Headline
Gencatan senjata diharapkan mengakhiri perang yang sudah berlangsung 12 hari.
Gencatan senjata diharapkan mengakhiri perang yang sudah berlangsung 12 hari.
Kehadiran PLTMG Luwuk mampu menghemat ratusan miliar rupiah dari pengurangan pembelian BBM.
TERIKNYA matahari di kawasan Gunung Geulis, Puncak, Bogor, Jawa Barat, awal bulan ini, membuat keringat mengucur di sekujur tubuh. Namun, hal itu tidak menyurutkan semangat Tata untuk berlatih menunggang kuda.
Menjadi salah satu anggota termuda di Kurnia Stable Equastrian and Racing, anak perempuan berusia 7 tahun tersebut telah menguasai beberapa kemampuan dasar berkuda, seperti walk, trot, dan canter, hanya dalam beberapa bulan.
Tata rutin berlatih saban akhir pekan. Biasanya, ia berlatih bersama dengan kedua orangtuanya dan sang kakak, Clarista, yang sudah lebih dulu menggeluti hobi berkuda. Karena sering menemani Clarista berlatihlah, Tata akhirnya tertarik mengikuti.
“Kadang menginap enggak jauh dari sini, biar aku gampang kalau mau naik Mama Red. Seru kalau sudah di atas Mama Red,” ujar Tata di sela-sela latihan kepada Media Indonesia.
Mama Red ialah salah satu kuda betina di Kurnia Stable yang menjadi favorit Tata. Nama aslinya Silver Red karena ia berbulu putih dengan spot-spot cokelat kemerahan. Belakangan, karena sudah beberapa kali melahirkan, kuda itu lebih sering dipanggil Mama Red.
Selain Tata, ada juga Dinov. Anak lelaki sebaya Tata itu pun sudah tampak lihai mengendalikan kuda. Dengan saksama, ia serius menyimak instruksi pelatih di lapangan.
“Walau masih anak-anak, Dinov serius dan fokus mengikuti arahan pelatih dengan baik. Kalau rutin berlatih, bukan mustahil suatu saat ia bisa jadi atlet profesional,” ujar Fatchul Anas, pengamat equestrian yang juga pemilik Kurnia Stable.
Kurnia Stable yang ia dirikan pada 2014 lalu memang menyediakan fasilitas berkuda untuk umum. Mereka yang berminat, meski tidak memiliki hewan yang masuk 10 spesies mamalia modern itu, bisa berlatih di Kurnia Stable. “Siapa pun boleh berlatih di sini. Mau trial dulu juga boleh, kita ada banyak pilihan jenis kuda, juga pelatih-pelatih sarat pengalaman,” lanjut ayah tiga anak tersebut.
Tidak hanya untuk sekadar menyalurkan hobi, sistem pengajaran di Kurnia Stable juga mengarahkan anak-anak yang berlatih untuk menorehkan prestasi di kompetisi berkuda, baik di tingkat nasional maupun internasional.
M Akbar Kurniawan merupakan salah satu atlet junior asal Kurnia Stable dengan sederet prestasi di tingkat nasional. Remaja 15 tahun yang biasa disapa Aan tersebut baru-baru ini menjadi kampiun pada salah satu nomor kejuaraan bergengsi Longines Master dalam kelas HKJC Asian Junior Challenge 2019, di Hong Kong.
Aan yang telah tekun berkuda sejak usia 9 tahun itu kini tidak hanya menjadi andalan Kurnia Stable untuk bertanding di tingkat nasional, tapi juga andalan Indonesia untuk berlaga di tingkat internasional. “Waktu kecil sering diajak orangtua lihat kuda, akhirnya pas sunat kepingin punya kuda. Lalu sempat masuk sekolah kuda di Pulomas. Alhamdulillah sampai sekarang aktif berkuda,” tutur Aan menceritakan asal muasalnya berkiprah di dunia equestrian.
Berkuda pun tidak hanya disukai anak-anak dan remaja. Indra Wiharyati yang tahun ini menginjak umur 67 tahun menjadikan kegiatan tersebut sebagai salah satu upayanya mempertahankan kebugaran.
Berkuda sejak kurang lebih 1,5 tahun lalu, ia kini berlatih tidak kurang dari dua kali dalam sepekan. Bahkan, sejak jatuh cinta dengan olahraga itu, ia membeli sejumlah kuda yang sekarang ditempatkannya di Kurnia Stable.
“Dulu kebetulan ada teman menggadaikan kudanya karena sedang butuh uang. Saya pikir sekalian saja saya belajar menunggang. Eh, jadi ketagihan sampai sekarang,” kisahnya.
Banyak manfaat
Pertama kali berkuda, lanjut Indra, otot-otot badan terasa sangat pegal keesokannya. Kendati sekilas terlihat seperti tinggal duduk saja, menunggang kuda ternyata cukup menguras energi lantaran mesti mengoptimalkan otot-otot tubuh bagian bawah. “Pertama latihan, badan sakit-sakit, tapi sekarang sudah terbiasa. Berkuda juga bagus untuk menjaga postur tubuh,” jelasnya.
Selain manfaat umum dari olahraga, berkuda pun ternyata bisa menjadi terapi bagi orang dewasa dan anak-anak yang mengalami hambatan fi sik atau kemampuan kognitif. “Saat anak mengendarai kuda, otak akan berkoordinasi dengan gerakan kaki dan tangan. Gerakan panggul saat berkuda juga dapat memberi rangsangan motorik dan sensorik ke tubuh. Itu baik untuk saraf otak,” ungkap Annas.
Benefit lain dari kegiatan berkuda ialah menjadi ajang rekreasi bagi keluarga. Hal itu tentu dapat berdampak positif terhadap relasi orangtua dan anak. “Anak-anak kalau mau berkuda kan orangtua mereka menemani, jadi kegiatan bersama,” kata dia.
Sementara itu, Mohammad Chaidir Saddak, Ketua Persatuan Olahraga Berkuda Indonesia (Pordasi), mengemukakan, berkuda telah menjadi salah satu olahraga yang trennya meningkat dalam empat tahun belakangan. Untuk mengakomodasinya, Pordasi menghelat turnamen tingkat nasional dengan berbagai kelas. “Tahun ini kita akan adakan 11 kali turnamen tingkat nasional. Itu berarti hampir tiap bulan ada turnamen, kecuali di Ramadan,” ujarnya saat ditemui dalam salah satu turnamen di Detasemen Kavaleri Berkuda (Denkavkud), Parompong, Bandung, beberapa waktu silam.
Salah satu gelaran yang cukup akbar ialah turnamen perdana Piala Presiden, September mendatang. “Kami harap dengan banyaknya kompetisi, akan lahir bibit-bibit baru atlet berkuda. Selain itu, juga mengakomodasi masyarakat
yang hobi berkuda, baik sebagai penonton maupun ikut bertanding,” pungkasnya . (M-2)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved