Headline

Ketegangan antara bupati dan rakyat jangan berlarut-larut.

Dari Dunia Korporasi ke Dunia Maya

Tosiani
28/3/2019 03:45
Dari Dunia Korporasi ke Dunia Maya
Yasmin Zata Ligouw Seorang Mama Blogger yang Punya Hobby Traveling dan Crafting(MI/Tosiani)

SALAH satu ruangan di kediaman Yasmin Zata Ligouw, 40, di kawasan Taman Duta, Depok, seluas 3 meter x 2 meter dihias apik dengan kain bercorak mandala di salah satu dinding dengan rangkaian lampu-lampu hias. Di sudut kiri, terdapat beberapa tanaman indoor dan matras yoga. Di sudut kanan, tampak kursi berwarna merah dengan bantal-bantal boneka, sedangkan meja kerja dan berbagai buku mengisi sudut lainnya. 

Ruangan di lantai atas tersebut semula ialah gudang untuk barang-barang tidak terpakai. Kemudian, disulap menjadi ruang mungil yang cantik sekitar tiga tahun lalu seiring kebutuhan akan latar foto dan video bagi proyek endorse yang diterima Zata, sekaligus juga menjadi ruang kerjanya. Endorse merupakan bisnis turunan dari profesinya sebagai bloger dan content creative, profesi yang lahir dari bergulirnya era digitalisasi.

"Saya desain ruangan ini untuk content setelah mulai banyak endorse. Semula di bawah, tapi sering kena banjir. Kebetulan rumahku langganan banjir. Pernah pas ditinggal pergi, banjir, semua komputer, peralatan kerja, dan perabot rusak semua, jadi pindah ke atas sini," tutur Zata saat berbincang dengan Media Indonesia, di kediamannya, di kawasan Depok, Rabu (6/3).

Karier Zata sebagai bloger tidak dimulai dengan sengaja. Semasa kuliah di Fakultas Sastra Jerman Universitas Indonesia, sekitar 1998, ia memang rajin menulis blog. Isinya seputar cerita diri sendiri, lingkungan, gaya hidup, maupun sastra.

Menginjak semester enam, Zata mulai menulis sinopsis serial drama remaja untuk televisi di Brunei Darussalam berjudul Siti Aisyah di Sungai Radang. Waktu itu Zata dibayar hingga sekitar Rp20 juta untuk 26 episode. "Senang banget waktu itu, hasil dari menulis drama bisa untuk biaya menikah. Kemudian, saya keluar kuliah dari UI dan ikut suami pindah ke Brunei,"kata Zata.

Selama 1,5 tahun, Zata tinggal di Brunei mengikuti suaminya, Sutan Andrian Pangaribuan. Pekerjaan Sutan sebagai sutradara di sebuah rumah produksi (production house/PH) di Brunei memungkinkan Zata mengenal orang-orang yang berkecimpung di bidang drama dan perfilman. Karena itulah Zata berkesempatan menulis sinopsis drama. Namun, Zata juga tetap aktif menulis di blognya sembari mengisi waktu luang.
 
"Waktu itu yang banyak baca blog saya malah orang luar negeri karena blog belum populer di Indonesia. Internet juga belum bagus. Sewaktu di Brunei, internet di sana sudah bagus dan cepat," kata Zata.

Pada 2003, Zata kembali ke Jakarta. Ia lalu mengajar bahasa Indonesia untuk para ekspatriat. Pada tahun itu pula dalam kondisi hamil besar ia berkesempatan menggarap proyek naskah dan skenario serial drama anak-anak untuk salah satu stasiun TV di Indonesia berjudul Zhika si Penyihir Cilik. Untuk 11 episode ia dibayar sekitar Rp10 juta.

"Hasil dari menulis Zhika si Penyihir Cilik itu digunakan untuk biaya persalinan anak pertama saya," kenangnya. 

Setelah itu, Zata sempat menjajal profesi-profesi lain, seperti guru dan juga pekerja kantoran sembari melanjutkan kuliah. Sampai suatu waktu, pada 2009, Zata berpikir dirinya perlu pengaturan waktu lebih fleksibel agar bisa merawat anak-anaknya di rumah. Di saat sama, ia mulai giat kembali menulis blog dengan tema personal, seperti tentang diri sendiri, atau pengalaman merawat dan membesarkan anak. Tak dinyana, tulisan-tulisan Zata kerap direspons banyak orang.

"Niat awalnya saat itu berbagi pengalaman saja, belum untuk cari duit. Senang juga, pas datang ke acara-acara, ternyata banyak orang tahu dan kenal saya dari membaca tulisan di blog," ujar Zata.

Coba dulu
Dua tahun kemudian, ia akhirnya resmi mengundurkan diri dari dunia korporasi untuk menjadi full time bloger dengan konten spesifik tentang gaya hidup. "Sekarang sudah bukan cuma blog. Saya lebih suka disebut content creator karena juga mengisi kontent media sosial lain, seperti Youtube, Instagram, Facebook, dan Twitter," kata Zata.

Dari profesi content creator yang ia geluti, penghasilan ibu tiga anak ini sekarang sudah di kisaran Rp5 juta hingga Rp15 juta per bulan. Untuk satu tulisan di blog ia bisa mendapat hasil bervariasi antara Rp300 ribu hingga Rp2,5 jutaan. Adapun penghasilan dari konten Instagram-nya berkisar antara Rp750 ribu hingga Rp4 jutaan untuk satu kali promosi produk. Dalam sebulan, Zata bisa menerima empat hingga enam kali endorse, seperti untuk produk susu, kosmetik, madu, sampai ponsel. 

"Saya tidak akan mempromosikan produk jika belum pernah memakainya. Jadi klien mengirimi dulu produknya untuk saya coba, baru kemudian saya tulis di blog atau promosi di Instagram (IG). Kalau pihak klien minta sekalian dipromosikan di Facebook (FB) dan Twitter, saya promosikan tapi saya tidak tarik bayaran karena belum ramai, dan saya biasa mgunakan FB untuk pribadi," terangnya.

Pengerjaan konten video dan foto untuk keperluan promosi produk biasanya ia lakukan bersama suami dan anak pertamanya, Kenan, 16, yang kini bersekolah di salah satu SMK jurusan perfilman. Dari suami dan anaknya pula, Zata belajar mengoperasikan kamera dan video.

"Tergantung bayaran yang diterima. Kalau di bawah Rp1 juta, biasanya saya kerjakan sendiri, ambil video atau foto dengan smartphone. Kan smartphone sekarang kualitasnya sudah bagus. Kalau di atas Rp1 juta biasanya saya kerjakan dengan anak atau suami," terang Zata.

Pada Kenan, Zata kerap memberikan uang hasil jerih payah bekerja membantunya membuat dan mengedit video. Biasanya uang tersebut digunakan untuk keperluan sekolah. Pada akhirnya, profesi content creator bagi Zata sudah seperti bisnis keluarga atau kerja bersama dalam keluarga sebab ia mengerjakannya bersama anak dan suami. (M-2)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Dedy P
Berita Lainnya