Headline

Mantan finalis Idola Cilik dan kreator konten juga memilih menikah di KUA.

Fokus

Ketegangan antara Thailand dan Kamboja meningkat drastis sejak insiden perbatasan

Cheongsam dengan Romantisme Eropa

Suryani Wandari [email protected]
21/4/2019 02:10
Cheongsam dengan Romantisme Eropa
Adrian Gan menyuguhkan cheongsam bersiluet longgar(DOK ADRIAN GAN)

Di koleksi adibusana terbarunya, Adrian Gan menyuguhkan cheongsam bersiluet longgar, menggunakan bahan tulle, hingga lengan balon untuk menunjukkan pengaruh romantisme Eropa.

DENGAN kerah berdiri dan kancing shanghai, gaun itu lekat dengan unsur Tionghoa. Namun, siluet rok yang melebar dengan lengan balon serta motif garis-garis yang digunakan menunjukkan ciri Eropa.

Masih dengan perpaduan dua unsur serupa, ada pula gaun a-line tulle dengan kerah tinggi dan aplikasi bordir oriental, serta busana dua potong berupa rok lebar dan blus blazer dengan pinggang ketat ala korset, tetapi tetap dengan kerah tinggi.

Begitulah sebagian koleksi terbaru dari Adrian Gan yang bertajuk Conquerence. Dipamerkan dalam peragaan yang berlangsung Rabu (3/4), di Hotel Mulia Senayan, Jakarta, koleksi itu dikatakan memang terinspirasi dari dua era.

"koleksi kali ini diperkaya dengan sentuhan dua kebudayaan, yakni era Dinasti Qing yang identik dengan siluet choengsam yang longgar dan era Regency dari Eropa yang kaya detail dan romantis," tutur desainer senior yang menggelar show tunggal sejak 2000 itu.

Kesan oriental diperkuat lagi dengan detil motif dari Chinese paper cut, Chinese shadow play, dan juga patchwork dengan beragam palet warna, seperti putih gading, monokrom, hinga warna-warni tempo dulu.

Desainer yang karyanya juga sudah digunakan selebritas dunia ini menilai jika kedua era itu punya kesamaan, yakni unsur kemewahan. "Keduanya punya kesamaan, di era ini diablo kemewahan itu terlihat dari cara mereka berbusana, busana dengan detail dan sulaman," lanjutnya.

Pada koleksi itu, kemewahan pun dipancarkan lewat bahan-bahan vintage asal Jepang yang penuh sulaman. Pada beberapa busana, material bernilai tinggi itu diterapkan sebagai jubah bagi gaun tulle panjang ataupun padanan qipao panjang dan celana yang tampilan totalnya mengingatkan akan busana para ahli kungfu .

Sementara itu, kesan noni-noni Eropa tampil lebih kuat dalam sekuens yang menampilkan palet warna putih gading. Pada sekuens ini, busana yang dibuat juga sarat dengan detail renda sehingga menambah kesan romantis.

Koleksi kain tua

Penggunaan material vintage pada koleksi itu nyatanya juga menunjukkan sisi hobi Adrian. Pria yang menimba ilmu tata busana di Lembaga Pendidikan Tata Busana (LPTB) Susan Budiharjo di awal 1980-an itu senang membali kain-kain vintage saat perjalanan ke berbagai negara.

Dari kain-kain itu, ia kerap mendapat inspirasi baik dari segi motif maupun siluet. Bahkan, kain yang sudah tidak dalam keadaan baik tetap akan ia koleksi jika memiliki keunikan.

Ada kalanya kain itu juga digunakan sebagai bagian koleksi. Hal itu pula yang dilakukan untuk Conquerence.

Ia menggunakan sulaman dari salah satu jubah tua yang ia beli di Paris, Prancis.

"Bahan dasarnya sudah rapuh, makanya saya ambil sulaman dan replace yang baru," kata Adrian.

Ada pula material yang berasal dari gorden yang berusia 100 tahun. Adrian mengaku menggunakan bagian dalam gorden yang masih baik.

Dengan padu padan material itu pula ia bisa menghasilkan busana yang tidak hanya cantik, tetapi juga menyiratkan sejarah dan budaya yang kaya. (M-1)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Triwinarno
Berita Lainnya