Headline
Presiden Prabowo resmikan 80.000 Koperasi Merah Putih di seluruh Indonesia.
Presiden Prabowo resmikan 80.000 Koperasi Merah Putih di seluruh Indonesia.
Sebelum film Dragon Ball Super: Broly yang akan tayang reguler di jaringan bioskop nasional mulai 20 Februari esok, ada versi lain yang pernah diproduksi pada 1993. Bila dibandingkan, Dragon Ball Super: Broly versi kekinian lebih baik ketimbang versi lawasnya. Ini disebabkan bangunan cerita yang ditulis Akira Toriyama lebih kuat. Mangaka legendaris tersebut tidak sungkan untuk memberikan latar kisah lampau sehingga motivasi setiap karakter menjadi jelas.
Toriyama menaruh cerita awal mula bangsa Saiyan, karakter mereka yang kerap menjelajahi planet lain, termasuk motivasi kehadiran Son Goku di Bumi. Akira juga menggambarkan relasi bangsa Saiyan dengan Frieza. Sementara itu, Broly, sebagai sosok antihero, ialah anak Paragus yang diasingkan di Planet Banpa, sebuah planet yang tidak layak huni. Broly seumuran dengan Vegeta, anak raja Planet bangsa Saiyan, dan Kakarot (Goku).
Kisah berawal ketika dua pasukan Frieza mendeteksi kekuatan bangsa Saiyan melalui alat khusus. Mereka pun mendarat di Planet Banpa, tempat Broly tumbuh bersama sang ayah.
Broly diproyeksikan Paragus untuk membalas dendamnya kepada bangsa Saiyan. Niat itu bertemu dengan niat Frieza yang masih mengincar tujuh bola naga milik Bulma, istri Vegeta. Broly menjadi alat Frieza untuk menyerang para Saiyan di Bumi.
Sejauh ini, kisah dituturkan secara runut. Sejarah Saiyan, Broly yang dibuang, hingga kedatangan Frieza dan Broly di Bumi. Menilik Broly versi 1993 dengan 2019, secara visual film terbaru ini lebih menarik. Sosok Broly juga digambarkan lebih perkasa dan tipikal pembunuh berdarah dingin.
Karakter Broly dan kisah masa lalunya tampaknya lebih diekspos pada Broly versi anyar ini. Dengan begitu, tidak akan menimbulkan kebingungan bagi penonton yang bukan penikmat utama manga Dragon Ball.
Pertempuran Epik
Sensasi pertarungan bangsa Saiyan dalam film animasi produksi Toei Animation ini menghadirkan nuansa epik. Di sini, Vegeta dan Goku bergantian melawan Broly yang begitu tangguh. Transformasi ketiganya menjadi super saiyan juga terlihat mengesankan. Sungguh seperti suatu momentum langka, melihat pertempuran yang seperti tidak ada ujungnya ini.
Melihat pertarungan tersebut juga memunculkan fantasi seolah kita tengah memainkan video gimnya. Apalagi setiap karakter yang tengah menjadi super saiyan, atau yang akan menyerang, diberi musik latar khusus berikut gema nama mereka bak pegulat atau petinju yang hendak naik ring.
Unsur komedik juga masih mendapat porsinya, seperti karakter Goku yang memang tidak hilang konyolnya, atau bahkan, motivasi remeh Frieza dan Bulma dalam memperebutkan bola naga.
Adapun open ending yang dipilih sang sutradara membuka peluang kemungkinan narasi akan berlanjut, dan kita diminta untuk menunggu. Untuk para fan Dragon Ball, menonton Dragon Ball Super: Broly jadi salah satu cara menghormati mangaka Akira Toriyama. (M-2)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved