Headline
Senjata ketiga pemerataan kesejahteraan diluncurkan.
Tarif impor 19% membuat harga barang Indonesia jadi lebih mahal di AS.
KETIMBANG disebut artis, Sodiq Rifa'i atau yang akrab disapa Sodiq New Monata itu lebih suka dianggap sebagai seniman. Perjuangan hidupnya, kali ini diulas Andy F Noya dalam program siaran Kick Andy, khususnya dalam episode Balada Dangdut Koplo. Bukan hanya menyoal profesinya saja, Andy turut menyoroti laku hidup Raja Dangdut Pantura itu dari dulu hingga sekarang.
Sodiq mengaku sudah mulai menyanyi sejak SD. Meski begitu, ia mengatakan tidak pernah punya cita-cita untuk menjadi penyayi kondang, tetapi hanya menikmati alur saja. Sodiq bahkan mengaku pernah merasakan kerasnya hidup di jalanan pada usia sembilan tahun. Meski demikian, ia lalu bergabung dengan grup dangdut pada 1998. "Dulu mulai mengamen, ijazahnya tidak jelas. Ijazah SD saja hilang," tutur pelantun lagu dangdut, yang identik dengan rambut gimbalnya itu.
Sodiq lahir dari seorang ibu yang juga penyanyi atau lebih tepatnya sinden, sedangkan bapaknya ialah seorang petani. Ia mengaku miskin sejak lahir, tetapi sekarang sudah merasakan kehidupan yang lebih bahagia. Pada mulanya memang tidak ada yang menyangka Sodiq akan menjadi terkenal dan memiliki begitu banyak penggemar. Kesuksesan penyanyi bergaya reggae itu memang tidak diraih begitu saja.
Sodiq muda mengawali karier dengan cara mengamen dari rumah ke rumah, bis, hingga lampu merah di sudut-sudut kota. Ia bahkan pernah menjadi kuli bangunan dan menjual nasi goreng untuk menghidupi keluarganya. Namun, kini kerja keras Sodiq terbayar sudah. Grup musik dangdut yang digawanginya semakin berkembang dan dikenal luas oleh masyarakat, yang selalu menunggu-nunggu penampilannya di berbagai kota. Jiwa seni ada dalam aliran darah Sodiq. Pun ia memiliki niat untuk selalu berkarya.
Namun begitu, perlu diingat bahwa Sodiq kecil hidup dalam keadaan susah. Ia bahkan pernah merasakan sekolah tanpa mengenakan sepatu karena tidak punya uang untuk membelinya. Akan tetapi, tekadnya untuk mengubah nasib hidup sangatlah kuat. "Karena ada pepatah bilang, manusia tidak akan berubah selagi manusia itu tidak mengubahnya," katanya.
Istri tercinta
Kalau berkaca pada masa lalu, Sodiq mengaku sempat merasakan bagaimana susahnya mencari makan atau lebih tepatnya ketika ia berkeluarga dengan almarhum istrinya. Kala itu, ia bekerja sebagai kuli bangunan dengan pendapatan Rp25 ribu per hari. Oleh karena itu, ia kemudian mencoba berdagang nasi goreng untuk menambah penghasilan. "Waktu itu sudah punya satu anak. Kalau sore pukul 16.00 saya jualan nasi goreng, kemudian paginya mulai dari pukul 7.00 sampai pukul 16.00 itu jadi kuli bangunan. Ya namanya ingin perubahan, pingin anak bisa makan. Saya jalani ini kurang lebih empat tahun," katanya.
Namun begitu, Sodiq mengaku sudah merasakan panggilan dalam hati untuk menjadi penyanyi. Oleh karena itu, ia kadang kala rela libur jualan nasi goreng agar bisa manggung dengan bayaran Rp20 ribu sekali tampil. Kata hati yang Sodiq ikuti pun akhirnya membawa perubahan. Lambat laun semakin banyak tawaran manggung, tetapi ironinya ia lantas mendapat cobaan, yang mana istrinya terserang penyakit stroke.
Sodiq tidak pernah mau mengeluh atas kondisinya. Ia mensyukuri cobaan itu, bahkan menganggapnya sebagai hadiah. Sodiq percaya jika ia dapat melewati cobaan itu, ia bakal mendapat anugerah. Salah satu kata yang jadi pegangan Sodiq kala itu ialah 'kuat', meskipun pada akhirnya ia harus merelakan kepergian sang istri beberapa tahun silam.
Kepada Andy, Sodiq juga sempat menceritakan salah satu kenangannya bersama sang istri. Ceritanya, kala itu Sodiq sudah berhasil membeli mobil. Lantaran ingin memberikan semangat kepada istrinya yang lumpuh agar cepat sembuh, Sodiq lantas mendudukkan istrinya itu di kursi sebelah, sedangkan ia mengendarai mobil tersebut.
Kepergian sang istri memang cukup berat dirasakan Sodiq. Meski begitu, cintanya tidak pernah luntur, bahkan sebelumnya sempat membuat Sodiq terinspirasi untuk menulis lagu. Sodiq ingat betul lirik lagu itu, dan di hadapan Andy serta para tamu undangan di studio, Sodiq lantas melantunkan penggalan lirik lagu berjudul Jangan Meninggal Dulu Istriku tersebut.
"Oh, istriku, sembuhlah dari sakitmu. Oh, istriku, bangunlah dari tidurmu. Begitu kira-kira, kalau diteruskan nangis ini pasti," kata Sodiq sambil tersenyum, setelah melantunkan lagu yang ditulis pada saat istrinya terbaring lumpuh itu.
Seusai badai
Seusai melewati cobaan, kesejahteraan hidup Sodiq semakin hari semakin meningkat. Bahkan, kini ia bisa manggung sebanyak 47 kali dalam sebulan. Sodiq mematok tarif sekali manggung sebesar Rp50 juta, dengan durasi 1 jam, dan kira-kira ia bisa menyanyikan 10 lagu.
Namun, perhitungan tarif yang dimaksud Sodiq itu belum termasuk saweran yang biasa diberikan para penggemar di berbagai kota. Menurutnya, kota seperti Pati, Rembang, dan Madura sangat luar biasa antusiasnya. Khusus di Madura, kata Sodiq, bahkan bisa mendatangkan pendapatan sekitar Rp100 juta dalam satu malam.
Tidak hanya manggung di berbagai kota di Indonesia, Sodiq juga meladeni undangan manggung di mancanegara. Ia pernah diundang tampil di Tiongkok, Singapura, dan Malaysia. Sodiq tidak pernah menyangka kariernya bisa sedemikian baik. "Kayak mimpi saya di sana, ini Hong Kong apa mimpi? Ya, maklum lah saya kan seniman jalanan. Tidak pernah terbayang lah," katanya.
Sodiq biasa diundang pihak KBRI ketika manggung di mancanegara. Sementara itu, penontonnya ialah warga negara Indonesia yang bekerja di sana. Namun, kesuksesan tampaknya tidak lantas membuat pandangan Sodiq teralihkan. Ia tetap produktif mengarang lagu, bahkan mengaku susah mengingat ketika ditanya seberapa banyak lagu yang telah ia ciptakan.
Menjelang akhir sesi bincangnya, Sodiq mengatakan bahwa ia tidak ingin berhenti bermusik sampai akhir hayat. Ia juga berharap agar generasi muda di Indonesia selalu semangat dan jangan pernah putus asa dalam memperjuangkan cita-citanya. Karena bagi Sodiq, apa yang akan diraih generasi muda nantinya ialah hasil kerja kerasnya masing-masing. "Kuncinya hanya ikhlas dan sabar. Ingat kesabaran itu mutiara bagi seseorang, sementara ketidaksabaran itu adalah petaka," tuturnya. (Gas/M-4)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved