Headline
Buruknya komunikasi picu masalah yang sebetulnya bisa dihindari.
Buruknya komunikasi picu masalah yang sebetulnya bisa dihindari.
Pemprov DKI Jakarta berupaya agar seni dan tradisi Betawi tetap tumbuh dan hidup.
ENAM orang Semar dengan berbagai profesi, dari pengusaha, polisi, hakim, hingga rakyat jelata tengah baris berjejer. Mereka hendak bertemu semar sejati yang tengah berdiri di ujung.
Tak jauh darinya, terdapat sosok Semar berdasi. Ia berdiri di barisan terdepan dan membawa uang. Semar berdasi itu sepertinya hendak menyuap semar sejati.
Tujuh orang semar tersebut terlukis dalam media kanvas berukuran 700 cm x 200 cm karya Sohieb Toyaroja yang diberi judul Semar Evolution Sohieb Toyaroja yang dipamerkan di Galeri Kunskring Paleis, Jl Teuku Umar 1, Jakarta, dari 29 April-29 Mei 2018.
Dalam pameran tunggal lukisan bertajuk Ke-diri itu, Sohieb coba merepresentasikan Semar dalam konteks kekinian dalam goresan karyanya. Sosok semar yang sejatinya merupakan 'manusia paripurna' mengejawantah dalam berbagai profesi yang ada di dunia.
Sohieb menceritakan, sosok Semar diangkat karena setiap manusia sejatinya memiliki sifat Semar dan ingin menjadi Semar, dan kedirian Semar. Semar dianggap sebagai sosok yang mengayomi.
Namun, di era media sosial sekarang, kedirian Semar tersebut semakin samar. Orang menyampaikan kebenaran berdasarkan kepentingannya masing-masing sehingga kebenaran sejati semakin kian samar.
Fenomena semacam itu dianggap sudah tidak semestinya sehingga perlu diruwat. Cara meruwatnya ialah dengan melihat ke dalam diri kita masing-masing untuk berkaca pada kesejatian diri. "Kita butuh sosok Semar sejati," kata dia.
Selain Semar Evolution, Sohieb juga menampilkan enam lukisannya yang lain, yaitu Highway to Heaven, Pertempuran Semar vs Togog, Mbegegeg Ugeg-ugeg: Flowing and Flying, Game of Thrones, Semar's Universe, dan United Color of Semar.
Highway to Heaven melukiskan Semar yang bertelanjang berada di jalan setapak yang menuju ke cahaya langit. Pada Pertempuran Semar vs Togog, Sohieb terinspirasi image Pertempuran Gatotkaca dan Antasena karya Basoeki Abdullah. Ia merefleksikannya dalam pertempuran Semar dan Togog berebut Gunung Mahameru.
Sementara itu, dalam Game of Thrones, Semar dilukiskan dalam posisi tidur dan tengah minum susu dalam botol, dengan sebuah kursi berada di sampingnya. Pada lukisan terakhir, United Color of Semar, dilukiskan tiga Semar berdiri di depan lukisan-lukisan tokoh, dari Che Guevara, Soekarno, Bruce Lee, Bunda Theresa, Adolf Hitler, hingga Buta Cakil.
Bambang Asrini Widjanarko, selaku kurator mengungkapkan, karya-karya Sohieb menggali ide-ide dasar akar lokalitas. "Seni rupa kontemporer hari ini mengapresiasi datangnya era, yang sejak 30 tahun terakhir, dengan sebutan Glocal; Global sekaligus Local," kata dia.
Sebelum Sohieb, imbuhnya, ada sosok Heri Dono yang diapresiasi dunia internasional karena membuat karya yang terilhami wayang Jawa dan komik. Namun, idiom-idiom Semar yang ditampilkan Sohieb muncul sebagai kekuatan baru di zaman now.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved