Tisu toilet merupakan satu-satunya produk yang sebagian besar digunakan manusia sekali saja kemudian dibuang. Produk tersebut menurut para peneliti menjadi kurang berkelanjutan dan tidak ramah lingkungan.
Analisis dari majalah Ethical Consumer menemukan bahwa saat ini merek-merek besar produsen tisu toilet ternyata amat sangat sedikit menggunakan kertas daur ulang sebagai bahan bakunya menggunakan lebih sedikit kertas daur ulang dari pada tahun 2011, meskipun ada sejumlah supermarket besar yang menawarkan produk tisu toilet dari kertas daur ulang dengan mereknya sendiri.
Penggunaan kertas baru dalam skala besar tentu saja berkontribusi pada deforestasi hutan yang sebenarnya tidak perlu dilakukan jika menggunakan kertas daur ulang. Tren penggunaan kertas baru dipicu oleh tren tisu toilet empat yang mana merupakan produk yang paling lembut dan kelembutan produk tersebut hanya dapat diperoleh dari pulp virgin alias bubur kertas segar yang didapat dari alam.
“Tidak perlu menebangi hutan untuk membuat tisu toilet, namun inilah yang sebenarnya terjadi,” kata seorang peneliti untuk Ethical Consumer, Alex Crumbie seperti yang Media Indonesia kutip dari The Guardian (9/7).
Crumbie menambahkan, hal tersebut terjadi karena fokus masyarakat saat ini adalah masalah sampah plastik, sehingga perhatiannya terhadap penggunaan kertas daur ulang teralihkan.
Penelitian tersebut dilakukan di Kimberly-Clark, salah satu pemasok terbesar tisu toilet di seluruh dunia. Proporsi pulp kayu daur ulang yang digunakan oleh perusahaan telah menurun selama bertahun-tahun. Pada tahun 2011, hanya di bawah 30% dari total serat yang digunakan didaur ulang, tetapi pada 2017 angka ini turun menjadi 23,5%. Sementara itu laporan Greenpeace pada 2017 menyebutkan bahwa keanekaragaman hayati di kawasan hutan Swedia bagian utara terancam keberadaannya akibat meningkatnya permintaan kayu-kayu segar oleh industri kayu.
Padahal, penelitian terbaru juga menunjukkan bahwa bahan kimia yang digunakan dalam produksi kertas daur ulang jauh lebih sedikit beracun dari pada yang digunakan untuk memutihkan bubur kertas segar.
"Hanya sekitar 30% populasi dunia yang menggunakan tisu toilet, jadi kami tahu bahwa ada banyak alternatif higienis sempurna untuk menggunakan produk berbasis kertas. Penting bagi kita untuk mempertimbangkan apa yang kita gunakan karena saat ini planet kita yang berharga sedang menghadapi berbagai ancaman buruk," pungkas Crumbie. (M-2)