Headline
Senjata ketiga pemerataan kesejahteraan diluncurkan.
Tarif impor 19% membuat harga barang Indonesia jadi lebih mahal di AS.
KETIKA ditangkap pada 1965, usia Mujiyati baru 17 tahun. Sama seperti yang dialami Oetati Koesalan, ia ditahan tanpa diadili. Bahkan, penahanan mencapai 14 tahun yang membuatnya benar-benar tercerabut dari masa remaja.
Tuduhan yang dialamatkan pada Mujiyati pun sangat mengada-ada. Mujiyati dituding ikut dalam aksi penyiksaan di Lubang Buaya. Padahal, kala itu bertempat tinggal di Slipi, Mujiyati mengaku bahkan tidak tahu lokasi Lubang Buaya.
"Saya dituduh ikut nari telanjang dan menyilet-nyilet. Padahal, saya tidak tahu Lubang Buaya ada di mana, karena rumah saya di Slipi dan waktu itu belum ada transportasi memadai untuk pergi ke mana-mana" tutur Mujiyati yang juga mengikuti organisasi Pemuda Rakyat.
Mujiyati belum lama bergabung di organisasi itu dan hanya mengikuti kegiatan kesenian. Ia juga tidak mengetahui akan adanya kegiatan politik di organisasi tersebut.
Ayah Mujiyati yang PNS juga terimbas. Ia sempat ditahan meski tidak lama. Begitu pun sang ayah tetap dipecat secara tidak hormat, hidup keluarganya menjadi serbasusah.
"Kami mendapat masalah, susah banget. ibu jualan sayuran untuk menafkahi lima adik saya masih kecil-kecil," tutur Mujiyati.
Selama dipenjara, Mujiyati yang masih muda belia merasakan rindu yang sangat besar pada keluarganya. kerinduan pada adik-adiknya, ia obati dengan bermain bersama para anak-anak tapol.
Mujiyati keluar dari penjara saat usianya sudah menginjak 31 tahun. Kemudian ia menikah dengan sesama eks tapol.
Kepada buah hati mereka, Mujiyati dan sang suami tidak menutupi sejarah yang ada. Namun, hal tersebut sesungguhnya juga tidak khusus direncanakan, tetapi mereka ungkapkan pada sang anak di usia 6 tahun karena saat itu digelar acara menonton film G-30-S/PKI di lingkungan tempat tinggal yang digagas lurah setempat.
"Dari sejarah itu saya belajar dari hidup, yang sudah lalu biarlah berlalu. Saya tidak mau sakit, sakit hati itu mahal, saya ingin mensyukuri saja apa yang ada sekarang," tutup Mujiyati. (TS/M-1)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved