Headline

Presiden memutuskan empat pulau yang disengketakan resmi milik Provinsi Aceh.

Fokus

Kawasan Pegunungan Kendeng kritis akibat penebangan dan penambangan ilegal.

Uniknya Rujak Bali

Fathia Nurul Haq
20/4/2019 22:50
Uniknya Rujak Bali
Rujak Bali(MI/Fathia)

BERKUNJUNG ke Bali tidak semata untuk menikmati pemandangannya yang indah. Tidak hanya eksotisme pemandangannya, banyak juga makanan yang lezat untuk disantap, misalnya sate lilit, ayam betutu, nasi pedas, magibung, atau pia legong.

Namun, masih banyak kuliner lain yang tidak begitu dikenal masyarakat. Seperti dua jenis rujak ini yang menjadi ciri khas Bali, yaitu rujak kuah pindang dan bulung boni yang merepresentatifkan budaya Bali.

Penulis asal Bali, Oka Rusmini, pernah menulis dalam salah satu cerita pendeknya mengenai identitas perempuan Bali yang lekat dengan kegemaran memakan rujak kuah pindang. Tidak salah memang, rujak khas Bali ini memiliki rasa yang sangat ajaib!

Rujak kuah pindang sebenarnya rujak pada umum nya, berisikan buah-buahan, seperti bengkuang, kedondong, mentimun, jambu, dan terkadang parutan ubi mentah.

Namun, yang membuatnya berbeda ialah siraman bumbunya. Bila biasanya bumbunya berupa bumbu gula merah dan kacang tanah, di sini diganti dengan air rebusan ikan pindang dengan sedikit terasi merah. Kacang pun tetap digunakan sebagai taburan bersama dengan parutan kelapa.

Rujak ini memang digemari masyarakat Bali. Tak mengherankan banyak bertebaran warung penjual rujak buah pindang di kawasan permukiman. Sependapat dengan Oka Rusmini, jika dapat memakan rujak kuah pindang dengan langgeng sampai habis, sah sudah kamu jadi perempuan Bali. Pasalnya, mereka yang tidak terbiasa menyantapnya sejak kecil, rujak ini memiliki rasa yang tak terduga, seperti asam, asin, dan amis di setiap suapannya.


Rumput laut

Makanan lain yang tak kalah uniknya ialah bulung boni. Makanan ini berupa rumput laut yang oleh masyarakat setempat disebut bulung. Untuk menyantapnya cukup dicuci bersih lalu diberi kuah siram yang kurang lebih sama seperti rujak kuah pindang.

Bulung merupakan varietas rumput laut yang jauh berbeda dengan rumput laut yang selama ini kita kenal. Bulung memiliki daun dan batang yang kecil yang sering kita temui tumbuh liar di sekitar pantai.

Masyarakat metropolitan mungkin akan terkagetkaget dengan rujak yang sangat tidak konvensional ini. Namun, kultur masyarakat Bali yang sebagian besarnya ada di pesisir, membuat olahan makanan yang menunjukkan identitas mereka.

Jauh dari rasa sate lilit dan ayam betutu yang lebih familier, bulung dan rujak kuah pindang menjelaskan dengan baik betapa unik dan menariknya budaya masyarakat ‘Pulau Dewata’. Betapa budaya ini sangat melekat dengan tiap individu anggota masyarakatnya, tidak dapat disarukan atau ditirukan.

“Mboknya orang Bali? Biasanya kalau bukan orang Bali mungkin kurang cocok. Tapi enak ini mbok, favorit di sini,” ujar Okan, salah satu penjual rujak kuah pindang dan bulung boni di Denpasar.

Biasanya penjual rujak kuah pindang dan bulung boni tetap menjual varian rujak dan bulung lain dengan cita rasa lebih umum, seperti rujak kacang dan rujak gula sebagai alternatif bagi para pendatang.

Meski begitu, menurut Okan, ada saja warga asli Bali yang tidak doyan. Kelompok ini tidak suka kuah pindang, acap kali dipandang aneh.

“Kadang masih ada juga, meskipun asli Bali ada juga yang tidak bisa makan (kuah pindang), aneh memang,” sambung Okan sembari menuangkan kuah pindangnya di atas serutan buah. (M-3)

 



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Msyaifullah
Berita Lainnya