Headline
Kenaikan harga minyak dunia mungkin terjadi dalam 4-5 hari dan akan kembali normal.
Kenaikan harga minyak dunia mungkin terjadi dalam 4-5 hari dan akan kembali normal.
Presiden menargetkan Indonesia bebas dari kemiskinan pada 2045.
ENAM Oktober ini Indonesia akan memiliki sejarah baru, yakni pertama kali menjadi tuan rumah Asian Para Games. Penyelenggaraan tahun ini merupakan yang ketiga dalam sejarah Asian Para Games, penyelenggaraan pertama berlangsung di Guangzhou (2010). Empat tahun berikutnya, Incheon yang menjadi tuan rumah.
Meski baru kali ini berlangsung di Tanah Air, gaung Asian Para Games cukup terasa, terutama berkat euforia olahraga yang masih kencang setelah sukses Asian Games 2018. Lalu, bagaimana visi besar dari Asian Para Games 2018, serta target yang ingin diraih? Berikut wawancara Media Indonesia bersama Ketua Ketua Indonesia Asian Para Games 2018 Organizing Committee (INAPGOC) Raja Sapta Oktohari, pada Kamis (20/9) di Jakarta.
Euforia masyarakat akan sukses Asian Games 2018 masih ada sampai sekarang. Bagaimana Anda menilai ini apakah menguntungkan atau membebani penyelenggaraan Asian Para Games 2018?
Asian Games dan Asian Para Games keduanya ialah produk kebanggan Indonesia, kami menggunakan euforia yang luas biasa pasca-Asian Games. Asian Games itu dari pembukaan, pelaksanaan, dan penutupannya bagus serta prestasi yang ditorehkan juga bagus. Hal tersebut menjadi dorongan bagi Asian Para Games, kami menggunakan momentum itu, kita maksimalkan sehingga euforia masyarakat dari Asian Games bisa berlanjut pada Asian Para Games. Kami INAPGOC itu seperti riding the wave, kebetulan itu nanti jadi tema pembukaan juga. Jadi, di ombak besar itu kita bisa surfing di atasnya.
Menurut Anda apa pelajaran paling besar dari Asian Games 2018 dan apa sebenarnya makna yang ingin disampaikan dari Asian Para Games 2018?
Asian Para Games ini hanya perlombaan yang dilakukan dalam waktu enam hari (delapan hari dengan pembukaan dan penutupan), sebetulnya itu terlalu singkat. Akan tetapi, kami berharap makna dari Asian Para Games dan semangat dari para Paralympian itu bisa terbawa menjadi legacy yang bisa diwariskan bagi generasi bangsa ini, bahwa Indonesia ialah negara yang maju, besar, profesional, dan mengedepankan nilai-nilai kemanusiaan yang adil dan beradab.
Bagaimana dengan pembelajaran penyelanggaraan dari Asian Games 2018. Belakangan ada pula keluhan soal pembayaran para penari. Bagaimana Anda menghindari hal-hal seperti itu terjadi di Asian Para Games 2018 dan juga agar tidak ada permasalahan dugaan penyelewengan dana di kemudian hari?
Kami, terutama saya, mengedepankan efisiensi dan efektivitas dan teman-teman sepakat semua. Event ini bukan sekadar event olahraga saja, tapi juga memiliki muatan-muatan nilai kemanusiaan yang tinggi, jadi kami harus mampu untuk bisa bekerja dengan mengelola uang negara agar dapat hasil yang maksimal. Dana kami tidak ada apa-apanya kalau dibandingkan dengan Asian Games. Namun, secara pekerjaan, semangat kerja, dan kreativitas tidak mengurangi semangat kami. Kami juga mengutamakan efisiensi. Jadi, dalam perjalanan jika ada yang bisa di efisiensi, kita maksimalkan. Lalu, setiap membuat keputusan, kami libatkan beberapa instansi, ada Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP), Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang Jasa Pemerintah (LKPP), kejaksaan, kepolisian, dan tentunya pihak-pihak ketiga yang expert di bidangnya masing-masing. Hal itu yang menjadi referensi utama kami sebelum mengambil keputusan. Kita ini sebagai tuan rumah bakalan capek, habis energi, habis waktu, habis uang, mudah-mudahan bisa berprestasi, dan tertib administrasi.
Presiden menginstruksikan untuk menggratiskan tiket bagi masyarakat penyandang disabilitas yang ingin menonton pertandingan Asian Para Games. Bagaimana tindak lanjutnya?
Kami mendapatkan arahan dari Presiden untuk memberikan tiket gratis kepada penyandang disabilitas untuk menonton pertandingan itu, kami laksanakan sesuai arahan beliau, tapi kami dari INAPGOC punya keterbatasan. Kami tidak memiliki pengetahuan terlalu banyak tentang penyandang disabilitas sehingga kami bekerja sama dengan Kementerian Sosial yang lebih ahli dan punya perangkatnya. Kami juga lapor ke presiden bahwa institusi yang digunakan ialah institusi resmi yang diakui negara melalui Kementerian Sosial, jadi semunya kami serahkan ke Kementerian Sosial untuk mengaturnya. Jumlah tiketnya sendiri 15% dari jumlah tiket yang ada.
Anda pernah menyebut ada tiga fokus pekerjaan utama yang dilakukan panitia, yaitu sport, para games village, serta transportasi. Lalu, kiat-kiat promosi atau memviralkan event ini bagaimana?
Persiapan acaranya (Asian Para Games) itu setelah Asian Games selesai, jadi Asian Games selesai pada 2 September. Pada 3 September kami lakukan rapat koordinasi dengan lintas kementerian. Pada 4 September baru lanjut bekerja. Jadi, transisinya ialah satu bulan dari Asian Games ke Asian Para Games. Kami juga tidak bisa melakukan promosi bersama (dengan Asian Games) karena ada peraturan yang dibuat OCA (Olympic Council of Asia).
Memang singkat, jadi semuanya kami lakukan secara simultan. Ada pawai obor, ada parade Momo (maskot Asian Para Games 2018 yang berupa burung elang bondol) pada 23 September, lalu ada juga program-program transisi baik itu venue maupun yang lainnya. Kami itu melakukan tiga pekerjaan utama, yang pertama itu sport yang isinya ialah venue dan game operation, kedua para games village atau kampung atlet, yang ketiga ialah transportasi dan ini fokus utamanya. Selain itu, ada promosi dan sosialisasi yang harus dikebut. Jadi, ibaratnya kalau balap sepeda juara satu itu Asian Games dan juara kedua itu Asian Para Games. Saat juara satu berhenti, juara kedua pun langsung gaspol.
Promosi kami dalam waktu yang singkat ini dibantu oleh influencer-influencer dan kami punya theme song (Song of Victory) itu dinyanyikan artis-artis ternama. Lalu, ada juga video yang dimainkan Tompi yang sangat bagus dan membangkitkan awareness pada Asian Para Games. Ada juga puisi dari para artis Parfi yang menggelorakan semangat Asian Para Games, termasuk Pak Presiden yang melakukan sosialisasi untuk Asian Para Games.
Meski sudah banyak berkecimpung di olahraga, Asian Para Games 2018 ini bisa dibilang sebagai pengalaman pertama Anda mengurusi atlet-atlet disabilitas. Kesannya bagaimana?
Kalau membuat event olahraga, ini bukanlah yang pertama karena saya pernah menggelar event tinju, balap sepeda, jadi Chief de Mission juga. Namun, ketika berhubungan dengan disabilitas ini, sense-nya berbeda. Jadi, di antara dorongan untuk menang dan sukses ada juga dorongan-dorongan kemanusiaan. Misalnya, saat melakukan test event beberapa waktu lalu ada wheelchair basketball antara Indonesia dan Malaysia, itu pasti heboh. Lagi seru-serunya, tiba-tiba pemain Indonesia jatuh dan keluar dari kursi rodanya, lalu pemain Malaysia datang untuk membantu naik ke kursi rodanya. Bisa dibayangkan mood-nya saat sedang euforia, teriak seru-seruan, tapi juga bangga. Kita merasa bahwa olahraga itu menjunjung tinggi nilai-nilai sportivitas.
Menurut Anda, apakah olahraga di Indonesia sudah bisa jadi industri yang menguntungkan? Berkaca dari sepakbola yang lebih banyak kisruhnya.
Olahraga di Indonesia belum menjadi industri. Mungkin beberapa cabang olahraga, seperti bulu tangkis, sepak bola juga, tapi itu belum secara maksimal menjadi industri seperti yang menjadi referensi seperti di Amerika Serikat ada NBA dan lainnya. Sementara itu, kita sedang menuju ke sana, kalau dari balap sepeda arahnya sudah ke sana, kita sudah mulai dari atlet, pelatih, komisioner, venue, maupun tata laksana dari organisasi sendiri. (M-2)
--------------------------------
Konsumsi Banyak Protein
NAMA besar yang disandangnya membuat Raja Sapta Oktohari kerap selalu dikaitkan dengan bayang-bayang sang ayah, politikus Partai Hanura yang juga Ketua DPD-RI Oesman Sapta Odang. Di sisi lain, pria yang akrab disapa Okto ini telah membuat jejaknya sendiri, khususnya di bidang olahraga.
Pria kelahiran Jakarta, pada 19 Oktober 1975 itu, pernah mencatatkan diri sebagai promotor tinju termuda. Pada 2010, Okto menjadi promotor tinju laga Chris John melawan Fernando Saucedo asal Argentina.
Olahraga bukan semata soal bisnis ataupun prestise bagi Raja Sapta, melainkan memang hobi. Pada periode 2010 itu pula, pria yang menempuh studi di Ekonomi Manajemen Universitas Padjajaran Bandung, dan Oklahoma City University, Amerika Serikat, juga asik menekuni balap sepeda. Tahun itu ia mendirikan Bike to Work cabang Kalimantan Barat.
Keseriusannya untuk berorganisasi di balap sepeda ditunjukkan dengan terpilih menjadi Ketua Umum Pengurus Provinsi Ikatan Sport Sepeda Indonesia (ISSI) DKI Jakarta pada 2011. Kemudian pada 2015, ia terpilih menjadi Ketua Umum PB ISSI.
Kiprah di dunia balap sepeda itu pula yang ikut mengantarkan Okto menjadi Chef de Mission Kontingen Indonesia pada Olimpiade 2016 di Rio de Janeiro. Pada olimpiade ini Indonesia Indonesia membawa pulang tiga medali, termasuk medali emas dari ganda campuran bulu tangkis.
“Semuanya (dilakukan) secara simultan, kalau olahraga itu hobi. Ada orang yang hobi mengumpulkan perangko, ada orang yang hobi koleksi jam tangan, koleksi mobil, kalau saya hobinya, ya, begini (olahraga),” tutur ayah satu anak itu.
Di tampilannya sehari-hari, jejak hobi olahraga mudah terlihat di diri Okto. Selain dari olahraga, ia mengaku kebugaran itu juga hasil dari disiplin menjaga asupan makanan.
“Makan saya jaga, saya makan lebih banyak protein karena aktivitas saya tinggi, makanya makan banyak protein,” tambahnya. Sementara itu, konsumsi karbohidrat, Okto lebih senang nasi merah ketimbang nasi putih.
Selain olahraga, kiprah dan minat Okto ada pada bisnis. Mantan Ketua Umum Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI) periode 2011-2014 tersebut, telah belajar berbinis sepulang dari menimba ilmu di ‘Negeri Paman Sam’.
Kala itu, Okto yang bercita-cita menjadi pilot saat kecil, menjajal bisnis garmen di Pasar Tanah Abang. Ia melakoni bisnis dengan terjun langsung ke pasar. Pengalaman masa itu menjadi sangat berharga karena di situ pula ia mengenal segala seluk-beluk bisnis, termasuk belajar bangkit menghadapi keculasan.
Kini setelah menimba banyak pengalaman, Okto punya pesan khusus pada generasi muda Indonesia.
“Hidup cuma satu kali, di dunia itu semua bisa kita dapat, kecuali waktu. Waktu tidak akan kita dapatkan lagi. Jadi, maksimalkan waktu yang ada. Saya yakin pemuda-pemudi Indonesia kalau mau lebih fokus dan lebih maksimal dengan apa yang mereka kerjakan, Indonesia pasti akan menjadi negara yang lebih besar lagi dari sekarang,” pungkasnya. (Riz/M-2)
Biodata
Tempat, tanggal lahir:
Jakarta, 19 Oktober 1975
Orangtua:
Oesman Sapta Odang dan Serviati Oesman
Karier dan Organisasi:
1. Ketua INAPGOC (Februari 2017-sekarang)
2. Presiden Direktur Mahkota Properti Indo (2013-sekarang)
3. Chief de Mission Kontingen Indonesia pada Olimpiade Rio de Janeiro (2016)
3. Ketua Umum HIPMI (2011-2014)
4. Ketua Umum PB ISSI (2015-2019)
5. Promotor Tinju
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved