal barangnya bagaimana pengolahannya dari kita (petani –red). Dari segi pendapatan sudah lebih baik begitu, dari yang dulu sekian, ya alhamdulillah sekarang meningkat,” terangnya.
Ulus mengatakan bahwa ia sendiri pada dasarnya sudah mulai mengekspor buncis super ke luar negeri sejak 1995. Kala itu ia sudah dapat mengekspor 3 hingga 3,5 ton buncis super per hari, dan kemudian mulai mengekspor baby buncis sejak 2005. Khusus baby buncis, Ulus bisa panen dalam kurun waktu 40 hari sekali sebanyak 40 kali.
“Per kg harganya Rp14 ribu. Dari 1 kg benih, kita bisa menghasilkan 30 sampai 40 kg sekali panen. Jadi kalau nanti sampai habis masa panen, kita bisa menghasilkan 1 sampai 1,5 ton. Maka dari itu, saya selalu berpesan pada orang-orang menjadi pengusaha pertanian itu sangat keren,” tuturnya. (Gas/M-4)
Dewasa ini, sudah banyak bermunculan produk mi instan alami atau mi sehat yang mengeklaim menggunakan bahan-bahan alami dalam proses produksi mereka
MASALAH pengangguran hingga saat ini tidak lepas membayangi masyarakat Indonesia.
Perjalanan perkuliahan Asep tidak mudah. Ia bahkan sempat dipenjara karena menjadi salah satu mahasiswa yang terlibat penyebaran buku putih yang isinya kisah gurita bisnis Presiden Soeharto.
Setelah masalah selesai, Fikrang pun menutup bisnis aplikasinya itu, namun dia tidak kapok untuk berbisnis.
Arsjad mengatakan sebaiknya kisruh di Kadin bisa diselesaikan secara internal tanpa dipolitisasi lebih jauh.
Media sosial sempat diramaikan video seorang bule yang membantu warga membangun jembatan di Wakatobi, Sulawesi Tenggara.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved