Headline
Perekonomian tumbuh 5,12% melampaui prediksi banyak kalangan.
Perekonomian tumbuh 5,12% melampaui prediksi banyak kalangan.
MAKANAN jalanan selalu juara, di Jakarta, Bangkok, Istanbul, hingga Tokyo. Ada tradisi dapur yang kuat, relasi dengan bahan baku lokal berikut korelasinya dengan kultur urban setempat, dari setiap hidangan yang dijajakan di sela-sela kesibukan warga kota.
Keistimewaan lainnya, street food juga cair beradaptasi, mudah menyesuaikan dengan tren kebaruan serta berbagai pengaruh dari warga kota yang beraneka latar belakang.
Untuk mencicipi serunya jajanan paling tersohor di kota-kota dunia, tidak perlu menjelajahi kota-kota tersebut. Lewati saja gerbang dengan kerangka besi menyerupai Menara Eiffel serta replika Big Ben di Street Food Fertival di Mal Kelapa Gading (MKG) Jakarta Utara. Festival aneka jajanan mancanegara itu tersedia berlangsung mulai 29 Oktober hingga 19 November 2017.
Saya sengaja memilih berwisata rasa dan mata ke sana pada Selasa (7/11) karena di hari kerja, berdasarkan pengalaman saya tahun-tahun sebelumnya, penjelajahan bisa dilakukan lebih santai. Antrean dan kerumunan di tenda-tenda penjaja maupun di meja-meja makan tak terlampau ramai, walaupun tentu, suasana dipastikan lebih seru.
Rempah Timur Tengah
Warna-warni nasi yang dipajang Syarifah, di kedai Nasi Kebuli Syarifah menjadi destinasi saya pertama. Ada nasi kebuli, nasi kabsah alias nasi tomat dengan semburat warna merah, serta nasi bukhari atau nasi mandi yang warna warni putih merah. Semuanya bercita rasa kari.
Menurut Syarifah, yang sehari-hari bermukim di Banjarmasin, Kalimantan Selatan, ia menyengaja pindah sementara ke Jakarta untuk festival itu.
"Sebagian saya pakaikan cevron (semacam pacar), pewarna alam khusus untuk makanan, sehingga warnanya putih oranye. Tapi, topping-nya semua sama, ada kismis dan bawang goreng. Lauknya, daging kambing dan ayam, yang sebelumnya telah dibumbui dan dibakar," kata Syarifah sambil memanggang dengan tebaran aroma aneka rempah.
Aneka nasi yang menjadi bagian dari keseharian warga Timur Tengah, lanjutnya, juga lazim diperjualbelikan di kedai-kedai di kota sana untuk makan siang hingga hidangan malam mereka yang tak sempat memasak.
"Mereka memang senang daging-dagingan, tapi diimbangi dengan minuman sari jeruk nipis sebagai penyeimbangnya," tambah Syarifah.
Saya sendiri, melibas rasa bersalah menyantap seporsi kombinasi tiga nasi sekaligus, dengan bongkahan daging seharga Rp45 ribu itu dengan potongan timun dan kol yang disiram kuah acar nan pedas.
Peran serta dua teman yang ikut bersantap membuat saya kemudian melangkah kembali diantara 53 booth, 5 gerobak dan 2 food truck yang berebut perhatian. Ya, paling seru memang mengajak orang-orang terdekat buat menikmati makanan di tempat itu sambil membahas rasa, pun bisa bertukar cerita karena festival jajanan kota seperti itu memang didedikasikan buat warga urban agar saling bertemu. Makanan enak dan suasana seru selalu menjadi alasan yang tak bisa ditawar.
Turki berjumpa kluwek
Masih bersuasana ala padang pasir, tetapi bergeser sedikit ke Turki, ada Black Kebab dengan tortila, roti tipis pembungkus, berwarna hitam, menarik perhatian.
"Untuk efek hitamnya, dipakai kluwek yang selain menghasilkan warna hitam juga ada sensasi gurihnya, dan ternyata disukai orang," ujar Jefry Suyanto, pemilik kedai.
Bukan cuma di Turki, kehadiran gerobak kebab di jalanan juga populer di kota-kota dunia, mulai Amerika Serikat, Eropa hingga Australia. Di Jakarta Food Street Festival, menu nan praktis yang lazim dimakan sambil menyusri trotoar atau duduk di kursi taman di Istambul, New York atau Perth itu bergaya fusion sekaligus beraksen lokal.
Saya memilih ayam untuk isinya, yang dipotong besar-besar oleh Jefry. Satu porsi kebab lagi-lagi pas dan tandas buat bertiga, sedap!
Seoul, Bangkok, hingga Jakarta
Yuk pindah ke Seoul! Ada cita rasa Korean Wave di Kedai Korea. Ada aneka rice bowl yang tengah jadi kekinian di Jakarta. Nasi ditempatkan dalam mangkuk kertas, lalu diletakkan aneka topping. Ada potongan daging, timun, jamur dan sawi yang ditumis serta aktor utama, telur ceplok, yang akan tampil sempurna jika digoreng setengah matang. Ada pilihan Bibimbap, Kimbap, dan Bulgogi Rice Bowl. Harganya rata-rata Rp35 ribu.
Nasinya gurih, sangat pulen walau tak mirip ketan, dan ketika diaduk dengan aneka topping, rasanya seru. Manis, asin, dan sedikit asam gurih. Berkaca dari semangkuk nasi nan cantik dengan kandungan nutrisi baik itu, dashyatnya gelombang budaya Korea tervalidasi.
Puas bersantap, saatnya menenangkan diri di kedai King Mango Thai yang tak pernah sepi. Ada potongan mangga besar-besar di gelas plastik super besar itu. Warnanya yang mencolok mata, oranye, berasal dari daging buah mangga yang dihaluskan, kental. Lalu, ada krim susu yang ditempatkan di bagian atas dan bawah.
Tentu saja, Big Mango, jajanan yang bermuasal di Thailand, negeri yang pandai mengolah mangga dalam aneka sajian, ini harus disantap barengan. Panjang dan besarnya gelas tak akan mampu dihabiskan seorang diri. Manis, dengan sedikit jejak asam segar, berpadu gurih dengan krim putih. Harganya, Rp 50 ribu, sepadan dengan keasyikan bergosip sambil menyeruput kesegarannya.
Jangan lupakan Indonesia. Ada Bakso Boss yang menyajikan bakso sapi dalam kuah panas, berpadu dengan soun. Bubuhkan sambal dan cuka agar rasanya kian meriah. Ada bakso besar dengan isian bakso-bakso kecil yang kini banyak diburu juga bisa jadi pilihan.
Sementara di kedai tahu Pletok tersaji aneka kombinasi tahu dan aci. Ada tahu goreng slawi dengan potongan aci diatasnya, hingga tahu pletok yang lapisannya lengket, tetapi garing. Harganya Rp20 ribu per porsi. Untuk lebih nikmat, celupkan di kuah bakso atau bubuhkan sambal kecap diatasny, sempurna!
Berkah buat penjual
Berkah Jakarta Street Food Festival bukan cuma buat pelancong rasa, namun bagi para pengusaha UK yang menjadikan acara tahunan itu untuk mengatrol bisnisnya. Caca, yang menunggui Bakso Boss, usaha milik kakaknya, mengaku, berjualan sedikitnya 50 porsi per hari pada Senin hingga Jumat dan berganda hingga lebih dari 100% di akhir pekan.
Angka serupa juga diungkapkan Jefri dan Syarifah.
"Lumayan banget omsetnya, makanya inginnya tahun depan ikut lagi," kata Syarifah yang juga bersyukur aneka nasi ala Timur Tengah-nya lolos dari kurasi tim MKG. Rasa dan wirausaha, semuanya optimal di festival tersebut! (X-7)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved