Headline

Gencatan senjata diharapkan mengakhiri perang yang sudah berlangsung 12 hari.

Fokus

Kehadiran PLTMG Luwuk mampu menghemat ratusan miliar rupiah dari pengurangan pembelian BBM.

Melihat Ikan Endemik Indonesia di Akuarium Raksasa

Suryani Wandari Putri
28/10/2018 02:30
Melihat Ikan Endemik Indonesia di Akuarium Raksasa
(MI/Seno)

TUBUH ikan satu ini pipih, sirip di kiri kanannya lebar. Gerakannya mirip dengan burung yang sedang terbang di laut. Wah keren ya sobat. Ya ini ikan pari jenis manta atau Manta birostris. Gerakan ikan ini kerap dibilang terbang oleh beberapa anak yang berkunjung ke Jakarta Aquarium.

"Meskipun terlihat seperti terbang, tapi sebenarnya dia sedang berenang," kata Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti

Nah, Jakarta Aquarium merupakan tempat konservasi alam dan satwa yang dikelola Taman Safari Indonesia yang berkonsep edutainment. Akuarium raksasa yang berisikan ikan endemik asli Indonesia ini bisa menjadi destinasi wisata baru. Sebenarnya, wahana ini telah beroperasi setahun yang lalu lo dan telah dianugrahi lembaga konservasi terbaik versi ITTA pada 2017.

Terletak di pusat perbelanjaan Neo Soho Jakarta Barat seluas 7.200 meter persegi, tempat ini baru di resmikan Menteri Kelautan dan Perikanan, Ibu Susi Pudjiastuti, Selasa (16/10). "Semoga ini menjadi langkah yang bisa terus dibangun supaya anak dan cucu kita bisa melihat laut dan segala jenis ikan yang ada dilautan Indonesia," kata Bu Susi.

Ya, Bu Susi memang memiliki keprihatinan terhadap laut Indonesia lo. Apalagi dalam sambutan Bu Susi bilang Indonesia penyumbang sampah plastik ke lautan kedua, tentu saja bisa mengancam kehidupan mahkluk hidup di laut ya sobat.

Wahana ini hadir tidak semata menjadi rumah bagi ratusan ikan, ada juga mamalia, reptil, dan serangga. Wahana ini pun sebagai pusat edukasi masyarakat untuk cinta lingkungan lewat momentum peresmian bertajuk Lautku Bersih. "Kini kami mengusung ide konservasi merubah kebiasaan penggunaan dengan tema Lautku bersih untuk mengajak masyarakat menghargai keindahan laut," kata Pak Hans Manansang, Deputy Director PT Taman Safari Indonesia. Lalu, apa yang bisa kita unik di wahana ini? Yuk ikuti Medi!

Lautku Bersih

Menjadi negara kepulauan, Indonesia dikelilingi laut. Yang menurut Bu Susi sebagai surga perikananan dunia. Sekitar 37% spesies ikan di seluruh dunia hidup di perairan Indonesia lo.

Tentu sobat Medi tak mau kan laut Indonesia tercemar hingga membuat kehidupan makhluk laut dan terancam? Tapi tahukah sobat, ancaman besar justru datang dari perilaku manusia sendiri lo, salah satunya sampah

plastik yang sampai ke laut.

"Beberapa waktu lalu ada penyu sisik yang mati karena dia tidak bisa membedakan makanannya berupa ubur-ubur dengan plastik," kata Bu Susi yang berharap Indonesia bebas dari sampah, plastik seperti Jerman, Skotlandia, dan Afrika.

Seperti anjuran Bu Susi, gerakan Lautku Bersih dari Jakarta Akuarium ini pun mengajak masyarakat untuk cinta lingkungan dengan mengenalkan produk seperti kantong berbahan dasar singkong, sedotan dari kertas, hingga sendok dan garpu dari kayu lo.

"Kita harus menjaga laut tetap sehat, agar satwa di laut tetap bisa berkembang biak sehingga kita akan bisa mengonsumsi banyak protein dari daging ikan," lanjut Bu Susi. Hal itu bisa dimulai dengan mengurangi

penggunaan kantong plastik saat berbelanja, botol minum dan bekal dengan tempat makan sendiri.

Jenis plastik

Sobat, plastik disekitar kita itu beragam lo, biasanya perusahaan akan mencantumkan kode tersendiri agar pengguna mengetahuinya. Kode itu berupa tanda tiga anak panah yang membentuk segitiga, di tengahnya ada angka-angka antara 1 sampai 5. Pernahkah sobat mengamatinya?

- Kode 1 PETE/PET: berbahan polyethylene terephthalate. Hanya bisa digunakan satu kali pakai

- Kode2 HDPE: berbahan high density polyethylene, satu kali pakai.

- Kode 3 Angka 3 V: berbahan V/PVC atau polyvinyl chloride. Berbahaya dan sulit didaur ulang.

- Kode 4 LDPE: low density polyethylene. Sulit dihancurkan, tetapi baik untuk tempat makanan.

- Kode 5 PP: polypropylene. Pilihan terbaik untuk bahan plastik penyimpanan makanan dan minuman.

- Kode 6 PS: polystyrene. Hindari!

- Kode 7 Other: Bahan plastik lainnya termasuk akrilik, polycarbonate, polyatics fibers, nylon, fiberglass, dan lain-lain.

Sumber : Jakarta Akuarium

Racun pari hingga kaki bintang laut

Di wahana edukasi ini, Sobat Medi pun bisa menemukan banyak hawan laut lo. Selain berada di akuarium besar, ada pula akuarium pendek yang bisa dijangkau tangan anak-anak maupun orang dewasa.

1. Pari Bluespotted ribbontail ray

Ia tersebar di perairan Indo Pasifik tropis dengan tubuhnya yang dipenuhi pola bintik biru. Ia memiliki racun di bagian tengah ekornya, tetapi tenang sobat racunnya ini telah dicabut sehingga aman untuk disentuh. Racun di dalam durinya ini bisa timbul kembali sekitar 4 sampai 5 minggu.

2. Chocolate chip sea star

Nama ini diberikan karena permukaan bintang laut ini memiliki tanduk seperti chocolate chip yang sebenarnya digunakan untuk menakut-nakuti mangsa. Ia pun hidup di Indo Pasifik dengan memakan landak laut, udang, siput. Seperti cumi dan gurita, bintang laut pun punya ribuan kaki atau sebutan untuk alat penghisap bulat. Mulutnya berada di tengah, sedangkan matanya berada di lima ujungnya.

3. Hiu bambu

Hiu jenis ini termasuk paling kecil dengan ukuran 70 cm yang bergerak dengan berjalan di dasar laut dengan siripnya. Hiu ini bisa ditemukan di perairan Halmahera, salah satu kepulauan maluku sebelah Papua.

4 Teripang

Bentuknya yang lonjong ini membuatnya dinamakan timun laut, ia bisa dimakan lo. Timun laut ini bergerak lambat dan tersebar hampir di seluruh dunia.

Diberi makan rutin

Ikan hiu yang terkenal ganas, ikan pari yang pipih, hingga ikan berukuran kecil-kecil berada di dalam salah satu akuarium raksasa yang

disebut Main Tank. Tapi pernahkah kalian berpikir mengapa di dalam akuarium yang menjadi tempat tinggal ikan beragam ukuran itu tak saling makan satu sama lain?

Kak Randy Haryadi, guest service agent ini menjelaskan pasokan makannya cukup setiap waktu, jadi tidak saling memburu. Ikan juga rupanya punya jam makan tersendiri loh sobat, di Main Tank, misalnya dilakukan dua kali dalam sehari, yakni pukul 11.45-12.00 dan 16.15-16.30. "Untuk ikan kecil dan sedang biasanya mereka makan di atas dekat permukaan air, sedangkan ikan besar seperti pari, hiu perawat, hingga kerapu raksaksa yang bermain dibawah akan diberi layanan spesial dengan menyuapinya satu-satu," ungkap kak Randy.

Menurutnya, hal ini mengurangi risiko ikan besar tidak makan secara merata sehingga bisa memakan ikan kecil yang berada di atas. Untuk itu Jakarta Aquarium harus menjamin ikan selalu kenyang ya sobat. "Dalam

seminggu, ikan-ikan dan hewan di sini bisa menghabiskan 100 kg ikan selar, 100 kilo cumi, dan 100 ikan tongkol belum lagi suplemen seperti pelet, kacang polong, letus bagi ikan vegetarian," lanjut kak Randy.

Air asin buatan

Untuk menjaga ikan-ikan agar tetap hidup, pihak Jakarta Aquarim harus memperhatikan segalanya ya sobat, termasuk air. Air asin di wahana ini pun telah diteliti, bahkan tim khusus telah mampu membuat air asin

menggunakan garam khusus. "Ada yang diambil dari laut aslinya. Selain untuk memancing mikroorganisme, air laut aslinya pun berguna sebagai patokan tim dokter menjaga kualitas air, kadar garamnya dan lainnya," kata kak Randy.

Ya, menghadirkan ikan laut untuk tinggal di akuarium pun tidak mudah sobat, harus menyesuaikan kadar garam, hingga suhunya. "Seperti nautilus, kerabat gurita ini hidup di kedalaman 60-600 meter di bawah laut sehingga harus menyiasati dengan akuarium yang gelap dan mendinginkan suhu, biasanya di 16 derajat celsius," ungkap kak Randy.

Wah, senang sekali ya sobat melihat keindahan biota laut di dalam akuarium, tak usah jauh-jauh menyelam untuk belajar perilaku mereka kan? (M-3)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya