Headline

Senjata ketiga pemerataan kesejahteraan diluncurkan.

Fokus

Tarif impor 19% membuat harga barang Indonesia jadi lebih mahal di AS.

Eksplorasi Teori Jung dalam Album Anyar BTS

Irana Shalindra
19/4/2019 19:18
Eksplorasi Teori Jung dalam Album Anyar BTS
Penampilan grup musik BTS pada Billboard Music Awards 2018 di Las Vegas, Mei 2018.(AFP/Getty Images/Ethan Miller)

Hampir 30 tahun silam, di suatu ruang kelas di Institut Jung Evanston, Illinois, Amerika Serikat, Dr Murray Stein menyampaikan serangkaian kuliah yang kelak akan memiliki dampak tak terduga pada sejarah pop.
Topik kuliahnya ialah Carl Jung, pendiri aliran psikologi analitis, sekaligus pengusul dan pengembang konsep kepribadian ekstrovert dan introvert, serta kekuatan alam bawah sadar.

Stein telah memadatkan teori-teori Jung, yang awalnya tersebar di 18 jilid karya-karya Jung, menjadi sebuah 'rangkuman' yang dapat diakses oleh para siswa dan psikoanalis peserta pelatihan. Kuliah yang ia bawakan kemudian mejadi buku berjudul Jung's Map Of The Soul. Buku yang sekarang diakui sebagai salah satu materi pengantar terbaik untuk konsep psikologi analitis, dicetak ulang 15 kali dalam bahasa Inggris, dan diterjemahkan ke dalam puluhan bahasa.

Kini menjadi kejutan bagi Dr Stein, bahwa bukunya tersebut juga merupakan sumber inspirasi bagi album terbaru band fenomenal asal Korea Selatan, BTS. Album tersebut bahkan diproyeksikan akan melaju ke peringkat 1 di kedua sisi Atlantik pada minggu ini.

"Beberapa bulan yang lalu, seorang siswa Jepang mengatakan kepada saya bahwa dia menemukan adanya rekomendasi terhadap buku saya di situs BTS," katanya kepada BBC, dari International School of Analytical Psychology di Zurich.

"Saya menjawab, "'Apa itu BTS?' dan dia kemudian tahu saya. Jadi, saya mencari mereka di internet, membaca sedikit tentang mereka, dan ya sudah begitu saja."

Kemudian, imbuh Dr Stein, sebulan lalu, siswa yang sama mengatakan kepadanya bahwa BTS akan mengeluarkan album baru. "Judulnya Map Of The Soul: Persona. Saya terkejut."

Bukan hanya judul album tersebut. Lirik lagu-lagu pada album Map Of The Soul memang menggali konsep Jung tentang jiwa, ego, dan ketidaksadaran kolektif -dengan fokus khusus pada gagasan 'persona'.

"Persona semacam referensi ke teater," jelas Dr Stein. "Itu ialah kata Latin untuk topeng yang dikenakan para aktor di atas panggung, dan kita semua mengenakan topeng, dalam arti tertentu, ketika kita berhadapan dengan publik."

"Itu bagian dari menjadi makhluk sosial. Dalam beberapa kebudayaan, hal itu lebih penting ketimbang lainnya. Dan dalam budaya Asia, seperti Korea dan Jepang, tempat BTS berasal, persona adalah bagian yang sangat penting dalam kehidupan mereka," terang Dr Stein.

Menyimak lagu pembuka pada album Map of The Soul, BTS tampaknya memang langsung mengajak pendengarnya mengelaborasi tema tersebut.

"'Siapa saya?' adalah pertanyaan yang saya miliki seumur hidup saya / Dan saya mungkin tidak akan pernah menemukan jawabannya," rap Kim Nam-joon, membahas bagaimana pujian untuk persona panggungnya membuat dia mengabaikan kekurangannya sekaligus dan mengenal diri sejatinya.

Dalam video klip lagu tersebut, Kim berhadapan dengan versi raksasa dirinya, menggambarkan bagaimana persona miliknya telah melampui sang ego; dan tampil di ruangan penuh cermin yang masing-masing merefleksikan aspek kepribadiannya yang ditekan.

Band ini terus bergulat dengan ide-ide identitas ini di seluruh album Map of The Soul: Persona. Lagu Mikrokosmos berbicara tentang mendapatkan harga diri dari dalam; sementara Jamais Vu melihat kecenderungan kita untuk mengulangi kesalahan yang sama berulang kali.

Dr Stein mengeksplorasi lirik secara mendalam dalam episode terbaru dari podcast Speaking Of Jung, di mana ia menjelaskan bagaimana Map of the Soul adalah album yang penuh dengan "kerinduan dan perjuangan untuk keautentikan" yang diselesaikan pada lagu terakhir, Dionysus, dengan band "keluar dari perangkap persona" dan mencapai pencerahan.

"Ini adalah topik yang sangat penting karena orang-orang muda yang merasa kepribadian mereka tidak memadai, atau merasa tidak cocok, sangat rentan terhadap perundungan atau tindakan bunuh diri. Jadi, saya pikir ini momentum tepat bagi BTS untuk mengangkat isu yang penting bagi audiens mereka."

 

Unik

Ini adalah area yang tidak biasa untuk dijelajahi oleh artis pop - tetapi artis K-pop memang sering mengadopsi perspektif yang sangat unik dan spesifik. Begitu pandangan kolumnis Billboard Jeff Benjamin.

"Saya telah melihat konsep K-pop yang mengulas mulai dari mitologi Yunani hingga binatang-binatang eksotis, hingga tokoh-tokoh agama hingga film-film Nick Cannon, tetapi saya rasa saya belum dapat mengingat suatu band K-pop populer yang membahas tema-tema psikologi dan filsafat dalam lirik mereka. Dan kalaupun ada, bukan band dengan level setingkat BTS, atau seeksplisit yang telah mereka lakukan di Map of The Soul," ujarnya.

"BTS sangat tidak biasa," ujar Dr Haekyung Um, seorang dosen senior dan spesialis musik Asia di University of Liverpool setuju. "Tetapi, jika mereka bukan band K-pop, saya tidak berpikir ini akan menjadi hal besar."

"Cara K-pop dipersepsikan, terutama di Barat, adalah memasukkannya ke dalam kotak kecil di mana semuanya dibuat dan dibuat-buat dan para artis tidak memiliki suara mereka sendiri. Namun, jika seseorang seperti, katakanlah Joni Mitchell, memiliki lirik tentang peta jiwa, saya tidak berpikir itu akan menjadi berita utama yang sangat besar."

Dr Um, yang tumbuh di Korea Selatan, menambahkan bahwa penelaahan diri telah lama menjadi fitur musik rakyat Korea, melalui seniman seperti Chung Taechun dan Kim Kwangseok, dan bahwa filsafat adalah perhatian utama di masyarakat negara tersebut. "Pengetahuan adalah aset yang sangat penting, dan orang Korea menikmati membaca teks-teks filosofis yang cukup berat," katanya.

Dia juga menyoroti pengaruh dari bos label rekaman BTS Bang Si-hyuk, yang belajar filsafat sebelum menjadi penulis lagu, pada output band. "Saya tidak berpikir dialah yang mengatakan kepada BTS apa yang harus dilakukan, tetapi dia sangat berbakat dan sangat cerdas, dan ini adalah taktik bisnis yang sangat cerdas, untuk menjual semua buku ini bersama-sama dengan musik; dan jika itu membantu penonton untuk menghargai dan nikmati sisi sastra, mengapa tidak?"

Bagi Dr Stein, peluncuran album Map of the Soul telah memberinya kursus kilat dalam K-pop dan sekaligus ketenaran mendadak. Selama tiga minggu terakhir, dia sibuk menjawab pertanyaan dari BTS Army tentang lirik band dan buku-bukunya sendiri -yang penjualannya turut melambung.

"Ini seperti mengambil alih hidupku," dia tertawa. "Saya berumur 75 tahun. Saya tidak tahu banyak tentang musik pop, kecuali itu terdengar sangat berisik."

Meskipun demikian, dia tampak terkesan dengan pemahaman BTS tentang kesehatan psikologis. "Saya telah diberitahu bahwa kematian dan agresi adalah tema besar dalam musik - Anda tahu, rapper melakukan hal mereka dengan cara yang sangat tegas - jadi yang dilakukan BTS ini tampaknya arah yang sangat sehat dan positif untuk band pop dengan skala sebesar mereka."

"Mereka memiliki jutaan pengikut dan bagi mereka untuk mengeluarkan pesan semacam ini sangat menggembirakan, di dunia ini di mana kita terus berjuang."

Dan Jeff Benjamin mengatakan eksplorasi BTS tentang psikologi Jung tidak mungkin berakhir dengan catatan ini.

"BTS memiliki sejarah merilis album dalam trilogi, dan mereka mengatakan Map of The Soul: Persona akan memulai babak baru dalam karir mereka, jadi saya pasti merasa seperti kita akan melihat setidaknya satu lagi album Map of The Soul.

"Jika 'Persona' adalah aspek pertama dari teori Jung yang mereka jelajahi, mungkin kita akan mendapatkan Map of The Soul: Shadow, yang saya perkirakan akan menjelajahi sisi yang lebih gelap dari jiwa anggota BTS." (M-2)

BACA JUGA: Demi Lingkungan, Krakatau Kembali Naik Panggung



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Irana Shalindra
Berita Lainnya