Headline
AS ikut campur, Iran menyatakan siap tutup Selat Hormuz.
Tren kebakaran di Jakarta menunjukkan dinamika yang cukup signifikan.
Merle Calvin Ricklefs, ahli sejarah Jawa asal Australia menerbitkan buku tentang sosok Raden Mas Said alias Pangeran Samber Nyawa yang bergelar Pangeran Mangkunagara I. Buku yang diterbitkan National University of Singapore (NUS) tersebut mengungkap banyak misteri tentang figur tersohor dalam peradaban Jawa itu. Buku berbahasa Inggris itu, berjudul Soul Catcher, Java's Fiery Prince Mangkunegara I, 1726-1795.
Sang profesor yang mengajar Program Kajian Timur Tengah dan Asia Universitas London, Universitas Nasional Australia, Universitas Melbourne, dan Universitas Nasional Singapura itu mengelaborasi secara seimbang, sumber lokal, dalam babad Mangkunegara, Giyanti, Nitik Mangkunegaran, Babad Nitik Samber Nyawa, Babad Tutur serta arsip-arsip VOC.
Sosok Pangeran Samber Nyawa nan kharismatik itu terkait erat dengan Perjanjian Giyanti. Saat itu, pemerintah kolonial Belanda menyetujui tuntutan-tuntuan Mangkubumi untuk membagi kerajaan Jawa menjadi dua Surakarta dan Yogyakarta. Selain itu, ia pun menjadi motor yang disegani musuh sekaligus memiliki pengikut setia dan memimpin berbagai episode perang saudara pun pertempuran dengan penjajah.
Berikut fakta-fakta menarik tentang Samber Nyawa yang terungkap dalam diskusi yang digelar pada Rabu (26/9), di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, Tangerang Selatan, Banten. Selain menghadirkan Ricklefs lewat video, berbicara pula Peter Carey, Adjunct Profesor di Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Indonesia, Azyumardi Azra, Guru Besar Sejarah Fakultas Adab dan Humaniora, UIN Jakarta serta Oman Fathurrahman, Guru Besar Filologi Fakultas Adab dan Humaniora, UIN Jakarta.
Asal-usul Samber Nyawa
Ricklefs mengatakan, selama ini banyak yang menulis asal-usul nama Samber Nyawa tidak tepat. Di Wikipedia, misalnya, tertulis, julukan itu diberikan oleh Nicolaas Hartingh, perwakilan VOC karena di dalam peperangan, Said selalu membawa kematian bagi musuh-musuhnya.
Informasi di Wikipedia tersebut dikoreksi oleh Ricklefs. Pasalnya dari sumber serat Babad Mangkunegara, jelas tertulis nama Samber Nyawa berasal dari nama panji perangnya.
"Samber Nyowo karena banyak musuh yang mati di bawah panji perangnya. Jelaslah nama Samber Nyowo berasal dari nama panji perang," kata dia.
Muslim Jawa
Azyumardi menegaskan, Said atau Mangkunegara 1 berkarakter sebagai muslim Jawa. "Ia seorang pecinta gamelan dan wayang serta muslim yang saleh."
Ricklefs dalam bukunya menyebutkan Mangkunegara I kuat dengan budaya Jawa sekaligus Islam. Ia membuat sintesis antara mistik, tradisi, rohani, budaya Jawa, dan islam.
Kesalehan Mangkunegara I sebagai muslim terlihar dari pelaksanaan rukun Islam. Ia juga mendirikan tempat belajar ilmu Islam dasar, seperti pesantren dalam pengertian yang sangat sederhana, karena masjid di Mangkunegara sudah terlalu penuh.
"Idenfitas Jawa sangat kuat, yang tidak terpisahkan dari identitas muslimnya," kata Azyumardi.
Sosok bersemangat
Peter Carey, setelah membaca buku Ricklefs menyebut, Mangkunegara orang yang penuh semangat membara. Selama 16 tahun kehidupannya dilalui di medan perang.
Selain itu, ia juga sebagai sosok yang tangguh. Pasalnya, sejak kecil yatim-piatu dan dibesarkan dalam lingkungan keraton yang penuh intrik, tetapi bisa mempertahankan hidup.
Pendidikan perempuan
Prof Peter Carey menyebut, Mangkunegara I mengutamakan pendidikan perempuan. Ia memiliki pasukan pengawal perempuan yang terdidik. Ada yang juga menulis babad, sastra, dan suluk. "Sesudah perang, mereka datang ke perkemahan sehingga ada catatan dari juru tulis," kata dia. (AT)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved